Chapter 29 : Sesuai Pesanan

56 8 1
                                    

Malam itu berakhir dengan pesta kecil yang dihadiri para bangsawan yang berpengaruh di kerajaan. Sang raja membuka acara itu dan kemudian alunan musik pun mulai diputar. Para bangsawan menari dengan pasangan yang datang bersamanya. Para pangeran pun ikut memilih pasangan dari para anak bangsawan yang hadir.

Sesuatu hal yang langka pun terjadi, pangeran yang biasanya menghabiskan waktu untuk mendapatkan wanita cantik dari anak para bangsawan tidak menampakan batang hidungnya. Itu membuat ketiga saudara yang selalu mencibir pangeran Asta setiap kali menggoda, merasa begitu kehilangan akan moment-moment itu.

"Di mana si bocah tengik Asta?" Pangeran Randall mencari-cari keberadaan saudaranya itu, akan tetapi dia tidak menemukannya.

"Palingan sudah bersama dengan wanita lain di atas ranjang," kata Pangeran Thomas, lalu dia terkekeh sambil diam-diam memegangi bagian belakang seorang gadis bangsawan. Dia meremas-remas di bagian sana.

"Ayo kita cari tempat yang lebih sepi." Kemudian Pangeran Thomas merangkul gadis bangsawan itu dan berjalan pergi.

"Ya, Pangeranku."

Di lain tempat, Mavis sudah kembali ke kamar bersama kelompoknya. Kemudian dia merebahkan tubuh itu di atas kasur, sementara yang lainnya masih berdiri di samping dengan posisi berjejer rapi.

"Kalian...." Mavis hampir saja lupa dengan keberadaan mereka.

Di mana mereka akan beristirahat? Mavis benar-benar lupa menyiapkan ruangan untuk mereka menetap.

"Salah satu dari kalian pergilah dan panggil masuk penjaga yang ada di luar." Mavis memberikan perintah.

"Baik Tuan." Samantha berjalan pergi keluar kamar.

Tak lama setelah Samantha kembali, seorang penjaga pria yang terlihat masih muda dan penuh semangat itu masuk mengekori Samantha.

"Enng... kalau tidak salah namamu Delton kan?" Dengan menelusuri ingatannya, Mavis sedikit tau tentang penjaga ini. Dia adalah penjaga Delton, orang yang sering mengantarkan pesanan dari pangeran Asta sebelumnya.

"Benar, Pangeran. Suatu kehormatan bagiku bisa diingat oleh Pangeran Asta."

"Apakah ada sesuatu yang Pangeran inginkan dariku?" kata penjaga itu dengan lantang dan penuh energi. Dia sedikit menunduk dan menyilangkan tangan kanannya di dada layaknya seorang pesuruh saat menghadap kepada tuannya.

"Pergi dan katakan kepada pelayan yang berjaga malam ini untuk menyiapkan ruangan bagi para tamuku."

Delton melirik ke arah barisan para kelompok yang berpakaian hitam itu seraya mengangguk.

"Baik, Pangeran."

"Kau bisa pergi sekarang," kata Mavis.

Penjaga itu pun pergi meninggalkan kamar Mavis dan langsung melaksanakan permintaan dari sang pangeran. Menunggu beberapa menit seorang pelayan pun datang mengetuk.

"Masuk!"

"Pangeran, ruangan yang diminta sudah kami siapakan," kata salah satu pelayan yang datang menghadap.

"Kalian berdua tunjukan jalan kepada tamu-tamuku ini. Perlakukan mereka dengan baik," kata Mavis.

"Tuan, bagaimana dengan ini?" Samantha merujuk pada hadiah dari Selir Juleaha.

"Kau dapat membuangnya." Mavis hanya tersenyum membayangkan wajah jelek Selir Juleaha sekarang yang mana rencananya itu tidak berjalan mulus.

Samantha dan yang lainnya beranjak mengikuti kedua pelayan itu dan menghilang di balik pintu kamar Mavis. Sekarang, di kamar itu benar-benar hanya tinggal Mavis seorang diri.

"Lelahnya...." Dia menatap langit-langit kamarnya, masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Tak lama Mavis pun memejamkan mata dan tertidur lelap.

Di pagi harinya, ketika dia terbangun dan mengusap matanya, dia mendapati kelompok iblis itu sudah berbaris di sampingnya, menjaga jarak beberapa langkah dari ranjang Mavis.

"Selamat pagi, Tuanku."

"Pagi Tuan."

"...."

Mereka semua bergantian mengucapkan salam selamat pagi dengan senyuman di wajah. Mavis membalas dengan senyuman juga. Sambil duduk di atas kasur dia bertanya kepada mereka, "Aku lupa bertanya kepada kalian tentang perjalanan nanti, berapa lama waktu yang akan dihabiskan untuk bisa sampai di dungeon itu? Kau bilang tempat itu cukup jauh kan?"

"Sekitar tiga hari perjalanan jika menggunakan kereta pengangkut, dua hari perjalanan jika menggunakan tunggangan kuda. Menggunakan kereta pengangkut lebih nyaman untuk Tuanku berpergian," kata Bulan.

"Selama itu?"

Mavis mengerutkan kening. Sesungguhnya dia tidaklah butuh kenyamanan dalam berpergian. Dia hanya butuh perjalanan yang singkat untuk sampai di tujuan. Itu karena dia tidak punya banyak waktu.

"Apakah tidak ada opsi lain? Aku ingin yang lebih cepat sampai," kata Mavis.

"Tuan, aku menyarankan kita untuk menunggangi kuda. Aku bisa memberikan buff kepada kuda yang akan ditunggangi dengan sihirku," kata Bintang.

"Oh? Apa yang akan terjadi pada kuda itu?" kata Mavis.

"Sihir milikku ini dapat membuat tubuh terasa ringan, Tuan. Dan aku akan menambahkan sentuhan sihir lain yang bisa meningkatkan kecepatan. Dengan begini aku yakin kita hanya butuh kurang dari satu hari untuk bisa tiba di dungeon dekat kerajaan Menara Kembar itu."

"Bisa seperti itu?" Mavis bersukacita.

"Hebat!"

"Tuan dapat mengandalkanku. Yang seperti ini hanyalah mainan anak-anak bagiku," kata Bintang dengan wajah penuh pamer.

Bintang benar-benar mencari muka di hadapan Mavis, itu membuat Ozzi menjadi begitu kesal. Dia pun berkata, "Hanya hal kecil seperti itu? Kau terlalu sombong!"

Bintang dan Ozzi lagi-lagi bertengkar untuk hal yang tidak penting. Di sisi lain, Akio yang selama ini sering ribut dengan Ozzi juga mulai berada di pihak Bintang.

"Sudahlah kalian ini, mengapa selalu saja bertengkar di depan Tuanku? Apa kalian tidak malu?" Bulan angkat suara.

"Maaf Tuan, adikku memang terlalu berlebihan. Ini memang sudah menjadi spesialis kami sebagai tim pengintai." Dia tidak ingin membuat adiknya itu begitu berlebihan dengan kemampuannya.

Mavis tau itu, dia hanya terkekeh setelah menyaksikan perdebatan sungkat itu. "Oke cukup. Kalian dapat pergi lebih dulu ke kota untuk menyiapkan segalanya. Samantha, tolong kau urus pembagiannya."

"Baik Tuan."

Mereka berpamitan dan segera pergi menuju kota. Sementara Mavis sendiri menyiapkan diri untuk perjalanan pertamanya itu. Dia membersihkan diri, kemudian berpakaian dengan sesuatu yang nyaman. Mavis tak ingin saat perjalanannya dia merasa tidak nyaman dengan pakaian pangeran yang begitu sesak dan mencolok di mata orang. Dia ingin yang lebih sederhana dan nyaman ketika dia bergerak. Pilihannya pun jatuh kepada baju kaos berwarna coklat dengan tali di dadanya. Kemudian celana kain yang tidak terlalu tebal. Selebihnya dia akan menggunakan jubah hitam yang biasa dipakai para pelayan iblisnya.

Dia memandang cermin dan menatap pantulan dirinya. Kemudian berkata, "Sampai hari ini aku sungguh berterimakasih kepada siapapun yang telah memindahkanku ke dunia ini dan menciptakan sistem. Aku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk hidupku yang kedua ini." Setelahnya, dia beranjak pergi.

I'M THE NECROMANCER KINGWhere stories live. Discover now