Chapter 33 : Terimakasih Nona!

57 9 0
                                    

Portal berwarna ungu gelap itu membawa masuk kelompok Mavis ke dalam dungeon. Di dalam, terlihat bagian dalam gua yang menjadi lebih besar begitu menjelajahi bagian terdalam. Juga, tempat ini begitu sunyi, hingga suara tapak kuda yang bergerak saja bisa terdengar keras.

"Bukankah ini terlalu sunyi? Aku tidak menemukan satupun bekas perkelahian antara tim ekspedisi dari kekaisaran dengan penghuni dungeon ini. Ke mana mereka semua pergi?"

"Tuan, sepertinya dungeon ini hanyalah dungeon kecil sehingga para penghuninya tidak memiliki kercerdasan," kata Samantha.

"Jika tidak, seharusnya ada beberapa dari mereka yang berjaga atau mengintai. Dan seharusnya ada jejak pertempuran di tempat ini," lanjutnya.

"Ya Tuan, menurut informasi yang kudapat dungeon ini hanyalah dungeon tingkat rendah. Penghuni dungeon ini tidak memiliki sosok penguasa yang bisa mengkordinir yang lainnya sehingga mereka tidak berpikir sampai menjaga batasan portal."

"Kita akan mengetahui kebenarannya setelah memasuki bagian terdalam dungeon ini, mungkin saja dengan begitu kita bisa menemukan keberadaan penghuni dungeon atau tim ekspedisi," kata Bulan menjelaskan dengan halus.

"Jadi seperti itu." Mavis pun masuk dalam pemikirannya.

Sembari bergerak menggunakan kuda, mereka semakin menelusuri bagian dalam gua dan melihat ruangan itu semakin melebar dan langit-langit gua terlihat mulai meninggi. Itu menjadi sangat luas saat kelompok Mavis hampir memasuki bagian inti dari dungeon.

Tak lama karena gerak dari kuda itu sendiri sangat cepat, mereka tiba dibagian inti. Segera aroma anyir dan genangan darah yang terseret mulai terlihat di sepanjang jalan. Kemudian semakin dalam, mereka melihat mayat orang-orang berpakaian lengkap seorang pasukan berserakan sejauh mata memandang.

"Pakaian itu, sepertinya orang-orang ekspedisi yang dikirimkan kekaisaran Menarik Kembar. Apa yang terjadi dengan mereka?" Mavis tertegun sesaat.

"Apakah mereka bukan tandingan dungeon rendah sekalipun?"

Dia pun melihat ke arah belakang dan menunggu respon dari para pelayan iblisnya. Mereka seharusnya yang paling tau, karena mereka sudah terbiasa keluar masuk suatu dungeon.

"Aku juga merasakan sesuatu yang janggal, Tuan." Samantha memasang wajah seriusnya. "Memang dungeon tingkat rendah sekalipun akan sangat bahaya bagi pasukan tempur suatu kerajaan, akan tetapi menurut kabar yang kami dapat sebelumnya, pasukan itu baru saja masuk dua hari yang lalu. Ini sangat aneh pasukan sebanyak itu bisa dikalahkan dengan sangat cepat. Aku menduga sepertinya telah muncul figur baru sehingga mempengaruhi seisi dungeon ini."

"Mulai dari sekarang, izinkan kami melindungi Tuanku," lanjut Samantha.

Mavis hanya mengangguk dan melihat para pelayannya itu mulai melingkari dia dari berbagai arah sambil terus bergerak menunggangi kuda. Seperti biasa, Ozzi dan Bintang terlibat aksi cekcok untuk menentukan siapa yang lebih pantas berada paling depan melindungi tuannya itu. Sampai pada akhirnya Mavis tidak tau harus berbuat apa karena tidak mungkin dia memilih salah satu di antara mereka, itu akan menimbulkan kecemburuan satu sama lain, jadi dia membiarkan keduanya memimpin.

"Tuan, aku melihat sesuatu di sana!" Bintang dengan cepat beraksi setelah mereka lebih jauh memasuki dungeon. Dia melirik sesat ke arah Ozzi yang berusaha mencari tau, kemudian dia melemparkan senyuman mengejek.

"Apa itu?" kata Mavis.

"Ada beberapa orang yang berpakaian sama tengah mencoba bertahan dari serangan sekelompok goblin tanah."

"Baiklah, segera selamatkan kelompok itu. Mereka mungkin saja berguna bagi kita untuk menggali informasi."

"Akio, pergi dan singkirkan semua yang menggangu!" Mavis memilih Akio yang memiliki kemampuan gerakan secepat kilat untuk membereskan kawanan goblin.

"Baik Tuan." Setelah mengatakan itu Akio tanpa mata bisa mendeteksi pergerakannya, iblis itu sudah bergerak begitu cepat dan menghitung beberapa detik sudah tiba di tempat yang ditentukan.

"Bertahanlah! Demi Kehormatan Pasukan Kekaisaran! Lindungi Pangeran!" Salah seorang yang tengah bertarung sengit berteriak mencoba menyemangati yang lainnya.

Akan tetapi itu sangat sulit dimengerti dengan kondisi mereka yang bahkan kesulitan menghindar dari serang goblin yang sangat gesit. Juga goblin itu sangat lihai bersembunyi dengan keluar dan masuk dari tanah seenaknya.

Dari dua puluh empat yang bertahan, mereka telah kehilangan satu demi satu anggota dan sekarang menyisahkan 14 orang yang masih bertahan dengan sayatan-sayatan di sekujur tubuh. Akan tetapi Akio yang melihat itu tidak buru-buru menolong mereka. Dia mengamati lebih dulu tentang kondisi di sana dan menunggu moments yang tepat untuk datang menolong.

Kau tau? Seseorang akan sangat berhutang budi saat mereka berada dalam keadaan diambang kematian. Dan Akio telah menemukan poin penting dari kelompok itu bahwa seseorang pria yang tengah dijaga dibelakang adalah orang yang berpengaruh dalam kelompok itu. Pria itu adalah seorang pangeran, dia tampak mencoba tenang di luar, akan tetapi dengan insting tajam Akio dapat melihat hatinya yang gentar.

"Cukup dengan kalian, mundurlah." Pada akhirnya Akio muncul dan datang dari arah belakang para goblin itu.

"Bantuan! Bantuan telah datang!" Segera prajurit yang menangkap kemunculan Akio berteriak senang. Akan tetapi selanjutnya dia berhenti tersenyum.

"Mana yang lain?" Dia mulai ragu dan bertanya kepada Akio.

"Diamlah dan tetap pada posisi kalian! Aku tidak akan bertanggung jawab jika kepala kalian ikut tertebas bersama dengan para goblin jika terlalu dekat," kata Akio dengan sangat dingin.

Para prajurit itu tertegun dan tidak berani berkata-kata. Mereka diam seperti yang Akio perintahkan dan melihat apa yang akan terjadi hanya dengan bertambahnya satu orang di sana.

Akio segera merapalkan suatu mantra saat para goblin menyadari kehadiran Akio dan berbalik untuk menyerang. Segera sesuatu telah terjadi pada pedangnya itu. Lagi-lagi suatu kata aneh keluar dari mulut wanita berpedang itu dan tidak dimengerti oleh orang-orang yang mendengar, itu seperti bahasa kuno. Pedang itu berubah merah dan sebuah ukiran aneh seperti kutukan muncul di bagian ujung pedang.

Kemudian dengan gerakan cepat menerobos lurus, Akio menebaskan pedangnya dan tanpa orang-orang kekaisaran itu menyadari apa yang terjadi, Akio sudah muncul di sisi lain goblin.

"Sepertinya aku terlalu berlebihan." Akio menyesal menggunakan mantra kepada pedangnya jika dia tau akan semudah itu mengurus para goblin. Meski energi yang dikeluarkan tidak seberapa, itu cukup memalukan jika Ozzi tau dia repot-repot menggunakan kemampuan hanya untuk mengurus goblin rendahan. Baik-baik saja jika itu raja goblin, tapi itu hanya goblin pesuruh yang lemah.

"Lihat!"

Sesudahnya para goblin itu terjatuh dengan badan lemas dan tidak ada lagi tanda-tanda kehidupan dari mereka. Kondisi itu cukup menyenangkan bagi orang-orang kekaisaran melihat wanita itu dengan mudah menghabisi enam goblin yang tersisa dan menebas kepala goblin dengan sekali gerakan!

Dia sangatlah kuat!

Bahkan pasukan yang dikerahkan dari kekaisaran berjumlah lima ribu unit dibinasakan dengan kawanan goblin yang berjumlah kurang dari seribu. Akan tetapi wanita itu seakan dengan santai mengurus goblin itu semudah menjentikkan jari!

"Terimakasih Nona!"

"Terimakasih!"

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now