*****
"Pemirsa, baru saja pihak Watson Group memberikan statement kalau rencana pernikahan antara Leon Alexander dan Kimberly Watson dibatalkan. Saat ini pihak media masih ricuh membahas apa alasan yang mendasari batalnya persatuan dua keluarga yang sangat terkenal itu. Bahkan isu adanya orang ketiga sedang ramai dibahas oleh sebagian orang. Hanya itu yang bisa saya sampaikan saat ini, terima kasih."
Kim menatap layar televisi yang sedang meliput beritanya, ia tidak menunjukkan ekspresi apapun. Kim duduk sambil menyantap sarapannya, kondisinya masih dalam masa pemulihan setelah keluar dari rumah sakit.
"Bagaimana keadaanmu?" tanya Emma yang baru saja datang.
"Sudah lebih baik."
Emma mendudukkan dirinya di depan Kim, menaruh kacamata yang ia kenakan sebelum menghela napas.
"Para wartawan memaksa ingin bertemu denganmu untuk meminta klarifikasi mengenai hal ini, kuharap kau tidak membuat mereka menunggu lama. Karena hal itu bisa saja membuat mereka menggiring opini yang sedang ramai dibicarakan sekarang." saran Emma, ia cukup lelah hari ini karena harus menghindar dari kejaran para wartawan.
"Aku tahu. Katakan pada mereka, secepatnya aku akan memberikan klarifikasi." balas Kim.
Emma mengangguk, mengeluarkan ponselnya sambil mengetik sesuatu.
"Kau baik-baik saja, 'kan?" tanya Emma.
Kim mengalihkan tatapannya dari televisi, menatap manajernya itu.
"Tentu saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
"Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku, batalnya pernikahan bukanlah hal yang mudah. Perasaanmu tidak baik-baik saja, Kim. Aku sudah berulangkali mengatakan kalau kau bisa menganggapku seperti kakak perempuanmu, begitupun denganku. Kau tahu? Aku tidak mungkin berada di posisi ini jika bukan karena bantuanmu, jadi saat kau butuh bantuan apapun. Aku akan selalu berada di sisimu. Mengerti?"
Tanpa sadar air mata Kim menetes mendengar ucapan Emma, ia merasa beruntung karena masih ada orang yang mengkhawatirkannya. Selama ini, ia selalu tertutup mengenai hal pribadi, dan menurutnya akan lebih baik memendam sendiri dan mengatasinya.
"Terima kasih, Emma."
Alih-alih menjawab, Emma menarik Kim ke dalam pelukannya. Mengenal Kim sejak lama, membuat Emma mengerti perasaan gadis itu, Kim bukanlah tipe orang yang mudah mengekspresikan diri. Menurutnya, Kim tidak banyak menunjukkan ekspresi saat bekerja, kecuali tegas dan berwibawa. Melihat keadaan Kim dengan mata yang masih sembab dan wajah pucat, justru saja membuatnya ikut bersedih.
"Kau pasti bisa melewati ini."
*****
Plak!
CZYTASZ
Ambitious Girl (END)
Literatura KobiecaIa benci menjadi biasa saja, kesempurnaan merupakan hal yang sangat ia sukai. Baginya, kegagalan tidak akan pernah ada dalam kehidupannya. *** Kimberly Watson, gadis yang sangat berambisi agar segala tujuannya tercapai. Hidupnya yang dipenuhi kemewa...