Part 41. Foto yang tersebar

105 34 104
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

"Pagi, Mah. Pagi, Pah. Pagi, Reza," sapa Cia saat sudah sampai di ruang makan untuk sarapan bersama dengan keluarganya. Tak lupa dengan bibirnya yang terus mengukir senyuman.

"Ciee yang lagi ulangtahun, kayaknya seneng banget nih," goda Tito membuat Cia tersipu malu.

Dita yang menyadari jam yang dipakai oleh Cia lantas tersenyum sambil manggut-manggut. "Ciee ... jam dari siapa tuh?" tanyanya menggoda Cia.

Cia langsung menunduk menatap jamnya dan tersenyum malu. Mengingat kejadian semalam bersama dengan Ali.

"Kalo udah senyum-senyum begini nih, dari siapa lagi kalau bukan dari bang Ali?" timpal Reza yang menjawab pertanyaan Dita. Cia tersenyum malu mendengar perkataan Reza.

Saat Cia ingin menyendokkan nasi goreng ke dalam piringnya, sebuah kotak berukuran sedang tiba-tiba terulur di hadapannya. Cia mendongak lalu menoleh pada Tito.

"Buat kamu. Selamat ulangtahun yaa, anak Papah." Cia menatap haru Papahnya.

"Aaaa ... makasih, Pah. I love you so much." Cia beranjak dari tempatnya dan beralih untuk menghampiri Tito untuk memberikannya pelukan.

Tito pun membalas pelukannya sambil mengusap surai hitam milik Cia. "Belajar yang rajin, biar jadi anak pinter," katanya. Cia mengangguk mengiyakan ucapan Tito lalu melepaskan pelukannya.

Kemudian pandangan Cia beralih pada Dita. "Mamah?" panggilnya sambil mengedip-ngedipkan matanya.

Dita yang melihat tatapan Cia yang seperti itu langsung mengerti. "Iya-iya, Mamah tau kok maksud tatapan kamu." Setelah itu, Dita beranjak dari duduknya dan pergi ke arah kamarnya.

Cia tersenyum senang saat melihat Dita kembali dengan membawa kado berukuran yang sama seperti yang diberikan oleh Papahnya.

"Ini kado dari Mamah buat kamu. Selamat ulangtahun ya, sayang. Semoga panjang umur dan sehat selalu."

"Aamiin. Makasih, Mah." Cia langsung memeluk tubuh Dita. Setelah itu Cia dan Dita kembali duduk di tempatnya masing-masing untuk melanjutkan sarapan.

"Reza kamu gak mau kasih hadiah ke Kakak kamu?" Pertanyaan Dita membuat Cia langsung menoleh pada Reza. Hampir saja ia lupa dengan adiknya.

"Oh iya, kado buat Kakak mana?" Cia menatap Reza sambil menyodorkan tangannya seperti orang yang sedang menagih hutang.

Reza yang ditatap seperti itu malah cengar-cengir tidak jelas. "Hehe, besok-besok," katanya.

*****

Cia turun dari motor Ali setelah mereka sudah sampai di parkiran sekolah. Cia melepaskan helm yang dipakainya dan memberikannya pada Ali. Yaps! Cia sudah mempunyai helm sendiri. Tentu saja Ali yang memberikannya.

Cia merapihkan rambutnya terlebih dahulu sebelum bergegas pergi ke kelasnya.

"Ayok," ajak Ali dan diangguki oleh Cia. Ketika sudah tiba di koridor sekolah, Cia merasa ada sesuatu yang ganjal. Pasalnya semua orang terus menatap dirinya dengan tatapan aneh.

"Ali."

"Iya?" Ali menoleh ketika Cia memanggilnya. Ali melihat Cia yang kelihatan gelisah.

"Muka gue gak ada apa-apanya kan?" tanya Cia membuat Ali bingung. "Maksudnya?" tanya Ali.

"Penampilan gue gak aneh kan?" ulang Cia memperjelas. Ali sejenak memperhatikan penampilan Cia.

"Cantik," kata Ali spontan sambil mengedipkan sebelah matanya. Mendengar jawaban Ali, tidak membuat Cia baper. Ali menggodanya tidak tepat waktu. Pasalnya yang sekarang Cia pikirkan adalah mengapa semua orang menatapnya dengan tataapan seperti itu?

"Ali gue serius. Dari tadi semua orang ngeliatin gue mulu."

"Iyaa karena lo cantik."

"Ihh Cia. Sekarang mainnya sama om-om ya."

"Dibayar kali, open BO. Hahaha."

"Eh lu jangan ngomong kayak gitu, ada orangnya tuh."

"Bosen kali ngejomblo mulu, jadinya pindah haluan sama yang udah berkeluarga."

"Padahal udah ada Ali yang lebih cocok. Eh inimah malah pilih om-om."

Jantung Cia berdetak lebih kencang ketika mendengar cibiran-cibiran itu. Badannya sudah panas dingin. Cia memang tidak tau apa permasalahannya, tapi mendengar cacian yang tidak baik itu membuat dirinya yakin kalau sedang tidak ada yang beres.

"Eh lo ngomong apa tadi?" Ali menghampiri laki-laki yang tadi mengatai Cia. Ali memang mendengar percakapan dua laki-laki itu.

"Lo belum tau, Li?" Pertanyaan laki-laki itu membuat Ali bingung. "Maksudnya?" tanyanya.

Alih-alih menjawab, laki-laki itu malah menatap ke arah Cia sambil tertawa meremehkan, lalu pergi begitu saja bersama temannya.

"Cia!" Fia berlari menghampiri Cia dengan disusul oleh Dio. "Sini ikut gue!" Tiba-tiba saja Fia menarik tangan Cia dan membawanya ke suatu tempat. Ali dan Dio lantas mengikutinya.

Cia mengerutkan keningnya ketika Fia mengajaknya ke mading sekolah. "Lo ngapain bawa gue ke sini, Fi?" tanyanya tidak mengerti.

"Lo harus liat ini, Ci." Fia menunjukkan foto yang tertempel di mading. Seketika Cia membulatkan matanya melihat foto itu.

Itu foto dirinya saat bersama dengan Anton di sebuah cafe beberapa hari yang lalu. Dan parahnya seseorang yang menempel foto itu memberikan tulisan 'Anak SMA kencan dengan om-om'.

"Cia, itu bener foto lo yang lagi sama om-om?" tanya salah satu murid perempuan pada Cia. "Kok lo mau-mau aja sih, Ci kencan sama om-om?" tanyanya lagi, lalu tertawa bersama dengan temannya.

Cia mengepalkan tangannya kuat-kuat untuk menahan tangisnya. Siapa orang yang tega sekali menyebar foto itu? Pikirnya.

Foto itu memang benar foto dirinya bersama dengan Anton tempo hari. Tapi, kata-kata itu tidak benar sama sekali!

Cia berbalik, menerobos kerumunan, dan langsung berlari entah ke mana. Ali yang melihatnya segera menyusul Cia. Sementara Fia dan Dio membantu mencabut foto itu dan membubarkan kerumunan.

***

Tak jauh dari tempat kejadian, Keira tersenyum puas ketika rencananya untuk membuat Cia malu berhasil. Yaps! Yang menempel foto itu adalah Keira. Dia melakukan hal itu karena kesal pada Cia yang semakin hari semakin dekat dengan Ali.

Demi rencananya agar berjalan dengan lancar, Keira rela untuk datang ke sekolah lebih awal untuk menempel foto itu di mading, agar tidak ada yang tahu kalau ia yang menempel foto itu.

Setelah puas menonton adegan Cia yang dipermalukan oleh semua orang, Keira lantas berbalik untuk pergi ke kelasnya. Tepat saat ia berbalik, Roy tiba-tiba sudah ada di depannya.

Keira menatap jengah pada Roy. Kenapa laki-laki itu selalu datang di saat-saat seperti ini. Selalu saja mencampuri urusannya.

Saat Keira ingin pergi dan melewati Roy, tiba-tiba saja Roy menahan tangannya, membuat Keira menatap tajam pada Roy. "Lepas!" tukasnya.

"Enggak! Sebelum lo ngaku semuanya," pungkas Roy penuh penekanan.

Keira mengerutkan keningnya tidak mengerti. Ngaku? Ngaku apa? Apa tentang foto itu? Batin Keira bertanya-tanya.

*****

Tbc...

ALICIA✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt