Chapter 7 : Bar Hammer

98 12 0
                                    

"Ini belum berakhir, lain waktu akan kupastikan kalian berdua merangkak pulang!" James pergi dengan raut wajah jelek. Dia pergi setelah melihat petugas patroli kerajaan berjalan mendekat ke arah tempat perkelahian.

Mavis hanya mengangguk dan tersenyum untuk menanggapinya. Dalam pikirnya, "Aku yang sekarang bukanlah orang yang mudah ditindas. Datanglah jika kalian ingin menindas, aku akan meladeni kalian semua." Sesaat dia teringat wajah orang-orang yang dulu sering menindas Mavis di kehidupan sebelumnya.

"Pangeran, kita juga harus pergi," kata Sasha.

"Ayo."

Keduanya pergi meninggalkan tempat itu dan memasuki sebuah bar minuman. Bar itu tidak begitu besar, hanya sebuah bangunan dua lantai. Tempat itu milik orang bernama Hammer, pria berotot yang kini dilihat Mavis sedang menuangkan segelas anggur kepada seorang pengunjung. Pria itu terlihat ramah dan ceria, dapat dilihat dengan sekilas dia adalah orang yang baik.

"Hei, bocah, apa kau kuat minum?" Paman itu datang ke tempat Mavis dengan tertawa.

"Paman, bawakan aku satu botol anggur yang paling enak," kata Mavis dengan senyum di wajah.

"Maaf Nak, bar kami hanya menjual dagangannya kepada orang yang sudah cukup umur."

Mavis diam-diam melirik Sasha.  Bagaimana jika dia mengatakan itu untuk Sasha? Bukankah dia terlihat sudah cukup umur?

"Paman, itu bukan untukku. Melainkan untuk kakakku ini." Mavis menunjuk Sasha.

"Adik, Nona ini bahkan terlihat masih tujuh belas tahun. Apa aku benar?" tanya Hammer kepada Sasha.

Sasha hanya mengangguk dengan canggung.

"Apa kau tidak tau berapa umur seseorang untuk dapat dikatakan dewasa? Itu dua puluh tahun." Hammer tertawa lucu. Kemudian ia mendekatkan kepalanya ke samping Mavis dan membisikan sesuatu. "Adik kecil, jika ini pertama kalinya kamu ingin meminum anggur, aku bisa memberimu sedikit di dalam."

"Oba! Aku akan pergi sebentar." Hammer memanggil seorang pria lain yang sedang melayani pengunjung.

"Baik Bos!" kata Oba.

"Pangeran, sepertinya pria ini mencurigakan," kata Sasha dengan setengah berbisik.

"Tidak, dia orang yang baik. Lihat para pengunjung itu, mereka seperti sudah mengenal baik si pemilik ini." Mavis tidak salah dalam menilai paman itu. Dia memang seorang pria yang baik. "Terimakasih Paman!"

Paman Hammer itu membawa Mavis dan Sasha memasuki pintu kecil. Pintu itu membawa meduanya ke dalam kediaman keluarga paman itu. Paman Hammer sendiri sudah menikah dengan seorang wanita bernama Jihan dan memiliki satu orang putri yang masih berumur empat tahun, namanya Clara.

Mavis cukup terkejut, apalagi saat mereka masuk lebih dalam dan sampai di tengah ruang tamu seorang anak kecil berlari ke arah Paman Hammer dan memeluknya.

Anak itu berkata, "Mama... Ayah sudah pulang!"

Hammer mengangkat gadis kecil itu dan menggendongnya. Dia terlihat sangat dewasa dan memancarkan aura khas seorang ayah. Paman itu sangat menyayangi anaknya.

"Aku tidak menyangka diumur paman ini, dia sudah mempunyai anak sebesar itu," batin Mavis.

"Sayang, ada apa?" Seorang wanita seumuran Paman Hammer keluar dari arah bilik dapur. Wanita itu terlihat sangat cantik dan merupakan keindahan yang langka.

Sungguh di dunia in benar-benar ajaib! Bagaimana mungkin orang Seperti paman ini yang berwajah pas-pasan itu bisa mendapatkan hati wanita secantik itu? Bahkan paman itu hanya pemilik bar kecil! Trik apa yang dimainkannya? Mavis harus berguru padanya!

"Bukan apa-apa." Paman Hammer tertawa sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Aku ingin memperlihatkan barang bagus untuk tamu bar."

"Baiklah, aku ada di dapur. Jika kamu membutuhkan sesuatu." Kemudian istri dari paman itu kembali ke tempatnya keluar tadi.

"Ya, Sayang."

Paman itu lanjut membawa Mavis dan Sasha menaiki tangga kayu menuju bangunan lantai dua. Bangunan lantai dua itu adalah tempat tinggal paman yang sebenarnya. Terdapat dua dari empat kamar yang ditempati, sementara dua lainnya masih sebagai kamar tamu. Di bangunan lantai dua ini juga ada ruangan pribadi paman hammer, biasanya sebagai ruangan kerja. Kemudian, ada ruang keluarga yang mana ada satu meja dan empat kursi di lantai dua ini.

"Sayang, kamu main dulu ya di kamar, ayah ingin berbicara dengan kakak-kakak ini." Paman Hammer menurunkan Clara dan mengusap pelan kepalanya.

Clara mengangguk dan tersenyum. Di sangat imut. Mavis yang melihatnya tidak bisa untuk tidak teringat dengan Selia, adiknya. Bagaimanapun keduanya berumur sepantaran, mungkin keduanya akan sangat cocok jika bermain bersama.

Ketiganya melepas Clara dan beranjak pergi, kemudian memasuki sebuah ruangan.

"Santai saja di sini, aku akan pergi mengambil anggur dulu." Paman itu pergi meninggalkan Mavis dan Sasha di ruangan itu. Dan tak lama paman itu kembali lagi dengan membawa dua botol bir anggur.

"Silahkan," kata Paman Hammer sambil menuangkan secangkir angggur untuk Mavis.

"Terimakasih," kata Mavis.

"Aku tidak minum." Sasha tersenyum untuk menolak saat Paman Hammer hendak menuangkan segelas juga untuknya.

"Jadi, apa ini kali pertama kalian pergi ke ibu kota?" kata Paman Hammer.

"Ya," kata Mavis.

Mereka pun berbincang-bincang tentang identitas satu sama lain. Mavis mengetahui sebenarnya paman ini pernah berkerja di kemiliteran, tapi malang saat menjalankan sebuah misi ia mendapat luka fatal. Paman itu tidak menceritakan secara detail tentang misi apa itu, hanya saja itu seperti misi rahasia. Dan karenanya luka yang diterima pun tidak bisa ia ceritakan kepada sembarang orang seperti Mavis dan juga Sasha.

"Yah, begitulah. Pada akhirnya aku hanya bisa membuka bar ini dengan menggunakan gaji yang sudah aku kumpulkan selama di kemiliteran. Namun untungnya, seperti yang kau lihat tadi, aku beruntung mempunyai Jihan yang masih mau dengan pria seperiku ini," kata Paman Hammer dan tertawa lepas.

"Soal itu, aku memang takjub dengan pesonamu Paman!" Mavis juga ikut tertawa lepas.

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now