2 - Kisah

6.4K 742 11
                                    

•••

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

•••

Park Hana. 26 Tahun. Hidup tanpa cita - cita. Itu aku. Orang yang terlalu menikmati hidup sampai lupa bersyukur, sampai lupa akan segala kemungkinan - kemungkinan yang akan terjadi tidak selamanya baik.

Hidupku baik - baik saja meski tidak terlahir dari keluarga kaya raya. Ada ibu dan ayah, juga seorang adik perempuan yang menyempurnakan hidupku. Aku tidak pernah merasakan kekurangan apapun dalam hidupku. Aku selalu merasa cukup.

Cinta? Kisah cintaku terlewat indah. Aku mendapatkan seorang pria sempurna yang sangat mencintaiku. Dia baik kepadaku juga kepada keluargaku. Dia hangat, romantis, setia. Tapi tentu jangan lupa, bahwa di dunia ini tidak ada yang sempurna. Begitupun dengan kisah cintaku.

Kau tahu? Apa yang aku lewatkan selama ini? Takdir. Aku lupa bahwa seindah apapun hidup yang aku jalani, hidup sudah memiliki takdirnya sendiri. Dan aku baru sadar betapa bodohnya aku yang terlalu menikmati hidup, hingga badai itu datang tanpa menyapa. Aku, hancur dalam sekejap. Tuhan menegurku karena terlalu terbuai menikmati hidup.

Semuanya berawal satu tahun lalu, ketika aku mendapatkan bonus yang cukup besar dari tempat kerjaku aku pulang dengan membawa dua kotak pizza. Berencana mengadakan pesta bersama ayah, ibu dan juga adikku.

Aku membayangkan betapa keluargaku sangat bahagia menerima uang pemberianku dan juga bisa menikmati pizza. Tapi, malam itu adalah awal dari kehancuranku. Setelah malam itu hari hariku tidak sama lagi.

Aku masih ingat, malam itu langit cerah bertabur bintang. Aku sampai di rumah pukul 7 malam. Pemandangan pertama yang aku lihat saat memasuki gerbang rumah adalah api yang berkobar di halaman depan rumah. Api itu membakar sesuatu, namun tidak terlalu besar.

Rumah yang selalu rapih, tapi tidak malam itu. Ruang tamu kami hancur berantakan, tidak ada orang. Hanya ada isak tangis yang aku pastikan berasal dari kamar adikku di lantai dua. Aku langsung menghampirinya.

Adikku, Park Yura tengah menangis di atas tempat tidurnya. Aku terkejut bukan main. Dia memelukku, kemudian menangis lagi. Dia tidak mengatakan apapun, dia hanya menangis. Membuatku bertanya tanya, ada apa sebenarnya.

Suara gaduh kembali terdengar dari lantai bawah. Aku dan Yura langsung turun. Ternyata itu suara dari ibuku yang tengah melempar semua baju ayahku ke halaman depan rumah kami. Kondisi ibu sama hancurnya dengan Yura.

Hari itu rupanya menjadi awal dari cobaan tanpa akhir yang Tuhan hadiahkan untukku. Ayahku, yang sangat aku hargai rupanya menyimpan rahasia yang sangat busuk selama ini. Seorang perempuan datang dengan keadaan tengah hamil tua dan mengaku itu adalah anak ayahku. Dan ayahku mengakui itu adalah anaknya dan perempuan itu adalah istri keduanya. Tidak lama setelahnya datang dua orang pria bertubuh besar yang bermaksud menagih hutang atas nama ayahku dan bodohnya lagi ayahku menjadikan sertifikat rumah kami sebagai jaminan.

Dulu aku selalu merasa jika hidupku sudah sempurna, meski tidak bergelimang harta seperti orang - orang. Aku sudah cukup puas dengan pekerjaanku saat ini. Keluarga yang harmonis menjadikanku pribadi yang tidak serakah, ayahku membuka bisnis di bidang biro perjalanan dengan temannya sedangkan ibuku hanya ibu rumah tangga biasa. Aku punya adik perempuan yang sangat pintar, cita - citanya menjadi dokter. Sempurna, aku merasa hidup seperti ini sudah cukup sempurna untukku.

Selama ini, aku, ibu dan adikku sangat percaya kepada Ayah. Karena ayah tetap menjadi sosok yang aku kenal, dia memberikan materi dan kasih sayang seperti biasanya. Kami tidak pernah sedikitpun menaruh curiga. Padahal kenyataannya, bisnis ayah sudah bangkrut dia meminjam uang dari sana sini untuk menutupi kerugiannya dan juga untuk memberi nafkah pada kami- dan juga mungkin untuk istri keduanya. Aku tidak tahu kapan tepatnya ayah bermain api dengan perempuan itu, yang pasti saat perempuan itu datang dia tengah hamil dan memaksa ayah untuk meninggalkan kami.

Setelah hari itu, hidup kami berubah. Sebenarnya ibu cukup berbesar hati untuk memaafkan ayah, tapi tidak untuk menerima ayah kembali. Akhirnya kami melepaskan ayah bersama wanita itu. Ibu hancur sehancur - hancurnya. Tapi ibu berhasil bangkit demi diriku dan Yura.

Masalah lain yang belum terselesaikan sampai hari ini adalah perihal hutang. Selama satu tahun ini aku sibuk bekerja untuk melunasi hutang ayah. Tapi rasanya penghasilanku tidak pernah cukup, karena disamping harus melunasi hutang ayah akupun harus menafkahi keluargaku. Setelah ayah pergi, aku lah yang menjadi tulang punggung bagi ibu dan adikku. Ibu tidak mungkin aku biarkan bekerja, meski beberapa kali ibu memaksa aku tidak pernah mengizinkannya. Aku berkilah bahwa gajiku cukup besar untuk menghidupi mereka berdua sekaligus melunasi hutang ayah. Meski pada kenyataannya tidak seperti itu. Gajiku tidak cukup besar untuk menutupi kebutuhan kami dan juga untuk melunasi hutang ayah.

Satu - satunya orang yang membantuku bangkit saat itu adalah Jeonghan. Sahabatku- sahabat? Entah dia pantas aku sebut sahabat atau bukan disaat dia menawarkan ide gila padaku . Dimana dia menyarankan agar aku bersedia menikah dengan temannya sebagai solusi agar aku mendapatkan uang banyak secara instan. Aku sempat berpikir, itu artinya aku menjual diriku? Tapi Jeonghan lagi - lagi dengan mulut manisnya berkilah kalau apa yang dia tawarkan tidak jauh beda dengan sebuah kontrak kerja dimana aku mendapatkan bayaran di muka. Entah darimana ide gila nya muncul tapi dengan segala pertimbangan aku menyetujui idenya itu.

Aku harus segera melunasi hutang ayah, karena Yura akan segera masuk kuliah itu artinya aku harus menghasilkan lebih banyak uang untuk membiayainya. Dan lagi aku tidak ingin ibu terus memikirkan perihal hutang ayah. Aku ingin ibu hidup bahagia seperti tahun - tahun sebelumnya. Mungkin dengan cara seperti ini aku bisa mengembalikan segalanya seperti dahulu, meski dengan sedikit kebohongan aku rasa tidak masalah selama tidak ketahuan. Aku tidak peduli dengan kebahagiaanku. Kebahagiaanku adalah nomor sekian. Ibu dan Yura adalah prioritasku.

Setelah aku menyetujui ide Jeonghan, akhirnya hari itu tiba. Hari dimana aku bertemu dengan Joshua. Selama ini aku hanya mendengar cerita dari Jeonghan tentang Joshua. Aku belum pernah bertemu dengannya, karena selama ini dia tinggal di LA. Entah bagaimana ceritanya seorang Yoon Jeonghan bisa berteman dengan seorang Joshua Hong yang notabennya bukan orang sembarangan. Aku tidak paham bahkan sampai saat ini. Yoon Jeonghan walaupun aku sudah bersahabat dengannya sejak lama namun aku tidak pernah bisa menyelami dirinya lebih dalam lagi, dia memiliki sisi misterius yang tidak bisa aku sentuh.

Hari setelah aku bertemu dengan Joshua adalah hari dimana aku menjalani hidup yang baru. Hidup yang tidak pernah terbayang olehku. Hidup yang entah harus aku syukuri atau aku sesali.












To be continue...



















Beautiful Spring 🌸

MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COMPLETED)Where stories live. Discover now