Chapter 6 : Press Conference

910 441 173
                                    

*****

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

*****

"Apa kau sudah mendengar kalau ayah Kim mengadakan konferensi pers hari ini?" tanya Julia, ia tengah bersiap-siap untuk memenuhi undangan dari Watson Group.

"Sudah, ini pasti menyangkut hubungan paman dan gadis itu." Leon meminum kopinya, ingatan saat berciuman dengan Kim membuatnya tidak tenang. Kalimat itu meluncur dengan tiba-tiba, Leon bingung cara menghadapi Kim setelah ini. Belum lagi, pikirannya semakin kacau tentang masalah pernikahan yang dibicarakan ibunya.

Julia menatap Leon, putranya lebih banyak diam kali ini dan itu membuatnya penasaran.

"Apa ada masalah? Ibu lihat kau murung sejak pagi."

"Mungkin hanya perasaan Ibu saja, aku tidak apa-apa." ucapnya dengan jelas sekali memperlihatkan kebohongan.

Julia duduk di samping Leon, mengusap kepalanya. Sudah lama sejak ia melahirkan Leon ke dunia ini dan sekarang putranya sudah beranjak dewasa. Ia juga sudah semakin menua.

"Kau sangat tidak bisa berbohong, Nak. Ibu yakin ada yang kau sembunyikan."

Leon menatap ibunya, menghela napas panjang sebelum mengatakannya.

"Benarkah Ibu berniat menikah lagi?"

Bukan jawaban yang didapat, Leon malah mendengar suara tawa ibunya seakan pertanyaannya adalah hal yang konyol.

"Kenapa Ibu tertawa?"

Julia berhenti tertawa, ia menampilkan senyum terindahnya.

"Begini, pernikahan yang ibu bahas saat itu bukanlah karena ibu ingin menikah lagi."

"Lalu?" Leon semakin dibuat bingung oleh ucapan ibunya.

"Pernikahanmu."

Leon refleks berdiri dari duduknya, telinganya tak salah mendengar kali ini. Pernikahan? Untuknya?

"Ibu sedang bercanda 'kan?"

Julia menggeleng, "Ibu memang sedang mempersiapkan pernikahanmu. Sudah waktunya kau memiliki pendamping hidup, ibu sudah semakin tua dan kau terus memikirkan pekerjaan. Mau sampai kapan ibu menunggu agar kau membawa calon istrimu ke rumah ini?"

"Aku masih cukup muda, Bu. Pernikahan urutan nomor terakhir di list-ku. Lagipula aku tidak menyukai perjodohan, tidak perlu terburu-buru." ucapnya berusaha membujuk sang Ibu.

"1 bulan. Jika dalam tenggat itu kau tidak memperkenalkan kekasihmu, kau harus menerima perjodohan ini." titahnya dengan tegas, Julia tidak ingin putranya selalu berambisi hanya bekerja. Ia ingin Leon mendapatkan yang terbaik, tidak seperti dirinya.

"Tapi-"

"Bersiaplah, kita bisa terlambat." Julia meninggalkan Leon sendiri di ruangan itu.

*****

Ambitious Girl (END)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt