Chapter 24 : Kringinan Sigurd Kecil

61 7 0
                                    

Katakanlah mereka berdua memang saling mengenal, Mavis ingin tahu hubungan apa yang terjadi antara keduanya pada saat itu. Karenanya dia mendengarkan dengan seksama cerita yang Pak Tua Sigurd ungkapkan kepada Mavis. Begitu pula dengan Ozzi yang sering kali menimpalinya. Mereka berdua terlihat cukup dekat.

Itu terjadi kira-kira lima puluh tahun yang lalu, saat Mikaela dan yang lainnya masih aktif menyelidiki dungeon. Sementara Pak Tua Sigurd yang saat itu masih berusia sepuluh tahun dan selalu pergi ke guild petualang karena mengagumi para petualang.

Saat itu pertama kalinya dia bertemu dengan sekumpulan petualang yang baru saja kembali dari menjelajahi kedalaman dungeon. Kelompok itu datang masuk ke dalam guild dengan mencolok. Semua orang memperhatikan kelompok itu, tak terkecuali Pak Tua Sigurd!

Kelompok itu adalah kelompok yang beranggotakan 21 orang, yang mana setiap anggotanya memiliki kemampuan yang berbeda dan juga kuat. Mereka adalah para petualang yang terkenal pada saat itu. Orang-orang menyebut kelompok itu dengan sebutan 'Mereka Yang Tak Bernama', itu karena kelompok itu terlalu tertutup terhadap kepentingan luar dan sangat menjaga kerahasiaan internal mereka.

Pak Tua Sigurd sangat mengagumi kelompok itu, terlebih setiap dia berdiri dipinggiran aula guild dan melihat kelompok itu berjalan di hadapannya. Dia begitu terpesona dengan aura dingin, elegan, menindas, dan kuat, yang selalu dipancarakan kelompok itu.

Keinginannya pun bulat, pada suatu hari Pak Tua Sigurd kecil memberanikan diri kembali ke aula guild itu dan menunggu kedatangan kelompok itu. Dengan wajah penuh keyakinan dia menunggu dengan sabar.

Sampai suara riuh terdengar dan orang-orang berbondong-bondong menuju guild petualang.

Akhirnya! Pak Tua Sigurd Kecil masuk ke dalam suka cita yang teramat dan tak bisa untung tidak melompat bahagia.

Kelompok itupun masuk seperti biasa. Namun, dia kali ini datang dengan membawa sebuah tangkapan besar! Itu adalah sebuah burung jahat dengan cakar panjang dan tajam. Hanya saja burung itu sudah tidak berdaya dibawah kurungan sihir yang dibuat oleh salah satu anggota kelompok itu. Para pengunjung guild maupun orang-orang yang berkerumun di liar mulai membicarakan tentang kehebatan kelompok itu dan mengaguminya.

Pak Tua Sigurd merasakan hal yang sama! Itu membuat darah dalam tubuh kecilnya itu mendidih! Dia sangat bersemangat!

"Senior! Tunggu...."

Sigurd kecil berlarian dan langsung memeluk kaki salah satu anggota di dalam kelompok. Dengan mata berbintang, ingus melambai, dan senyuman lebar, dia berkata dengan beraninya.

"Senior, aku ingin menjadi seperti kalian! Tolong ajari aku!"

Dia mengatakan itu dengan lantang dan membuat seisi aula guild berdiam untuk beberapa saat.

"Sigurd! Dasar bocah ingusan! Lihat di mana kau berani menyentuh Nonan Tasi! Kemari kau bocah tengik!" Salah seorang penggemar berat mencibir tingkah Sigurd.

Sigurd yang mendengar satu persaru cacian yang datang pada dirinya tidak memperdulikan itu. Dia hanya perlu tanggapan dari mereka dan datang menunggu.

"Maaf Adik Kecil, kami sedang sibuk," kata wanita yang kini tersenyum ke arah bocah ingusan yang sedang memeluk kakinya dengan erat.

Kemudian dengan sentuhan sedikit sihir dari rekannya, Sigurd merasa tangannya melunak dan tiba-tiba tidak memiliki vitalitas. Dan dia melepaskan pegangan itu. Namun, tak lama tangannya pulih secara ajaib setelah wanita yang dia peluk kakinya itu berjalan kembali dan pergi.

"Bagaimana dengan Senior?"

Tidak juga menyerah, Sigurd kecil berlari menyusul sesosok pria yang berjalan lambat dengan tubuh besarnya. Si kecil kemudian memblokir jalan pria bertubuh besar itu dengan meregangkan kedua tangannya. Kemudian Sigurd kecil berkata, "Senior, tolong ajari aku!"

Namun, pria itu terdiam sesaat. Dan kemudian menjulurkan jari telunjuknya ke arah tubuh si kecil Sigurd dan menggesernya pelan seraya menyingkirkan tubuh bocah kecil itu dari jalannya.

"Minggir," kata pria itu dengan suara serak dan berat.

Lagi-lagi dia mendapat tolakan dari orang kedua kelompok itu.Namun, dia tidak patah semangat dan masih tersenyum. Hanya saja sebelum dia berdiri dan hendak menghentikan anggota lainnya, seorang pria datang dan menarik duan kupingnya. Kemudian menariknya keluar dari kerumunan dengan paksa.

Sigurd kecil meronta untuk itu, akan tetapi selepasnya menjauh dari kerumunan dia menyadari bahwa orang yang menariknya keluar adalah ayah kandungnya.

"Kamu selalu saja menyusahkan ayah! Sudah berapa kali ayah katakan! Kamu hanya perlu berlatih di rumah dan membantu ibumu mengurusi ternak di kandang! Kamu selalu saja membuat ibumu khawatir, kembali ke rumah!" Pria itu meneriaki Sigura dan menyuruhnya pulang.

Sigurd kecil terkekeh dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian berbicara kepada ayahnya, "Ayah harap tenang, aku sudah membantu ibu dan mendapatkan izinya pagi tadi. Lagipula aku datang untuk mendapatkan guru untuk melatihku!"

"Guru apanya! Apa kau tau orang yang kamu singgung tadi adalah orang yang sangat berbahaya? Mengapa kamu sebegitu nekatnya! Bagaimana jika mereka tidak senang dan membunuhmu ditempat! Mengapa kau membuat ayahmu ini hampir mati karena khawatir!"

Pria itu memeluk putranya dengan erat dan memukul pantat anak itu beberapa kali. "Awas saja sampai ayah melihatmu lagi bertindak nekat!" Pria itu tersenyum dengam cara yang aneh.

"Baik, Ayah, tolong hentikan!"  Sigurd kecil tertawa dan mencoba melepaskan diri dari hukuman kecil ayahnya.

Dengan tetawa pria itu melepaskan anaknya itu dan melihat Sigurd kecil berlarian meninggalkan tempat itu.

Berakhirlah hari itu dengan kegagalan Sigurd kecil mendapatkan seorang guru dari kelompok petualang yang kuat itu. Dia kembali ke rumahnya dengan muka murung dan berkecil hati.

Sang Ibu yang saat itu selesai pada pekerjaannya kembali ke rumah dan menemukan anaknya sedang duduk termenung.

"Ada apa, sayang? Bukankah kamu tadi sangat bersemangat saat pergi?" Wanita itu melempar senyuman kepada anaknya dan kemudian jalan menuju dapur.

Sigurd kecil berjalan mengikuti ibunya dan duduk di samping sang ibu. Kemudian dia menceritakan kejadian saat di guild petualang.

"Bu, aku gagal."

"Gagal untuk apa?"

Sang Ibu yang tengah mengupas sebuah kentang berhenti sesaat untuk melihat ke arah anaknya. Namun, Sigurd kecil tidak menjawabnya. Dia malah mengalihkan pembicaraan itu dengan membantu sang ibu mengupas kentang-kentang.

"Apapun itu, jika kamu menginginkan sesuatu, kamu harus berusaha untuk mendapatkannya." Sang ibu memberikan nasihat kepada anaknya.

"Dan jika kamu menemukan kegagalan, maka kamu hanya perlu berusaha lebih keras lagi untuk mendapatkannya."

"Kalau gagal lagi, Bu?"

"Berusaha lebih keras lagi, sayang." Sang ibu tersenyum.

Sigurd kecilpun menjadi lebih tenang dan sedikit bersemangat lagi. Diapun bertekat akan kembali untuk menemuo para petualang itu dan mendapatkan tempat menjadi murid! Itu keinginannya!

"Bu, apakah kamu bisa bicara dengan ayah? Aku tidak ingin memasuki akademi. Aku ingin menjadi peualang yang hebat! " Sigurd kecil tiba-tiba berkata dengan wajah serius.

"Ibu sebenarnya lebih suka kamu memasuki akademi Lynford. Ibu akan jauh lebih tenang dibanding kamu menjadi petualang."

"Tapi Bu... bukankah ayah juga seorang petualang!"

"Ya, itu berbeda dengan ayahmu yang tidak memiliki cukup bakat, dan tidak mempunyai potensi untuk berada di akademi. Lain dengamu yang sudah memiliki bakat jauh lebih baik dari ayahmu."

Sigurd kecil kesal dan beranjak pergi. Namun, sebelum itu dia berpesan, "Pokoknya aku ingin menjadi seorang petualang!"

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now