Chapter 8 : Pria Yang Sombong

99 11 0
                                    

"Terimakasih Paman," kata Mavis dengan senyuman di wajah.

Paman Hammer melambaikan tangan, sambil menggendong Clara dengan satu tangan yang lain. Kemudian dia berteriak ke arah Mavis dan Sasha yang tengah beranjak pergi.

"Mampir lagi ke sini kalau kalian ingin minum!"

"Bye-bye!" Clara, anak imut itu ikut melambaikan tangan.

"Pangeran, mengapa kamu tidak mengijinkan aku memberi imbalan kepada mereka? Bukankah mereka sangat baik padamu hari ini?"

Sasha mengikuti Mavis dari belakang. Dia masih sesekali melirik ke arah di mana paman berserta istri dan anaknya itu mengantarkan mereka pergi.

"Mereka tidak akan senang dengan itu. Lebih baik cukup seperti ini, menjalin hubungan baik dengan mereka sebagai petualang."

"Aku sungguh menyesal sempat berpikiran buruk kepada paman itu," kata Sasha.

"Lihat, kamu tidak boleh menilai orang dari luarnya, dan jangan terlalu berpikiran buruk kepada orang yang baru saja kamu temui."

"Ya, meski begitu ... itu sudah menjadi kewajibanku untuk melindungmu, Pangeran."

Mavis tidak berkomentar lebih. Dia mengerti itu adalah prinsip dari seorang pelayan yang mengabdi kepada tuannya. Sasha dan pelayan kerajaan lainnya pasti sudah menajalani pelatihan untuk melaksanakan tugas mereka dan pasti melindungi tuannya adalah prioritas utama.

Mavis tidak bisa melarang Sasha untuk sikapnya yang berlebihan prokteftif padanya, karena itu hanya akan merendahkan dia.

"Oh ya Sasha, mengenai para petualang, bisakah kau jelaskan padaku seperti apa pekerjaan yang biasa mereka lakukan? Apa mereka melakukan semacam pencarian dengan memasuki dungeon?"

Mavis menatap Sasha dengan mata berbinar. Dia tidak sabar mendengar jawabannya.

"Ya Pangeran, kamu benar. Mereka para petualang biasanya mengerjakan misi yang diberikan atau disediakan oleh guild mereka masing-masing. Sementara misi yang didapat guild-guild itu berasal dari permintaan pasar ataupun dari kerajaan langsung. Ambil saja contoh obat untuk sang ratu, madu kamojia adalah barang yang saat ini tengah naik daun diperbincangkan di antara para petualang."

Terbesit dalam pikiran Mavis tentang para petualang, dia ingat Paman Hammer itu bercerita tentang dirinya yang dulu pernah menjadi seorang petualang sebelum dia memasuki camp militer. Namun, itu tak berlangsung lama setelah dia mendapatkan surat balasan dari kemiliteran bahwa dia diterima.

Paman Hammer bercerita juga tentang awal dirinya memasuki sebuah dungeon dan terjebak hampir seminggu di dalamnya. Juga dia bercerita tentang tampilan kedalaman dungeon yang sangat mengerikan untuk dilihat.

Di sana ada banyak sekali goblin. Paman Hammer menceritakan pertarungan pertamannya dengan kawanan goblin dengan wajah yang jelek. Dia teringat berapa banyak kawan seperjuangannya yang tewas pada saat hari itu. Meskipun goblin adalah penghuni dungeon tingkat rendah, tapi jika dibandingkan dengan kekuatan manusia biasa itu hanya akan menjadi kesenjangan yang tinggi. Sebut saja satu goblin memiliki kekuatan dua kali lipatnya. Belum lagi kepala suku goblin, itu bisa sangat menyusahkan untuk dikalahkan, kepala suku memiliki kecerdasan lebih diatas goblin lainnya. Suatu kepala suku bisa merapalkan mantra kutukan, bisa dibayangkan sekuat apa itu.

Banyak para petualang yang tidak menaruh goblin pada matanya dan pada akhirnya berakhir dengan mengenaskan.

Untungnya, kata Paman Hammer dungeon itu tidak semuanya berisi ancaman yang nyata. Dungeon itu bermacam-macam, semuanya juga tidak bepenampilan mengerikan.

Contohnya, dungeon ketiga yang pernah dimasuki Paman Hammer di kerajaan Yuan. Tempat itu adalah tempat yang hijau sejauh mata memandang, di sana penuh dengan pepohonan dan tanaman liar. Udara dan air di sana pun sangat murni menyejukan. Kemudian di kedalamannya, di sana dapat dijumpai bangsa semacam elf dan dwarf yang membentuk suatu benteng layaknya manusia. Tempat itu cukup besar. Bahkan jika disebutkan itu akan menjadi sebuah kerajaan tingkat satu di luar dungeon. Dungeon itu berada di bagian selatan kerajaan tingkat satu, kerajaan Yuan.

"Huah..."

Semakin Mavis memikirkannya sepanjang perjalanan semakin dirinya ingin saat itu juga pergi mencari sebuah dungeon dan memasukinya. Mavis tidak bisa untuk tidak tertarik dengan keberadaan dungeon. Menurutnya, itu mirip sekali dengan cara kerja sebuah game di dunianya sebelumnya! Dia ingat sekali game seperti apa itu, karena dulu dia sering melihat teman-temannya bermain game petualangan semacamnya.

Mavis ingin memainkannya, hanya saja dia tidak mampu waktu itu, bahkan memikirkan apa yang akan dimakannya sepulang sekolah saja sudah membuatnya sedih. Namun, tuhan sangat bermurah hati padanya, di dunia ini dia mendapatkan sebuah jekpot! Dia diberkahi kesempatan untuk merasakan petualangan langsung di dalam sebuah game!

"Aku dengar darimu, ibuku membutuhkan madu dari bunga kamojia dan itu sangat sulit di dapatkan, benar?"

"Ya, karena itu hanya bisa ditemukan di dungeon tingkat tinggi."

"Apa para petualang itu tidak ada yang mampu mendapatkannya?"

"Aku takut bahkan kerajaan tingkat lima seperti Osaka akan sulit mendapatkannya," jawab Sasha dengan suara melemah, tapi tiba-tiba dia bersemangat lagi. "Tapi Pangeran, kamu harap tenang, ayahmu pasti mendapatkan obatnya!" lanjutnya dengan tangan mengepal dan kepercayaan di wajahnya. Sasha benar-benar takut Mavis akan murung setelahnya.

"Tenang, aku baik-baik saja. Tentang madu itu, bahkan jika memang sulit untuk didapatkan, aku hanya tinggal mencarinya sendiri," kata Mavis.

"Aku salut dengan keberanianmu, Pangeran. Namun, kamu jangan pernah berpikiran sempit untuk pergi ke sana hanya karena ingin mendapatkan obat itu secepat mungkin. Tempat itu sangat berbahaya. Ketua akademi saja masih beruntung bisa keluar dengan selamat dari tempat itu, bagaimana dengan dirimu?"

"Oh, sekarang kamu bahkan berani menceramahiku?"

"Itu sudah menjadi tugasku. Namun, jika kamu masih bersikukuh pergi di kemudian hari, kamu harus ingat untuk membawaku," kata Sasha.

Perbincangan merekapun terhenti setelah tiba kembali di pintu bobrok yang mana jalan masuk rahasia ke mansion keluarga kerajaan. Sasha mengendap dan maju selangkah lebih di depan Mavis, untuk mengecek kondisi apakah ada petugas patrol yang datang atau tidak di depan. Itu berlanjut sampai Mavis berhasil tiba di kamarnya.

Sasha tidak masuk. Dia langsung berpamitan setelah tiba di depan pintu dan pergi untuk menyusul kakaknya yang sedang mengerjakan tugas lainnya.

Namun, tak lama pintu itu kembali terbuka dan dua orang yang dikenal Mavis masuk dengan terengah-engah.

Mereka begitu panik.

"Ada apa?" Mavis menoleh ke arah Sasha dan Marrie. Kemudian membalik badannya menghadap mereka.

"Ratu diserang."

"Bagaimana bisa!" Wajah Mavis berubah masam, tapi tiba-tiba kembali untuk tenang. "Katakan, siapa yang melakukannya."

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now