30 - Pulih

5.4K 691 73
                                    

"Bunuh ayahku, bisa kan?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Bunuh ayahku, bisa kan?"

Joshua terdiam sepersekian detik dengan wajah datarnya. Dia tidak mengatakan apapun dan terus menatapku yang tengah memohon padanya.

"Jo, kau bisa melakukan apapun untukku kan? Aku ingin lepas dari semuanya."

"Sudah malam, ayo tidur lagi."

Joshua membawaku kembali berbaring. Tapi tidak, aku tidak mau tidur sebelum mendapatkan jawaban darinya.

"Aku ingin dia mati, bagaimanapun caranya. Aku hanya ingin itu."

Aku mengatakannya lagi.

"Iya. Aku akan melakukannya untukmu."

Joshua berkata tanpa menatapku, matanya terpejam. Aku segera memeluknya, dan mengatakan terimakasih sebelum menyambung tidurku yang tadi terganggu.

***

Katanya berdamai dengan diri sendiri itu sulit. Banyak orang terjebak dalam luka, dan rasa sakitnya sendiri. Mereka sibuk menyalahkan orang lain atas luka yang dirasakannya. Padahal satu - satunya yang harus dilakukannya hanyalah berdamai dengan segalanya, yang paling utama ialah berdamai dengan diri sendiri.

Jangan biarkan orang lain menjadi pemeran utama dalam hidupmu. Jangan juga berharap lebih pada mereka. Dirimu adalah satu - satunya kunci untuk hidupmu sendiri. Rasa sakit, bahagia, dan kemalangan yang kau alami itu milikmu sejak awal. Orang lain hanya penghubung, takdir itu milikmu. Dan Tuhan ada bersamamu untuk melalui segalanya.

"Aku sudah melakukan apa yang kau minta."

"Hmm?"

Joshua melepas pakaian kerjanya, menyisakan kaus putih yang melekat di tubuhnya. Dia mendekat padaku yang tengah sibuk membaca buku.

"Kau bahagia?"

"Apa yang kau bicarakan?"

Joshua mengecup bibirku. Kemudian tersenyum lebar.

"Ayahmu. Aku sudah membunuhnya."

Buku yang aku pegang jatuh. Tanganku tidak lagi mampu memegang apapun, dayaku hilang. Tiba - tiba saja aku merasa sedang berada di ruang kosong yang gelap tanpa batas, tapi aku tidak bisa melangkah kemanapun. Aku tidak bisa melihat apapun, aku juga tidak bisa berlari. Aku terpenjara. 

"Hana?"

Aku mengerjapkan mataku, tangan Joshua yang mengguncang bahuku membawa kesadaranku kembali.

"Jo..."

Joshua tidak mengatakan apapun, dia memelukku erat. Tidak— rasanya kosong. Apa benar Joshua membunuh ayah?

Esok paginya, aku sakit.  Aku demam, dan kepalaku luar biasa sakit. Joshua panik, Yura dan Vernon juga. Sedangkan Nenek masih berada di New York. Aku tidak ingat apapun, saat aku terbangun aku sudah berada di rumah sakit.

MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COMPLETED)Where stories live. Discover now