Part 48. Ingin pergi

113 35 97
                                    

[UTAMAKAN VOTE SEBELUM MEMBACA!]

Happy reading...

*****

Ali terhenyak ketika mendengar suara isakan. Ia langsung membalikkan badannya menghadap Cia yang sedang menundukkan kepalanya. "Lo nangis?" tanyanya dengan bodoh. Cia tidak menjawab pertanyaan Ali.

Dengan cepat Cia mengusap matanya dengan kasar. "Enggak," elaknya. Detik selanjutnya, Cia berujar kembali. "Sekarang bilang ke gue, Li. Gue harus apa biar lo maafin gue? Lo mau suruh gue buat ngerjain pr lo? Atau lo mau gue traktir di sekolah selama seminggu? Atau lo mau ...." Cia tak lagi melanjutkan ucapannya. "Tapi, jangan cuekin gue kayak gini," lirihnya kemudian.

Sepertinya ini karma untuk Cia. Dulu, saat mereka masih slek-slekan, Cia selalu merasa kesal dengan Ali yang terus mengganggunya. Tanpa sadar Cia mengatakan kalimat yang menjadi bumerang untuknya.

"Ali lo nyebelin banget si! Jauh-jauh sana, gue gak mau liat lo lagi!"

Cia ingat kata-kata itu. Kata-kata itu spontan keluar dari mulutnya saat dia sedang marah-marahnya pada Ali. Dulu saat di kelas, atas kecerobohannya, Ali tidak sengaja menyenggol air minum yang ada di atas meja Cia, alhasil air itu tumpah mengenai buku pr Cia. Padahal buku itu harus segera dikumpulkan saat itu juga.

Tapi, sekarang sudah berbeda. Lihat saja sekarang, hanya didiamkan oleh Ali beberapa hari saja sudah membuat Cia uring-uringan.

Ali menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya. "Oke gue maafin lo. Tapi, gue mau minta tolong sama lo."

"Minta tolong apa? Minta gue buat ngerjain pr lo? Atau minta gue buat traktir lo?" tutur Cia dengan cepat dan membuat Ali terkekeh karenanya.

"Emang lo mau?" tanya Ali hanya untuk menggoda Cia. Cia mengangguk dengan cepat. "Iya! Asalkan ya tadi, lo jangan cuekin gue lagi."

Ali langsung mengacak rambut Cia dengan gemas ketika mendengar ucapan gadis itu. "Gue cuma becanda, Ci. Gue gak bener-bener marah sama lo. Yaa gue cuma mau tau aja respon lo kalo dicuekin sama gue. Ternyata gitu." Ali manggut-manggut sambil senyum-senyum sendiri memikirkan kembali ucapan Cia saat berangkat sekolah tadi.

"Jadi, lo bener-bener gak marah sama gue?"

"Marah sih sedikit. Waktu di rumah sakit sebenernya gue udah gak marah sama lo, tapi yaa gue lanjutin aja marahnya," ujar Ali tanpa dosa yang mendapat pukulan dari Cia di lengannya. "Gak lucu tau gak becandaannya," tukas Cia.

"Iya-iya maaf. Jadi, gimana? Lo mau gak tolongin gue?" tanya ulang Ali.

"Tolongin apa?" Ali menggerakan tangannya mengode agar Cia mendekat padanya. Lalu Ali mendekatkan mulutnya pada telinga Cia dan membisikkan sesuatu di sana.

"Kalo tante Anna gak mau gimana?" tanya Cia setelah Ali menjauhkan kepalanya.

"Itu mah urusan nanti. Yang penting kita rencanain itu dulu."

*****

"Mamah tau, ayah Ali itu siapa?" tanya Cia membuat Dita langsung terdiam.

Dengan cepat, Dita mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja. "Kok tiba-tiba kamu nanya gitu?"

"Cia ... ketemu, Mah sama ayahnya Ali," ungkap Cia.

Dita sontak membulatkan mulutnya tak percaya. "Hah terus gimana?"

"Ayah Ali udah ceritain semuanya ke Cia dan katanya Cia gak boleh kasih tau siapa-siapa tentang pertemuan itu termasuk ke Ali sama tante Anna."

"Tapi sayangnya Ali udah tau semuanya sebelum Ali kecelakaan. Waktu om Anton telepon Cia dan katanya bilang mau ketemu Ali, waktu itubukan Cia yang jawab, tapi Ali. Nah disitu, Ali marah banget sama Cia. Sampai sekarang malahan. Ali masih cuekin Cia."

"Ta?"

"Dita?"

Dita tersentak ketika Anna membuyarkan lamunannya dengan menyentuh bahunya. "Hah iya, kenapa?"

"Mikirin apa sih, sampai bengong gitu?" tanya Anna tanpa melihat ke arah Dita karena sibuk memilah-milah pakaian.

"Ah, gapapa," elak Dita sambil tersenyum. "Oh ya, Ali udah tau belum kalo kamu mau pergi ke LA?" lanjutnya bertanya.

Anna menggeleng pelan. "Belum. Mungkin nanti kalo Ali udah pulang aku kasih tau dia," jawabnya dan dibalas Dita oleh anggukan kepala.

"Kamu berapa lama disana? Ali juga mau kamu bawa kesana?"

"Aku belum tau, Ta. Lagipula kalo aku ajak Ali, pasti Ali gak mau. Dia kan masih harus lanjut sekolahnya. Nanti deh aku tanyain ini ke Ali."

Anna dan Dita kembali terdiam. Saat ini Dita sedang berada di rumah Anna hanya untuk bersilaturahmi sesama tetangga. Ah mungkin sesama besan.

Tapi, saat melihat Anna yang sibuk memindahkan baju-baju ke dalam kopernya, Dita langsung bingung. Anna bilang dia ingin pergi ke LA untuk kerjaannya.

Seketika Dita teringat dengan ucapan Cia. Dita ragu untuk membicarakan hal itu pada Anna atau tidak.

"Na, maaf kalo aku lancang bilang soal ini sama kamu."

"Soal apa?" tanya Anna tidak mengerti.

"Soal Anton." Raut wajah Anna seketika berubah menjadi datar ketika mendengar penuturan dari Dita.

"Kemarin, Cia cerita sama aku katanya-"

"Assalamualaikum, Bun. Ali pulang." Ucapan Dita terpotong ketika Ali tiba-tiba saja datang. "Loh, ada Tante Dita?" Ali langsung menyalami Dita ketika menyadari kehadiran wanita itu.

Tatapan Ali beralih pada barang-barang Anna. "Loh, Bunda mau kemana?"

"Kalo gitu aku pulang dulu ya, Na. Cia pasti udah di rumah. Takut dia nyariin karena aku gak ada di rumah." Dita memilih untuk pulang karena merasa tak enak jika harus masih di sana. Memberikan Anna ruang untuk menjelaskan pertanyaan Ali tadi.

Anna mengangguk singkat. "Iya. Makasih, ya udah bantuin."

Dita berdiri dari duduknya dan mengangguk. "Mari." Lalu menunduk sembari beranjak pergi.

"Hati-hati, Tan."

***

"Apa? Ke LA?"

"Iya, Ali. Ada pekerjaan yang harus Bunda selesaikan di sana."

"Terus Ali gimana? Masa Ali tinggal sendiri disini? Kalo ikut sama Bunda pun gak mungkin, sekolah Ali nanti gimana?"

Terus Cia gimana? Ayah?

"Makanya Bunda kasih tau ini ke kamu sekarang. Keputusan ada di tangan kamu. Terserah kamu mau ikut Bunda apa enggak. Bunda di sana paling cuma sebulan."

"Sebulan?" beo Ali.

Ali tidak tau ingin memilih ikut atau tidak. Jika dia ikut, lalu bagaimana dengan sekolahnya, teman-temannya, dan Cia? Apalagi sekarang Ali sudah tau siapa ayahnya. Tapi, kenapa disaat Ali ingin bertemu ayahnya, Anna malah bilang ingin pergi ke LA.

Jika Ali tidak ikut, Bundanya tinggal sendiri di sana. Ali tidak tega meninggalkan Bundanya sendiri, apalagi di negara orang. Ali juga belum siap untuk jauh dari Bundanya.

*****

Tbc...

Sejauh ini gimana menurut kalian cerita ALICIA?

Menurut kalian kekurangan dari cerita ini apa?

Jawab ya:)

Main tebak-tebakan yuk.

Kira-kira Ali ikut Bundanya ke LA apa enggak?

ALICIA✔Where stories live. Discover now