Khawatir

124 1 0
                                    

"Bukankah Ragini mencintaimu lalu bagaimana dia akan menikah dengan pria lain?" tanya Swara.

"Aku rasa ada sesuatu yang membuatnya melakukan semua ini," kata Sanskar.

"Sanskar tolong berhentilah menangis, aku akan bicara pada Ragini kenapa dia melakukan semua ini," kata Swara yang tidak tega melihat Sanskar.

"Ragini tak akan menjawab semua itu dan kau tak perlu pergi kesana. Aku yang akan mencari tau dengan caraku sendiri. Sekarang kau pergi dari kamar ini karena aku butuh waktu untuk sendiri," kata Sanskar.

"Baiklah," kata Swara.

Swara keluar dari kamar dan dia bingung harus bahagia atau sedih. Bahagia karena Sanskar dan Ragini tak akan menikah. Tapi dia juga sedih ketika melihat Sanskar sedih. Swara lalu pergi dari sana. Sanskar menatap dirinya dicermin dan dia lalu mengingat kebersamaan dirinya dengan Ragini. Sanskar mulai tersenyum saat mengingat itu. Tapi tiba-tiba Sanskar mengingat perkataan Ragini kalau Ragini mencintai Laks. Senyuman Sanskar pun menghilang dan sekarang hanya ada rasa kecewa.

"Ragini kenapa kau melakukan ini padaku? Tapi aku tak akan membiarkan kau menikah dengannya sebelum aku tau alasan kau melakukan semua ini," kata Sanskar.

Sanskar lalu memukul cermin itu dengan tangan kanannya sampai cermin itu retak. Sanskar kembali cermin itu sampai benar-benar hancur membuat tangan kanannya penuh dengan darah.

"Rasa sakit ini tak sebanding dengan rasa sakit yang ada dihatiku. Ragini aku akan datang kepadamu saat hari pernikahanmu. Jika kau tak mengatakan yang sebenarnya padaku, aku akan memaksamu mengatakan yang sebenarnya," kata Sanskar.

Swara lupa tak membawa ponselnya yang masih ada dikamar. Swara kembali ke kamar dan melihat Sanskar yang berdiri didepan cermin yang sudah hancur membuat Swara khawatir. Swara segera menghampiri Sanskar dan dia melihat tangan kanan Sanskar yang penuh dengan darah.

"Sanskar kenapa kau menyakiti dirimu sendiri? Cepat kau duduk dan aku akan mengobati lukamu," kata Swara khawatir.

"Tidak perlu," tolak Sanskar.

"Sanskar aku mohon biarkan aku mengobati lukamu itu," kata Swara menangis karena tak tahan melihat Sanskar menderita seperti itu.

Sanskar menoleh ke arah Swara dan melihat Swara yang menangis. Sanskar juga tau kalau Swara sangat khawatir padanya.

"Baiklah," kata Sanskar lalu duduk di ranjang.

Swara segera mengambil P3K yang ada dilemari. Setelah itu Swara mulai mengobati luka Sanskar dengan hati-hati. Sanskar bersikap biasa saja dan seolah tak terjadi apapun pada tangannya.

"Apa sakit Sanskar?" tanya Swara.

"Tidak," kata Sanskar.

Akhirnya Swara selesai mengobati luka Sanskar. Sanskar menyuruh Swara untuk pergi dari sana. Tapi Swara tak mau pergi karena dia takut Sanskar melukai dirinya sendiri lagi.

"Swara aku butuh waktu sendiri. Cepat pergi dari sini," kata Sanskar.

"Tidak Sanskar. Aku tak mau meninggalkanmu sendiri," kata Swara yang masih mengkhawatirkan Sanskar.

"Terserah kau saja. Tapi berhentilah menangis Swara, aku benar-benar tidak papa," kata Sanskar lalu menghapus air mata Swara.

" Baiklah aku tak akan menangis. Tapi aku mohon jangan melukai dirimu sendiri Sanskar," kata Swara memeluk Sanskar karena dia takut kehilangan Sanskar.

"Iya. Tapi kau tak perlu memelukku seperti ini," kata Sanskar melepaskan pelukan Swara.

"Maaf, aku hanya khawatir padamu Sanskar," kata Swara.

"Sudahlah Swara. Aku sekarang baik-baik saja dan kau tak perlu bersikap berlebihan seperti itu," kata Sanskar.

Disisi lain Laks dan Ragini sudah ada dirumah Ragini. Mereka sedang duduk diruang tamu dan juga ada Janki disana.

"Apa kalian sudah selesai membagikan kartu undangan?" tanya Janki.

"Belum Bibi karena tadi Ragini ingin segera pulang. Jadi kami bisa melanjutkan membagikan kartu undangan besok. Kalau tidak aku akan membagikan kartu undangan ini sendiri. Lagi pula yang belum diberi kartu undangan adalah teman-temanku dan juga kerabat-kerabatku. Yaudah Bibi aku pergi dulu," kata Laks.

"Apa kau tak mau minum teh atau kopi dulu?" tanya Janki.

"Tidak usah Bibi, mungkin lain kali saja," kata Laks lalu pergi.

"Sebenarnya ada apa ini Ragini? Kenapa tiba-tiba kau pulang secepat ini?" tanya Janki marah.

"Aku bertemu dengan Sanskar Bu," kata Ragini.

"Bukankah ibu sudah bilang untuk tidak menemuinya lagi. Kenapa kau melakukan itu Ragini," kata Janki akan menampar Ragini tapi dia berhasil mengendalikan amarahnya membuatnya tak jadi menampar Ragini.

Ragini lalu pergi ke kamarnya dan dia menangis. Janki kemudian segera mengejar Ragini. Ragini sampai di kamar nya dan dia duduk diranjang. Tak beberapa lama setelah itu Janki sampai di kamar Ragini dan kemudian duduk disebelah Ragini.

"Ragini Ibu minta maaf karena Ibu hampir menamparmu. Seharusnya Ibu mendengarkan penjelasanmu dulu. Sekarang katakan kenapa kau bisa bertemu dengannya dan Ibu harap kau tak memberitahu hubunganmu dengan Sanskar pada Laks," kata Janki.

"Sebenarnya tadi Swara yang mengajakku untuk bertemu. Tapi aku tak tau jika Sanskar yang akan datang kesana. Ibu tenang saja karena aku belum mengatakan apapun tentangku dengan Sanskar. Aku bilang pada Laks kalau Sanskar adalah temanku,"jelas Ragini.

" Ibu percaya dengan perkataanmu Ragini. Ibu harap kau tak mengubah keputusanmu untuk menikah dengan Laks. Walaupun Ibu tau kalau kau terpaksa menikah dengannya karena Ibu. Tapi ini demi kebaikanmu sendiri Ragini. Ibu harap kau mengerti itu," kata Janki.

"Iya Bu," kata Ragini.

Janki lalu pergi dari kamar Ragini. Ragini kemudian segera menutup pintu dan menguncinya. Ragini menangis dan bersandar dipintu.

"Maafkan aku Sanskar tapi ini memang sudah takdir kalau kita tidak bisa bersatu. Aku yakin Swara benar-benar mencintaimu dan dia akan selalu ada untukmu. Lagi pula dia adalah istrimu. Aku harap kau bisa melupakan diriku dan belajar untuk mencintai Swara. Aku juga akan berusaha untuk melupakanmu dan belajar untuk mencintai Laks. Mungkin ini yang terbaik untuk kita," kata Ragini.

Malam harinya Swara membawakan makanan untuk Sanskar. Sanskar tak mau makan karena dia sedang tidak selera makan.

"Sanskar ayo makanlah, bagaimana jika kau sampai sakit nanti. Aku akan menyuapimu makan karena tanganmu masih sakit kan," kata Swara.

"Swara aku sedang tidak selera makan," tolak Sanskar.

"Baiklah. Jika kau tak mau makan berarti aku juga tak akan makan," tegas Swara.

"Iya aku akan makan," kata Sanskar terpaksa karena dia tak mau Swara sakit karena dirinya.

Swara menyuapi Sanskar dengan penuh cinta. Swara sangat bahagia karena Sanskar mau disuapi.

"Sudah Swara, aku sudah kenyang," kata Sanskar.

"Baiklah," kata Swara berhenti menyuapi Sanskar.

Swara lalu makan-makanan sisa Sanskar. Sanskar menatap Swara dengan tatapan aneh karena dia memakan sisa makanannya.

"Swara kenapa kau tak mengambil makanan lagi untukmu?" tanya Sanskar.

"Sisa dari makananmu ini masih banyak dan sayang kan kalau aku membuangnya. Jadi aku makan dari sisa makananmu saja," kata Swara.

Swara memakan-makanan sampai habis. Setelah itu membawa piring kotor itu ke dapur. Lalu dia kembali lagi ke kamarnya. Swara sampai dikamarnya dia melihat Sanskar yang sudah tidur disofa. Swara berbaring di ranjang dan menatap Sanskar yang sedang tidur.

"Sanskar aku ingin kau menganggapku sebagai istrimu dan bukan sahabatmu. Aku menuggu dimana kau menerimaku dan menganggapku sebagai istrimu. Aku harap hari itu akan segera datang. Aku juga berharap kau akan mencintaiku dan memperlakukanku dengan layak seperti seorang istri," batin Swara penuh dengan harapan.

ANTARA KAU DAN DIA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang