Belajar Untuk Melupakan

109 2 0
                                    

Swara dan Sanskar sampai dirumah. Mereka lalu masuk ke dalam rumah. Ram dan Sujata sedang menunggu mereka di ruang tamu.

"Kalian darimana saja dan kenapa jam segini baru pulang?" tanya Sujata.

"Ibu kami tadi pergi ke pernikahan Ragini dan Laks. Tapi kami pulang tepat waktu Bu, ini kan belum larut malam," kata Swara.

"Akhirnya si penghalang diantara hubungan kalian itu sudah pergi," kata Sujata bahagia.

"Jaga bicaramu Bu. Jika bukan karena Ragini aku tak mungkin ada disini sekarang dan tetap mempertahankan Swara sebagai istriku," tegas Sanskar marah lalu dia pergi.

"Ibu Ayah aku pergi ke kamarku dulu,"kata Swara lalu mengejar Sanskar.

"Sujata kau harus jaga bicaramu. Kau seharusnya tak mengatakan itu karena Sanskar itu masih sedih dan terluka karena orang yang dia cintai menikah dengan pria lain," tegas Ram.

"Emangnya ada yang salah dengan kata-kataku tadi," batin Sujata.

Swara dan Sanskar sampai di kamar mereka. Swara paham kenapa Sanskar marah pada ibunya. Swara berusaha menenangkan Sanskar dengan berbicara dengannya.

"Sanskar sudahlah lupakan apa yang dikatakan ibumu tadi. Bukankah kau tau sikap ibumu memang seperti itu," kata Swara.

"Iya. Tapi dia itu sudah berlebihan Swara. Aku tak terima dengan apa yang dikatakan ibu tadi," kata Sanskar.

"Oh iya Sanskar kenapa kau tadi bilang kalau bukan karena Ragini kau tak mungkin ada disini sekarang dan tetap mempertahankanku sebagai istrimu?" tanya Swara.

Sanskar lalu menceritakan semuanya pada Swara dan Swara terkejut mendengar itu.

"Apa kau sudah benar-benar gila? Tadi kau ingin mengakhiri hidupmu sendiri demi mendapatkan jawaban atas apa yang dilakukan Ragini padamu," kata Swara yang masih tak percaya Sanskar melakukan itu.

"Aku tak mempunyai cara lain lagi Swara. Jika aku tak melakukan itu, aku tak akan tau alasan dibalik itu semua," kata Sanskar.

"Sudahlah Swara jangan bahas itu lagi. Aku mau mandi dulu," kata Sanskar lalu pergi ke kamar mandi dengan membawa baju ganti.

"Ternyata kau sangat mencintai Ragini dan begitu juga dengan Ragini yang masih mencintaimu. Itu pasti sangat berat untuk kalian berdua. Tapi terima kasih Ragini karena dirimu Sanskar menjadi milikku sepenuhnya. Entah bagaimana aku berterima kasih atas pengorbananmu ini untuk melupakan Sanskar dan menjauh darinya. Apalagi kau sekarang sudah menikah dengan orang yang sama sekali tidak kau cintai. Semoga kau berlahan bisa mencintai suamimu itu Ragini. Aku juga berharap yang sama pada Sanskar agar dia juga mencintaiku seperti dia mencintaimu Ragini," kata Swara.

Keesokan harinya, Swara bangun  dan dia tak melihat Sanskar disampingnya. Swara melihat sekeliling kamar tapi Sanskar tidak ada. Swara lalu mengecek dikamar mandi tapi tak siapun disana.

"Sanskar apakah kau sudah berangkat ke kantor seperti biasanya. Mungkin kau memang masih butuh waktu untuk sendiri," kata Swara.

Swara lalu pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah selesai mandi dan ganti pakaian Swara keluar dari kamar mandi. Swara sudah berdandan dan juga memakai perhiasannya seperti biasanya. Tak lupa Swara juga memakai sindoor. Swara lalu berdiri didepan cermin dan dia melihat dirinya sendiri.

"Apa kekuranganku Sanskar sampai-sampai kau tak pernah sekalipun menatapku dan jatuh cinta padaku? Mungkin sampai kapanpun kau tak pernah mencintaiku karena pasti hanya ada Ragini dihatimu," kata Swara sedih.

Seseorang mendengar itu, dia lalu menaruh nampan yang berisi dua cangkir teh dimeja. Kemudian menghampiri Swara dan langsung memeluk Swara dari belakang.

"Kau tak memiliki kekurangan Swara. Tapi yakinlah Swara pasti suatu hari aku akan mencintaimu. Dimana hanya ada dirimu dihatiku bukan orang lain," kata Sanskar.

Swara menutup matanya lalu membuka matanya. Sanskar masih tetap memeluknya dan masih tersenyum padanya. Karena Swara kira itu hanya khayalannya saja. Swara berbalik lalu memegang pipi Sanskar. Sanskar menaruh tangannya diatas tangan Swara yang memegang pipinya.

"Apa kau pikir ini khayalanmu Swara?Tidak. Ini benar-benar aku dan aku pasti akan menepati janjiku," kata Sanskar.

Swara menurunkan tangannya lalu dia memeluk Sanskar dengan erat dan Sanskar membalas pelukan Swara. Swara bahagia karena Sanskar benar-benar menepati janjinya.

"Aku kau sudah berangkat ke kantor," kata Swara.

"Mana mungkin aku berangkat ke kantor sepagi ini. Apalagi aku kan harus memberitahumu dulu sebelum aku berangkat. Aku takut nanti kau mengkhawatirkanku," kata Sanskar.

"Jika kau belum berangkat ke kantor lalu dari mana saja kamu tadi?" tanya Swara melepaskan pelukannya.

"Aku tadi membuatkan tehmu dan untukku Swara di dapur," kata Sanskar.

Sanskar tangan Swara lalu dia mendudukan Swara di sofa. Kemudian Sanskar duduk disofa disamping Swara.

"Sanskar apa kau yang membuat tehnya sendiri?" tanya Swara.

"Tentu saja Swara. Apa kau pikir seorang pria itu tak bisa membuat teh? Itu sangat salah Swara. Aku juga bisa memasak, apalagi membuat teh itu hal yang sangat mudah," kata Sanskar.

"Oh. Tapi dari dulu aku tak pernah melihatmu memasak apapun," kata Swara.

"Baiklah. Lain kali aku akan memasakkan makanan kesukaanmu," kata Sanskar.

"Aku akan menunggunya karena aku yakin masakanmu itu tidak akan enak," kata Swara.

"Seperti kau meragukan diriku Swara. Tapi jika masakanku enak kau harus memberikan hadiah padaku," kata Sanskar.

"Aku setuju," kata Swara.

"Yaudah sekarang ayo kita minum tehnya," kata Sanskar.

Swara dan Sanskar meminum teh dan menghabiskan teh itu. Setelah itu Sanskar pergi mengambil jas dan juga dasi yang akan dia pakai. Sanskar memberikan jas dan dasi itu pada Swara.

"Kenapa kau memberikan ini padaku? Biasanya kau memakai ini sendiri," kata Swara.

"Baiklah. Jika kau tak mau memakaikannya tidak papa. Aku bisa melakukannya sendiri," kata Sanskar.

"Aku mau," kata Swara.

Swara memakaikan dasi pada Sanskar. Bukannya melihat ke arah dasinya, Swara malah menatap Sanskar.

"Swara jangan melihatku, lihatlah dasiku saja," kata Sanskar.

"Baiklah," kata Swara melihat ke arah dasinya.

Akhirnya Swara selesai memakaikan dasi lalu dia memakaikan jas pada Sanskar.

"Sekarang kau bisa menatapku sepuasmu," kata Sanskar membuat Swara menatapnya.

Sanskar akan mencium kening Swara. Tapi ada seseorang yang mengetuk pintu membuat Sanskar tak jadi mencium kening Swara karena Swara segera membukakan pintu. Ternyata seorang pelayan yang datang.

"Kenapa pelayan itu datang diwaktu yang tidak tepat. Baru saja aku mau mencium Swara dia malah datang," kata Sanskar agak kesal.

"Nyonya makanan sudah siap, Anda dan Tuan Sanskar disuruh ke ruang makan karena Tuan Ram, Nyonya Sujata dan Tuan Mohit sudah ada disana," kata pelayan.

"Baiklah. Kami akan segera kesana. Kau boleh pergi," kata Swara dan pelayan itu lalu pergi.

Swara dan Sanskar lalu turun ke ruang makan. Sujata sangat senang karena sudah tak ada penghalang antara mereka. Itu karena Ragini sudah menikah dengan Laks.

ANTARA KAU DAN DIA [ TAMAT ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang