Chapter 14 : Menjadi Mata Tuanku

99 12 0
                                    

Awal kebangkitan bangkai dari Darius disaksikan oleh banyak pasang mata. Mereka melihat proses itu dengan tenang dan khidmat. Meskipun ada sebagian dari mereka yang masih merasa tidak puas dengan keputusan Mavis untuk membangkitkan Darius, mengingat perbuatan buruk yang telah dia lakukan sebelumnya terhadap Mavis.

Dibangkitkan kembali, yang berarti mendapat kehidupan kedua dari orang yang membangkitkan. Tentu itu diartikan bahwa sang tuan sangat mempercayai pelayannya. Begitu yang diartikan para iblis.

Mavis tidak tau itu.

Dia yang sekarang hanya tau bahwa ini kesempatan dirinya untuk mendapatkan bahan langka untuk bisa dia bangkitkan. Mavis tau Darius ini mempunyai kemampuan yang cukup kuat. Dan juga, dia bisa mencari tahu siapa dalang yang mengirim Darius untuk membunuh Mavis. Informasi itu akan dia dapat dengan sendirinya setelah pria itu menjadi pelayan setianya.

Melihat kembali pada kabut asap yang mulai berkumpul di sekitar mayat tubuh Darius. Itu lebih banyak dibandingkan yang Mavis lihat saat membangkitkan Buster dulu.

"Bangkitlah," kata Mavis.

Tangan Mavis terangkat menghadap bangkai itu. Dia sedikit bergetar dan sesuatu terjadi pada tubuhnya, seperti ada energi yang keluar dari dalam tubuhnya.

Mavis berkeringat, dan dia merasa mulai tidak enak badan. Namun, dia masih tetap melanjutkannya.

"Tuan..." Buster melihat Mavis yang tertekan tidak bisa untuk tidak khawatir.

Pasalnya Buster tau bahwa pada saat Mavis membangkitkan sesuatu, yang berarti dia akan menyalurkan energi dari dalam tubuhnya. Sebagai contohnya saat dia dulu dibangkitkan, tanpa Mavis sadari Buster menerima energi dari tuannya meski itu tidak seberapa. Karena dia hanya seekor burung yang lemah. Namun, sekarang Mavis sedang mencoba untuk membangkitkan bangkai seorang manusia, itu akan lain lagi.

Mavis pantang menyerah. Meski kondisi tubuhnya yang semakin melemah dan tantangan untuk membangkitkan Darius itu terasa sangat sulit, itu malah membuat dirinya semangat dan merasa itu patut untuk dia perjuangkan.

Tak lama Mavis tersenyum, meski wajahnya jelek karena kelelahan. Asap yang mengepul itu perlahan menghilang dan kini terlihat sosok pria yang berdiri di hadapan Mavis itu sedang akan bersujud.

"Hormat kepada Tuan." Tanpa komentar dia langsung menghadap Mavis.

"Berdirilah."

Kini Mavis menatap Darius dan mulai mengoreksi dari bawah sampai atas tubuhnya. Dan dia menyadari tidak ada yang berubah dari Darius kecuali asap hitam yang merembes keluar dari dalam tubuhnya. Juga, warna kulit tubuhnya lebih gelap daripada aslinya.

"Apa kamu masih memiliki ingatan dari kehidupanmu sebelumnya?" kata Mavis.

"Ya Tuan, saya menyimpan ingatan itu." Darius menjawabnya dengan wajah murung. "Terimakasih Tuan, karena sudah bermurah hati kepada hamba. Mohon beri hukuman kepada hamba yang tidak tahu diri ini karena sudah berniat buruk kepada Tuan."

"Tuan, Dia memang pantas diberi hukuman," kata Buster.

"Sudahlah, lagipula aku masih berdiri di sini dalam keadaan sehat. Dan jika kamu memang ingin menebus kesalahanmu sebelumnya, kamu hanya harus melakukan sesuatu untukku."

Mavis menatap Darius dengan wajah serius.

"Tuan harap percaya, hamba ini akan melakukan apapun yang Tuan inginkan," kata Darius.

"Baik, baik. Aku suka dengan mereka yang patuh."

"Sekarang, katakan kepadaku dengan siapa kamu bekerja sebelumnya?"

"Itu wanita bernama Juleaha, seorang selir di tempat ini."

"Jadi begitu."

Dugaan Mavis menjadi lurus setelah dia mengetahui semua kebenarannya. Selir itu memang seorang yang licik dan juga jahat.

"Seharusnya Selir itu tidak aku lepaskan saat itu," kata Buster.

Mavis melirik ke arah Buster, dan dia mulai memberi tatapan tajam. Kemudian dia berkata, "Kamu dapat kembali ke dalam bayangan, Buster. Dan jangan mengganguku saat mengintograsi dia."

"Maaf, Tuan."

Buster menjadi kikuk dan diam seribu bahasa. Dia tidak ingin kembali ke dalam bayangan Mavis, karena di sana dia tidak bisa melihat tuannya dan berada di sisinya. Jadi, dia menutup mulutnya rapat.

"Namamu akan tetap Darius, dan aku mempunyai tugas untukmu untuk tetap berada di sisi selir Juleaha dan bertingkah seperti Darius sebelumnya. Kamu akan menjadi mata untukku," kata Mavis.

"Maaf Tuan, di luar ada beberapa orang yang tengah berjalan menuju ke tempat ini." Mikaela mengatakan itu setelah dia merasakan hawa keberadaan para penjaga.

Buster yang saat itu melonggarkan penjagaanya segera mengaktifkan kemampuanya, dan kemudian dia mengiyakan perkataan Mikaela.

"Ya Tuan, mereka itu para penjaga," kata Buster.

Mavis mempertahankan ketenangannya.

"Darius, kamu dapat pergi dan mulai melakukan tugasmu."

"Baik, Tuan."

Darius yang memiliki ingatan sewaktu masih menjadi manusia mengerti apa yang tuannya inginkan. Ini adalah tugas pertama yang dipercayakan tuannya untuk membereskan para penjaga itu.

Tersadar akan sesuatu yang terlewatkan, Mavis buru-buru mengirimkan pesan telepatinya kepada Darius.

"Dilarang untuk membunuh. Dan jangan pernah menghianatiku. Kamu haruslah tau akan konsekuansinya."

Darius yang menerima pesan itu tertegun sejenak.

"Tuan, lalu apa yang harus aku lakukan kepada mereka, jika tidak boleh membunuh?"

Darius kini berdiri di hadapan para prajurit itu dan belum mengatakan sepatah katapun.

"Apa kau bercanda?" Mavis menepuk jidatnya dan mendesis geram.

"Kamu hanya perlu mengatakan kepada prajurit itu bahwa itu ulah para pembunuh yang sebelumnya ingin mencelakai sang ratu."

"Aku mengerti, Tuan."

Darius pun mengatakan sesuai intruksi dari Mavis. Dan para penjaga itu kembali untuk melaporkan kepada atasannya.

Di dalam kamarnya, Mavis mencoba menenangkan pikirannya untuk tidak memikirkan Darius.

Tapi, itu sulit.

"Dia itu benar-benar membuatku khawatir. Apa dia bisa menjalankan tugasnya dengan benar? Sungguh, dia itu hanya punya otot-otot besar, tapi tidak mempunyai kecerdasan," kata Mavis.

"Maaf Tuan," kata Giraldo.

"Ah, aku sedang tidak membicarakanmu. Yang kumaksud itu Darius," kata Mavis dengan canggung.

Seketika Ozi, Becky, dan Becca tertawa tanpa bisa menahannya. Sementara Aiko dan yang lainnya berhasil menahan diri dan hanya tertawa di dalam hati.

"Kalian..."

Ozzi, Becky dan Becca setelah ditegur oleh Mikaela menjadi tersadar. Mereka buru-buru ingat bahwa mereka itu sedang menghadap tuannya.

"Tidak apa-apa. Kalian dapat santai saat bersama denganku," kata Mavis dengan senyum di wajah.

I'M THE NECROMANCER KINGजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें