Chapter 46 : Sebidang Tanah Perbatasan

53 6 0
                                    

Langkah kakinya terhenti saat tiba di depan pintu kediaman sang raja. Begitu para penjaga melihat kedatangan Mavis, mereka membukakan pintu dan mempersilahkan sang pangeran untuk masuk.

"Kalian tunggu di sini." Mavis mengirimkan pesan kepada makhluk panggilannya melalui telepati. Setelahnya dia berjalan memasuki ruangan.

Pintu itu tertutup dan Mavis segera mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Raja Cornelius. Tak membutuhkan waktu lama dan usaha yang berarti, dia melihat sang raja tengah terduduk di atas kursi kayu dibalik meja kerja. Ketika kedua mata saling bertemu, sang raja tersenyum dan memanggil,

"Kemarilah."

Dengan begitu Mavis yang baru pertama kali melihat isi kamar sang raja--diluar ingatan pemilik tubuh sebelumnya--berjalan sambil melihat-lihat. Dia sedikit takjub dengan luas ruangan ini yang hampir dua kali lipat lebih besar dari kamar miliknya. Juga, ketika dia melihat furnitur-furnitur yang terpajang rapih, itu barang-barang koleksi sang raja, membuat dia tidak bisa berhenti mengagumi. Apalagi lukisan besar seorang wanita yang terpajang di dinding yang dia lewati, itu wajah seseorang yang tidak asing di ingatannya. Lukisan itu mirip seperti wajah Ratu Lilian, ibunya.

"Duduklah."

Mavis pun mengambil posisi duduk, kemudian melihat sang raja. Pikirannya mulai menebak-nebak diwaktu yang singkat tentang hal apa yang ingin sang raja diskusikan dengannya?

"Bagaimana kabarmu hari ini?" kata Raja Cornelius dengan tatapan hangat.

"Baik, Yang Mulia," kata Mavis.

"Sudah lama aku tidak mengobrol denganmu berdua seperti ini. Aku senang kau bersedia datang. Aku sempat mengira kamu tidak akan datang dan masih marah karena hukuman yang kuberikan sebelumnya, Nak." Sang Raja berkata dengan raut wajah yang rumit.

"Yang Mulia terlalu memikirkan sesuatu yang tidak perlu. Mengenai hukuman itu, karena aku telah berbuat buruk sebelumnya, maka sudah sepantasnya aku mendapatkan hukuman dari Yang Mulia."

Mendengar ucapan Mavis, Raja Cornelius menarik napas lega.

Kemudian dia mengambil sesuatu dari ruang penyimpanan di laci dan menaruh sesuatu di atas meja.

"Raja Ragnar menitipkan sesuatu untukmu, ini sebagai hadiah dari pembatalan perjodohanmu dengan Putri Judh. Ini, terimalah." Sang Raja memberikan sebuah gulungan perkamen kepada Asta.

"Apa ini?"

"Kau dapat memeriksanya sendiri," kata Raja Cornelius. "Sepertinya hubunganmu dengan Raja Ragnar sangatlah baik, dia bahkan memberikan hadiah sebagai permintaan maaf. Kau membuatku terkejut, Nak." Raja Cornelius terkekeh saat melihat sang pangeran membuka perkamen itu dengan penasaran di wajah.

"Ini...."

Mavis terkena serangan kejutan saat membaca kalimat demi kalimat yang tertera di perkamen itu. Ini sebenarnya sebuah bukti sah kepemilikan suatu wilayah atas nama Asta Dixon, diberikan oleh Raja Ragnar.

"Apa kamu terkejut?"

Mavis mengangguk.

Betapa nurah hati Raja Ragnar memberinya sebidang tanah sebagai biaya kompensasi. Mavis tidak mengerti mengapa Raja Osaka begitu baik padanya. Yang dibicarakan disini adalah tanah yang cukup luas! Meski itu adalah tempat yang rawan karena terletak di ujung perbatasan dengan negara lain, tetapi tetap saja itu terlalu berharga!

"Aku tidak mengerti, hubunganku dengannya tidak begitu dekat. Mengapa Raja Ragnar bersedia memberikan hadiah yang berharga seperti ini?" Karena masih tidak percaya dengan apa yang terjadi, beberapa kali Mavis mengulang membaca perkamen itu, takut-takut dia salah membaca isinya.

Kemudian, setelah dia meyakinkan dirinya kalau matanya itu tidak salah dalam mengartikan, dia pun melanjutkan, "Raja Ragnar terlalu berlebihan dalam hal ini. Aku benar-benar tidak bisa menerimanya, Yang Mulia. Lebih baik aku serahkan ini kembali kepada Yang Mulia untuk mengurusnya."

"Sayangnya Raja Ragnar memberi ultimatum kepadaku untuk memaksamu menerimanya. Lain jika dia tau, dia akan sangat marah dan mengancam akan memutuskan hubungan dengan kerajaan Sriwijaya," kata Raja Cornelius.

"Kau harus menerimanya." Raja Cornelius terkekeh.

"Baiklah," kata Mavis.

"Karena masalah ini sudah selesai. Mari kita bergabung dengan yang lainnya untuk mengantar kepergian orang-orang dari Osaka," kata Raja Cornelius.

Mavis mengangguk. "Aku juga ingin mengucapkan terimakasih dan memberinya salam perpisahan."

Raja Cornelius pun memanggil para penjaga diluar untuk masuk ke dalam. Tak membutuhkan waktu lama, Kayle datang bersama penjaga lainnya.

"Yang Mulia, persiapannya sudah siap. Semuanya sudah berjalan menuju halaman utama," kata Kayle.

Ketika matanya menemui sosok anak laki-laki berada di belakang sang raja, dalam hati Kayle bersukacita. Sebelumnya dia bingung begitu sampai di luar kediaman sang raja, dia melihat banyak orang yang tidak dia kenal tengah berkumpul. Dia bertanya kepada para penjaga, hanya saja para penjaga tidak diizinkan untuk memberitahu siapapun. Ini membuatnya bertanya-tanya siapa yang sedang berada di dalam dan mengobrol dengan sang raja.

"Ayo, tunggu apa lagi? Antar aku ke halaman utama," kata Raja Cornelius.

"Baik, Yang Mulia." Dengan sigap dia mempersilahkan sang raja untuk berjalan dan mengkondisikan para penjaga untuk pengawalan.

Setelah itu selesai, dia berjalan mendekati Mavis dan merangkulnya. "Nak, kau benar-benar mengejutkanku lagi. Ayo, ceritakan, apa yang kamu bicarakan tadi dengan ayahmu?"

Karena Kayle merasa Mavis ada hubungannya dengan pembicaraan sebelumnya antara Raja Cornelius dan Raja Ragnar, dia menyeret Mavis ke bagian belakang dan membisikan sesuatu di dekat telinga Mavis.

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now