Chapter 25 : Memikirkan Sesuatu Yang Tidak Perlu

57 7 0
                                    

"Baiklah, baiklah. Aku akan mengajarimu bagaimana cara menggunakan pedang dengan semestinya."

"Sungguh?" Sigurd kecil melompat kegirangan dengan tangan mengepal dan menonjok langit.

"Oh, akan tetapi jangan harap kamu menjadi muridku!"

"Baik Senior! Aku akan berusaha lebih keras lagi dan menjadi muridmu!" kata Sigurd dengan ingus yang keluar masuk dari lubang hidungnya.

Itu begitu menjijikan di mata pria itu. Akan tetapi entah kenapa dia tidak begitu keberatan dan menganggap Sigurd kecil itu seorang anak yang menarik.

"Kalau begitu sekarang kita mulai latihannya! Ambil posisi bertarungmu!"

"Ya senior!"

Sigurd kecil akhirnya mendapatkan tempat di hati salah satu anggota tim kuat yang dia idolakan. Itu berjalan sekitar hampir setahun dia menempel dengan 21 anggota yang dia idolakan dan berhasil dekat dengan salah satunya. Meskipun itu hanya mendapat pelajaran tentang hal paling mendasar dari menggunakan pedang, dia begitu bahagia dan juga bersyukur.

Di usianya yang menginjak 11 tahun, Sigurd kecil berhasil menerapkan dasar berpedang yang kuat, dan itu akan mempermudahnya mengasah teknik pedang lainnya dikemudian hari. Itu semua berkat ajaran dari seniornya, Ozzi.

Diapun terus melatih teknik berpedangnya dan terus menempel dengan si pria berotot itu. Berharap suatu saat dia mendapatkan kesempatan menjadi muridnya dan diajarkan teknik-teknik kuat miliknya itu.

Akan tetapi suatu saat dia kehilangan keberadaan seniornya itu. Sigurd kecil bertanya-tanya ke mana kelompok yang biasanya datang mengambil misi di guild petualang. Mereka tidak kembali dan itu Sigurd kecil selalu menunggu kepulangan mereka di aula guild petualang.

"Apakah mereka bertemu dengan misi yng sulit? Mengapa kali ini begitu lama? Tak seperti biasanya." Dia terus memikirkan tentang kepergian kelompok itu.

Dia terus menunggu dan mulai melepas kepergian seniornya Ozzi dan mencoba melatih sendiri teknik berpedangnya. Kemudian dia memasuki usia dimana sudah cukup untuk seorang anak melakukan tes bakat dalam tingkat spirit.

Bersamaan dengan anak lainnya yang seusia dengannya, Sigurd kecil menghadiri tes itu dan mendapatkan posisi yang cukup bagus dan bisa saja diterima jika mendaftarkan diri ke akademi Lynford. Akan tetapi dia bersikukuh dan berhasil meyakinkan ayahnya bahwa dia hanya ingin menjadi seorang petualang. Dia ingin hidup bebas dan tidk terikat dengn aturan-aturan seperti peraturan akademi dan sejenisnya.

Dan begitulah akhirnya dia menjadi seorang petualang yang cukup sukses. Dan menjadi petualang dengn lencana biru pada usia empat puluh tahuanan.

Sayangnya, dia begitu tidak mampu untuk menerobos promosi dari petualang berlencana merah. Itu mengharuskan dirinya untuk menyelesaikan sepuluh dungeon dengan tingkat kesulitan paling rendah tingkat macan!

Diusianya yang sudah rentan itu, Sigurd yang perlahan menua tidak mempunya keyakinan akan mampu. Dan juga banyak anggota tim yang selalu bersama dengannya selama ini banyak yang memilih untuk pensiun. Pada akhirnya diapun hendak pensiun, akan tetapi secara mengejutkan Robert yang saat itu menjabat sebagai ketua guild petualang menyerahkan posisi itu kepada Sigurd. Itu karena hubungan dekat yang dimiliki antar keduanya.

Selain itu, Robert juga merupakan teman kecil dari ayah Sigurd. Robert percaya Sigurd akan bisa menggantikan dirinya. Mengingat usianya yang sudah tidak tau kapan itu mencapai batasnya, dan dia juga tengah sakit-sakitan. Begitulah akhir dari cerita yang terjadi pada Sigurd kecil yang kini sudah berubah menjadi Pak Tua Sigurd.

"Sungguh, aku sangat beruntung bisa bertemu denganmu lagi Senior." Dia menuangkan teh yang sudah tidak panas itu ke cankir kecil dan menyodorkan itu kepada si iblis Ozzi.

Dengan riang pria berotot itu mengambil cangkir itu tanpa berpikir panjang dan melupakan konsekuensi dari ketidak sopannnya itu.

"Kau begitu menikmati acara reunian ini dan melupakan dengan siapa kamu saat ini," kata Akio.

Belum sempat Ozzi meminumnya, cangkir itu pecah dan air teh itu menjalar tumpah ke tangan pria berotot itu dan kemudian membasahi bajunya.

"Tuan, maafkan aku."

Ozzi gelagapan dan menjadi diam setelah merasa dia telah berbuat sesuatu yang salah lagi.

"Senior, aku tidak tahu apa tujuan dari kedatanganmu ke tempat ini lagi. Dan hubungan macam apa yang kamu miliki dengan anak muda ini. Aku tidak akan mencari tau untuk itu," kata Pak Tua Sigurd. Kemudian dia menuangkan kembali lima cangkir kecil itu dengan teh yang sama.

"Hanya saja, aku mohon padamu untuk tidak berbuat sesuatu yang akan membahayakan tempat ini. Lain jika itu terjadi aku dengan sangat terpaksa akan menghentikanmu, Senior."

"Oh? Apa kau bisa?" Ozzi melempar tatapan mengejek kepada kakek tua itu. "Lihatlah, berdiri saja mungkin kamu sudah kesulitan, Sigurd." Kemudian dia tekekeh pelan.

"Senior terlalu meremehkan aku. Meski begini aku masih memiliki delapan puluh persen dari vitalitasku sebagai petualang yang memiliki lencana biru."

"Yah, lumayan untuk ukuran seorang kakek tua yang sudah diujung masa tenggangnya. Namun, kamu tidak akan cukup kuat bahkan melukaiku meski dalam keadaan prima, bocah Sigurd!"

"Ya, kau benar." Pak Tua itu tidak mengambil hati dari ucapan Ozzi. Dia justru begitu menikmati pembicaraan yang terkesan bertentangan ini.

"Jadi, karena sepertinya anak muda ini yang menentukan pada akhirnya. Aku bertanya sekali lagi kepadamu, di sisi mana kalian datang kali ini?"

"Ketua Sigurd harap tenang, kami tidak bermaksud memusuhi pihak kerajaan. Aku bisa menjamin itu," kata Mavis.

"Syukurlah."

Pak Tua Sigurd menarik napas panjang dan menghembuskannya. Dia merasa bebannya yang sedari tadi memikirkan kemungkinan terburuk dari kemunculan tiba-tiba sosok kuat yang datang dari masa lalu.

Dengan keadaan generasi sekarang yang sudah menurun dalam tingkat kemampuan dan juga kelangkaan bakat, akan sangat mengerikan jika membayangkan orang sekuat seniornya itu menjadi musuh dari kerajaan ini! Belum lagi jika itu bersamaan dengan 21 anggota tim lengkap mereka! Hanya memikirkannya saja sudah membuat kakek tua itu berkeringat dingin!

Bahkan, Alice yang sudah memegang lencana merah saja mungkin akan kesulitan melawan salah satu di antara mereka! Bayangkan saja, itu terjadi beberapa puluh tahun yang lalu dan pada saat itu mereka sudah memiliki lencana merah dan ungu, bagaimana dengan sekarang? Kekuatan mereka akan begitu mengerikan dan jauh berada di luar nalar seorang manusia biasa!

I'M THE NECROMANCER KINGМесто, где живут истории. Откройте их для себя