Chapter 30 : Misi Penting Untuk Sera

78 11 0
                                    

Mereka bertemu di wilayah pasar, tempat para pedagang menjual berbagai jenis hewan dan tumbuhan obat-obatan. Mavis melihat-lihat sejenak hewan-hewan yang manis dan lucu-lucu itu. Ada juga hewan yang tidak dia ketahui jenisnya dari yang paling mengerikan sampai yang paling aneh, semuanya ada. Ada pun dia kebanyakan bertanya kepada para penjual dan sang penjual dengan ramah menjawab.

Suatu ketika ada salah satu hewan yang menarik perhatiaannya.

"Apa itu?"

Mavis melihat seekor burung berwarna-warni di dalam sebuah sangkar. Sesuatu yang terbesit di kepalanya adalah hewan ayam yang biasa dijual di pasar tempat tinggalnya dulu. Itu terlihat sangat lucu dan menggemaskan. Namun, sesuatu hal yang aneh pada burung itu yaitu ukurannya yang cukup besar --seukuran bola basket. Padahal itu terlihat masih seperti bayi, burung itu hanya bisa berkicau dan berdiri, belum bisa terbang. Mavis membayangkan, seberapa besar burung itu nantinya jika sudah menjadi dewasa?

"Oho, seleramu cukup bagus anak muda. Burung ini berjenis Fawkes, salah satu burung langka yang ada sejak jaman kehancuran," kata sang penjual.

"Jaman penghancuran?"

"Ya Anak Muda, jangan bilang kau tak tau?" Sang Penjual berdecak kesal. "Anak muda jaman sekarang sudah banyak yang melupakan sejarahnya. Mereka tidak akan pernah tau kemalangan apa yang pernah rasnya alami jauh sebelum mereka lahir, mereka tidak akan pernah belajar dari sejarah. Sungguh, sangat disayangkan." Penjual itu pun berpindah tempat meninggalkan Mavis dan melihat pengunjung lainnya.

"Hiraukan saja pak tua itu." Suara dari arah belakang Mavis.

Setelahnya seorang gadis datang menghampiri Mavis sambil membawa seekor peliharaan.

"Kau?"

"Namaku Yennefer, senang bertemu denganmu," kata gadis itu, lalu mengulurkan tangan putih itu ke arah Mavis.

Sekarang gadis itu terlihat jelas di hadapan Mavis. Dia gadis yang sederhana, dengan rambut berkepang dua dan menggunakan setelan seperti baju kodok. Seorang gadis muda yang seusia Mavis dan memiliki wajah gadis pada umumnya. Dia tidak terbilang keindahan yang langka, hanya saja dia memiliki senyum yang hangat, itu membuat dia terlihat menarik di mata Mavis.

Sang pangeran pun tersenyum sebelum menjabat tangannya, lalu berkata, "Asta, senang bertemu denganmu juga."

"Asta? Ee... tidak mungkin Asta Sang Pangeran kan?" kata Yennefer yang kemudian tertawa. Dia pun mengelus hewan peliharaannya yang sedang dia angkat itu. "Minchi, berikan salam kepada Pangeran."

"Au...."

Mavis kehilangan kata-kata melihat Yennefer berbicara dengan hewan mirip buntelan kapasnya itu.

"Ah, maaf." Gadis itu mencoba menenangkan dirinya lagi.

"Di sini aku bertanya, apa kau mengenal pak tua itu?" kata Mavis.

Yennefer mengangguk.

"Dia ayahku."

"Jadi begitu."

"Jika kau punya waktu luang berkunjunglah ke tempat ibuku."

"Lihat, ada di sana." Yennefer menunjuk ke salah satu tenda yang di bawahnya terdapat beberapa orang yang tengah melayani para pembeli. "Di sana ibuku menjual berbagai tumbuhan herbal, aku dan kedua kakakku juga ikut membantu ibu."

"Mm.. sepertinya kali ini tidak bisa, aku sudah membuat janji dengan seseorang, aku harus segera pergi," kata Mavis.

"Tidak masalah, kau bisa datang kapanpun jika kau punya waktu."

"Ya, tentu. Jika ada waktu luang aku akan berkunjung," kata Mavis sambil berjalan mundur. Kemudian dia berbalik badan dan beranjak pergi.

"Kau harus menepati janjimu!" Gadis itu meneriaki Mavis.

Tak jauh dari tempat itu, Mavis kembali menemui kelompoknya. Di sana sudah tertata rapi segala bentuk barang bawaan seperti tas dan juga kendi air. Juga, Mavis melihat sebuah kotak yang cukup besar tengah dibawa di belakang punggung salah satu pelayan iblisnya, Giraldo.

Sang pangeran pun berbisik kepada Sera yang muncul saat itu juga seraya bertanya, "Apa yang dibawa Giraldo itu Mikaela?"

"Ya Tuan," kata Sera.

"Bagaimana kondisi tubuhnya? Itu baik-baik saja kan?"

"Tuan harap tenang, masih butuh beberapa hari lagi bagi tubuh Mikaela saat itu mulai terjadi pembusukan."

"Baik-baik saja maka. Terimakasih Sera, telah menjaganya." Kemudian Mavis tanpa sadar mengusap kepala Sera.

"Tuan, apa aku diizinkan ikut menemani Tuanku berpergian? Ini perjalanan pertama Tuanku. Suatu kebanggaan jika aku bisa ikut mendampingi Tuan." Dia terlihat serius dalam tatapannya.

"Maaf Sera, dengan berat hati aku akan menolaknya."

Sera seketika murung.

Mavis pun tersenyum melihat wajah tak berdaya itu. Dalam hati, Mavis senang dengan ketulusan Sera. Dia pun terpikirkan dengan sebuah ide bagus.

"Sera, aku mempunyai misi yang tak kalah penting untukmu. Ini hanya kamu yang bisa menanganinya."

"Misi?" Sera tersadar dan tiba-tiba menjadi lebih bersemangat.

"Ini mengenai kemampuan sepesialmu yang dapat menirukan bentuk dari segala makhluk hidup."

"Selama aku berpergian di luar, aku memintamu untuk menyamar menjadi bentukku ini dan tinggal sementara di mansionku," kata Mavis.

"Juga, ada orang-orang yang perlu kamu lindungi di mansion keluarga. Terutama ibuku, sang ratu. Lalu sang raja, adikku Selia, dan Selir Olivia."

"Tuan harap yakin, aku berjanji akan menjaga mereka. Aku tidak akan mengecewakan Tuanku," kata Sera.

"Bagus, kalau begitu aku dapat mengandalkanmu, Sera. Aku jadi bisa lebih tenang meninggalkan mereka, terlebih saat si rubah tua itu berkeliaran di sekitar mereka. Kamu harap mengawasi orang-orang yang tidak kusebutkan tadi. Terutama selir Juleaha dan Kumaila, juga anak-anaknya."

"Dimengerti."

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now