Chapter 31 : Pasukan Ekspedisi Kekaisaran

58 8 0
                                    

Sebuah riak muncul sesaat setelah Bintang membacakan mantra sihir dan mengarahkan salah satu tangannya menghadap kuda itu. Bintang memejamkan matanya dan berkonsentrasi, mulutnya terus berucap mengeluarkan kata-kata rumit yang Mavis tidak mengerti.

Menunggu Bintang selesai merapalkan mantranya kepada semua kuda, Mavis berkeliling untuk melihat orang-orang yang telah dibawa oleh Bintang dan Bulan dalam perjalanan kali ini. Mavis ingin melihat seperti apa mereka, kemampuan apa yang mereka miliki, dan yang terpenting apakah mereka orang yang baik? Mavis ingin melihatnya langsung.

"Tuan?" Bulan beranjak bangkit dari duduk dan datang menghampiri Mavis. "Apa ada sesuatu yang Tuanku butuhkan?"

"Tidak-Tidak, aku hanya datang untuk melihat orang-orang yang kau bawa."

"Silahkan Tuan, mereka semua sedang berkumpul." Bulan pun mengarahkan Mavis untuk berjalan ke arah tempat anak-anak itu berkumpul.

Sesampainya, dia melihat empat anak yang sedikit lebih kecil umurnya dari dia tengah tertawa dan berbincang satu sama lain. Itu membuat Mavis merasa lega dengan keadaan mereka.

"Mereka semua anak-anak dari tempat pembuangan?"

"Ya Tuan."

Suara Bulan terdengar dan membuat keempat anak yang tadinya mengobrol riang buru-buru kembali dalam keadaan tenang. Mereka pun segera memberi salam hormat.

"Tuan, kau sudah kembali!" Mereka tersenyum menyambut kedatangan Bintang.

"Kalian, beri hormat kepada Tuanku," kata Bulan saat memperkenalkan Mavis.

"Aku tidak mengerti maksudmu, Tuan." Seorang gadis di antara mereka berkata dengan ragu.

"Kalian sudah terikat nyawa untuk melayaniku, itu berarti kalian akan melayani Tuanku. Semudah itu, kalian harus lebih hormat dan patuh kepada Tuanku."

"Baik, Tuan."

"Hormat kami kepada Tuan Besar."

Mavis pun mulai mengakrabkan diri dengan mereka. Berkenalan nama-nama mereka, bagaimana mereka sampai pada akhirnya bertemu dengan Bulan. Dan juga Mavis sudah mengungkapkan identitas sebenarnya. Itu membuat keempat anak itu yang awalnya masih sedikit meragukan Mavis menjadi bersujud dan meminta maaf. Mereka menjadi begitu hormat dan mengagumi sampai tingkat yang ekstrim. Sang Pangeran ini bahkan mempunyai pengikut setia seperti Bulan dan Bintang yang mereka kagumi dalam-dalam karena kekuatannya. Keempat anak itu bahkan belum melihat kemampuan anggota yang lainnya, lain jika sudah mereka akan menganggap sang pangeran seorang dewa!

"Tuan, aku sudah selesai dalam persiapan. Maaf lama menunggu, itu karena si besar Giraldo yang sulit memantrainya agar tubuhnya menjadi ringan dan bisa naik ke atas kuda. Cih, tubuhnya sangat sulit ditembus dengan mantraku, dia hampir kebal dengan mantra sihir." Bintang datang menghampiri Mavis dan melapor sambil menggerutu.

"Baik, terimakasih Bintang."

"Kalau begitu ayo kita pergi."

Perjalanan pun dimulai, mereka menunggangi kudanya masing-masing. Terasa segalanya berbeda saat Mavis menaikinya, itu terasa seperti sedang mengendarai motorbbalap dengan kecepatan di atas 60 kilometer per jam, sangatlah cepat. Ini pasti akibat mantra dari Bintang yang berkerja pada kuda.

"Mengesankan."

Mereka terus bergerak dan tanpa terasa sudah sampai di perbatasan luar kekaisaran Menara Kembar. Pada saat itu sudah menjelang malam, mereka berhenti untuk beristirahat terlebih dahulu dan kemudian lanjut di lagi harinya. Juga, para kuda-kuda itu sepertinya sudah kehilangan semangat karena lelah, mereka butuh makan. Mantra yang diberikan Bintang pun sudah perlahan melemah, dia perlu waktu untuk memberinya lagi.

Di keesokan harinya, mereka segera merapihkan barang bawaan dan menurunkan tenda. Terlihat semuanya bekerja dan bersiap, sementara Mavis baru saja mengerjakan mata dan masih terbaring di bawah langit tenda.

"Sudah pagi?" Dia terbangun dan meregangkan tubuhnya.

Kemudian dia beranjak keluar dari tenda dan sudah disuguhi dengan mereka yang sudah berpakaian rapi dan siap.

"Eng...." Mavis kehilangan kata-katanya untuk sepersekian detik, tapi dia buru-buru melanjutkannya.

"K-kalian... mengapa tidak membangunkan ku!" kata Mavis.

"Tuan, harap tenang." Samantha menjawab dengan suara lirih. "Kami tidak akan berani membangunkan Tuan."

"Baiklah, ehm... kalian... beri aku waktu untuk menyiapkan diri."

Mavis kembali ke dalam tendanya dan segera memakai jubahnya. Kemudian merapihkan barang bawaannya dan kembali keluar. Setelahnya, orang-orang seperti Ozzi, Giraldo, dan keempat anak lainnya membereskan tenda yang Mavis gunakan sebelumnya. Dan begitu mereka selesai, Mavis memberikan arahan untuk melanjutkan perjalanan menuju dungeon.

Kuda-kuda itu kembali dalam keadaan prima, setelah beristirahat dan diberi makan yang cukup. Tak lupa Bintang telah memberi sihir yang sama jauh sebelum Mavis terbangun, jadi tidak perlu bagi tuannya itu untuk menunggu.

"Hiyaa..." Mavis bergerak menggunakan kuda berwarna hitam itu melaju kencang.

Kira-kira setelah menempuh tiga jam perjalanan mereka sampailah di depan sebuah gerbang desa kecil. Tidak diketahui nama desa itu, bahkan papan nama yang menempel di gerbang saja sudah terkikis dimakan usia.

Desa itu sebenarnya sudah dalam perlindungan kekaisaran Menara Kembar, akan tetapi Mavis sangat kasihan dengan penduduk yang ada didalamnya, itu karena seperti tidak terjamah bantuan dari kekaisaran. Lihatlah, hanya dengan gerbang kayu yang sudah bobrok dan tidak ada penjaga sama sekali yang terlihat. Gerbang itu terbuka sepenuhnya dan orang-orang leluasa keluar dan masuk desa itu.

"Samantha dan Akio, kalian pergi dan masuklah ke dalam. Tanyakan arah mana yang harus kita tuju dari desa ini," kata Mavis sambil melihat orang-orang yang berlalu lalang.

"Dimengerti."

Kalau Bulan tidak salah dalam mendapatkan informasi, seharusnya dungeon itu tidaklah jauh dari desa terpencil ini. Samantha juga merasakan samar dalam pengelihatannya kalau pintu masuk dungeon itu berada di dekat air mengalir dan di bawah perbukitan. Dan tempat ini sudah sangatlah dekat dengan yang digambarkan.

Tidaklah sulit, Samantha dan Akio pun segera kembali dan melapor.

"Tuan, arah yang kita tuju sudah benar. Sedikit ke arah selatan dari sini dan kita akan segera melihat dungeon itu berada, di sekitar perbukitan."

"Tapi Tuan, menurut perkataan penduduk desa ini, sekitar dua hari yang lalu banyak prajurit ekspedisi dari kekaisaran yang melewati desa ini dan menuju dungeon itu. Akan tetapi belum ada tanda-tanda satu pun pasukan itu akan kembali."

"Haruskah kita menunggu sampai pasukan kekaisaran kembali, Tuan?" kata Samantha.

Segera, otak Mavis bekerja lebih cepat dari biasanya. Kemudian beberapa detik setelahnya dia menjawab, "Baik-baik saja maka. Tidak ada yang perlu dicemaskan tentang itu, aku sudah terpikirkan solusi untuk masalah ini. Lagipula kita tak punya banyak waktu, aku harus segera membangkitkan Mikaela. Mari kita lanjutkan memasuki dungeon itu." Mereka pun melanjutkan perjalanan menuju dungeon.

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now