31 - Akhir ?

5.6K 682 81
                                    





"Hana~ di mana anak ayah? Ayah bawa es krim kesukaanmu."

"Hana~ bagaimana bagus kan? Ini hadiah dari ayah karena besok Hana sudah mulai masuk sekolah."

"Anak ayah yang paling cantik, selamat karena sudah jadi juara dua."

"Aku ingin jadi juara satu ayah! Bukan juara dua."

"Hana kan sudah jadi juara satu di hati ayah."

"Yura~ Hana~ Putri ayah yang paling cantik. Ayah mencintai kalian."

"Hana... Ayah iri kepada pria yang akan menjadi suamimu nanti. Karena mendapatkan istri secantik dan sesempurna dirimu."

"Ayah! Hana sayang ayah. Hana ingin jadi anak ayah juga di kehidupan selanjutnya!"

"Ayah juga. Ayah akan selalu jadi ayah untuk Hana dan Yura."

--Bunuh ayahku bisa kan?--

Ayah adalah cinta pertama untuk setiap anak perempuannya.

Aku juga.

Ayah adalah cinta pertamaku. Sosoknya selalu tampak hebat di mataku. Aku selalu berharap kelak mendapatkan pria seperti ayah. Ayah itu hebat. Ayah bisa melakukan apapun, ayah selalu tersenyum meski lelah mendera. Ayah selalu membelikan makanan enak untuk aku dan Yura. Aku sempat berpikir kalau ayah adalah pahlawan super seperti yang aku lihat di televisi, karena ayah selalu bisa melakukan apapun yang aku minta. Ayah terlalu sempurna.

Sampai aku lupa. Ayah juga manusia, seperti yang lainnya. Dan aku enggan mengakui bahwa ayah juga bisa berbuat salah. Aku terlalu berharap banyak padanya. Sehingga saat dia berbuat kesalahan, harapan itu runtuh dan membangunkan perasaan lain yakni dendam.

Aku menanggung semuanya, rasa sakit, kehilangan, hingga mengorbankan diriku sendiri untuk orang lain. Aku berpikir bukan hanya aku yang harus menanggung semuanya. Dia— ayah dan kesalahannya juga harus menanggung akibatnya. Aku kalap, dendam itu menggunung, mengunciku dalam ruang gelap tanpa celah. Aku hanya ingin dia sama menderitanya denganku. Hingga pikiran bodoh itu datang, aku meminta Joshua untuk membunuh ayah.

Setelah Joshua mengatakan kalau dia sudah membunuh ayah, dendam itu tidak hilang. Aku semakin sulit keluar dari ruang gelap itu, aku seakan terpenjara dan rasanya kosong. Hingga aku sadar, dendam itu tak berujung, dendam bukanlah jalan keluar yang tepat.

Dan aku salah karena mengharapkan kematian seseorang. Terlebih itu ayahku sendiri.

"Hana? Kaukah itu?"

"Ayah?"

Aku tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejut saat melihat ayah berdiri di hadapanku. Wajahnya tampak lusuh, dia tampak lebih kurus. Aku enggan mendekat, tapi di dalam hatiku ada perasaan lega melihatnya baik - baik saja. Dia masih hidup.

MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COMPLETED)Where stories live. Discover now