Chapter 47 : Hadiah Raja Ragnar

52 7 0
                                    

Setibanya di lokasi, Mavis melihat ke sekeliling mencari di mana Raja Ragnar berada. Dia berpisah dengan ayahnya dan Kayle, memimpin para pelayan iblisnya bergerak menuju orang-orang Osaka yang sedang berkemas.

"Tuan?" Seorang prajurit dari Osaka bertanya ketika dia melihat Mavis yang sudah berdiri di sampingnya. Dia membungkuk lalu berdiri tegak kembali seraya bertanya, "Apa Tuan membutuhkan sesuatu?"

"Aku mencari Raja Ragnar, apa kau tau di mana dia sekarang?"

"Yang Mulia sedang dalam perjalanan. Ah, itu di sana." Prajurit berbaju besi itu memiringkan kepalanya ke kiri dan melihat Raja Ragnar datang dari arah belakang Mavis.

Segera sang pangeran pun membalik badannya, diikuti para makhluk panggilan itu berbalik dan memberi jalan agar Mavis dapat mudah melihat. Itu pemandangan Raja Ragnar yang tengah berjalan menuju sang pangeran dan tersenyum padanya.

"Asta, apa kabar!" Sang Raja memeluk sebentar Mavis dan melepaskannya sambil terkekeh.

"Baik, Yang Mulia."

"Bagaimana? Apa kau suka dengan hadiah yang aku berikan?"

"Yang Mulia terlalu berlebihan dalam hal ini," kata Mavis.

"Kau pantas mendapatkannya, Asta. Bagaimana pun itu tak seberapa dibanding perlakuan aku yang buruk kepadamu. Apa kau tidak suka? Jika iya, aku akan mencarikan hadiah lain yang lebih baik dari itu."

"Tidak, tidak, itu sudah lebih dari cukup, Yang Mulia. Hanya saja dengan kemampuanku saat ini, aku tidak yakin bisa mengurus tempat itu dan menjaganya."

"Kau harap tenang, Nak. Kerajaan Osaka akan menjamin perlindungan tempat itu," kata Raja Ragnar.

"Baik-baik saja maka. Terimakasih, Yang Mulia. Dan disini aku mengucapkan selamat tinggal kepada Yang Mulia. Semoga kita dapat bertemu lagi di lain waktu."

"Ya, aku tunggu kunjunganmu di Kerajaan Osaka. Kami akan dengan senang hati menyambutmu. Selamat tinggal." Raja Osaka menepuk kedua bahu Asta sebelum membalikan badan dan pergi menuju kuda tumpangannya.

Ketika dia berpapasan dengan Raja Cornelius, dia hanya menoleh dan mengangguk, mengisyaratkan untuk ucapan perpisahan diantara kedua pihak. Setelahnya dia menaiki kuda dan melirik ke arah sekelilingnya. Itu tidak terlihat berbeda saat pertama kali dia datang menginjakan kaki di tanah ini, semua orang ramah mengucapkan salam perpisahan dan memberi ucapan semoga selamat sampai tujuan.

"Kita berangkat." Dengan begitu Raja Ragnar menarik tali kendali kudanya dan pergi bersama orang-orang dari Osaka.

Mavis melihat kepergian itu sambil melambaikan tangannya. "Semoga mereka selamat sampai tujuan." Dia tulus mengatakan itu karena Raja Ragnar sudah baik padanya.

Sementara itu, Putri Judh yang kini berada di dalam kereta kuda diam-diam melirik ke arah luar dan melihat sosok Mavis dengan tatapan yang rumit. Gadis pelayan yang berada mendampingi sang putri di dalam tak luput melihat aksi itu.

Dia pun berkomentar, "Mengapa Putri menolak berbicara dengan Pangeran Asta sebelum berangkat tadi? Jika pada akhirnya Putri sendiri yang menyesalinya."

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti." Sang putri buru-buru melepas pandangannya ke luar dan menatap pelayannya itu. "Sudah tidak ada lagi yang perlu dibicarakan. Hubunganku dengannya sudah berakhir, dan kita tidak akan pernah bertemu lagi."

Gisel hanya tertawa kecil dan membalas, "Mengapa Putri begitu yakin kalau tidak akan bertemu denganmu lagi? Apa Putri belum mendengar kabar baru-baru ini?"

"Kabar apa memangnya, katakan dengan jelas, Gisel! Jangan membuatku penasaran," kata Putri Judh.

"Baiklah, baiklah. Itu tentang berita rahasia baru-baru ini yang aku dapatkan dari penjaga. Yang Mulia diam-diam memberikan hadiah kepada sang pangeran sebidang tanah yang terletak di perbatasan Kerajaan Osaka dengan kerajaan tetangga, sebagai kompensasi atas pembatalan perjodohanmu, Putri.

"Di sini aku berpendapat, sepertinya Yang Mulia masih sangat berharap kau bisa menikah dengan Pangeran Asta. Bagaimana pun Raja Ragnar memiliki pendapat yang baik tentang pangeran, dan dia begitu menyukai sang Pangeran, sehingga dia merencanakan hal semacam itu."

"Lalu, apa hubungannya denganku?" Putri Judh berlagak tak acuh dengan berita itu, akan tetapi wajahnya terlihat sedikit memerah dan dia salah tingkah.

"Kau masih bertanya, Putri? Itu berarti kau masih punya kesempatan untuk berbaikan dengan pangeran!"

"Diamlah, Gisel. Aku ingin tidur, jangan ganggu aku." Segera dia menutup matanya dan berpura-pura tidur. Gisel pun menyerah berkomentar lebih lanjut dan hanya menggelengkan kepala saat melihat aksi lucu nonanya itu.

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now