Chapter 11 : Proximity

480 158 65
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Leon dan Edward sedang berada di club ternama New York. Mereka duduk di sebuah meja dan sang bartender langsung menyuguhkan alkohol dan Leon dengan cepat menghabiskannya.

"Kau seperti monster kehausan sekarang." ledek Edward, ia tahu jelas kebiasaan Leon saat bosan.

"Menemuimu seakan mengajak presiden bertemu. Aku tidak menyangka kau berinisiatif meneruskan perusahaan."

"Seperti ucapan Kim. Takdir." Edward tertawa ringan dan menenggak kembali wine miliknya.

Mereka menghabiskan waktu dengan menghabiskan beberapa botol wine, Leon yang tampaknya sudah mulai mabuk mulai memegangi kepala yang terasa pusing. Sementara Edward masih memiliki kesadaran karena ia minum tidak terlalu banyak. Tentu, mengimbangi permainan minum Leon hanya akan membuatnya mabuk berat.

"Aku merindukannya."

Edward tentu tahu, siapa lagi kalau bukan Kim. Yang dilihatnya selama ini antara Leon dan Kim seperti ada hide yang ditutupi. Sudah jelas dari bahasa tubuh keduanya, Kim nyaman di samping Leon begitupun sebaliknya. Ia tertawa kecil.

"Jika kau menyukainya, kenapa tak menyatakan perasaan langsung?"

"Aku sudah merencanakannya, tapi belum sekarang." Leon tersenyum membayangkannya. Antara sadar atau tidak ia mulai meracau dengan mendekati Edward dan berniat memeluknya.

"Brengsek! Menjauhlah dariku!" Edward berlari, sambil membuka ponselnya untuk menghubungi seseorang. Ia yakin Leon benar-benar mabuk sekarang.

*****

"Ada apa ini?" Livy langsung keluar dari taksi begitu melihat Edward memapah Leon yang setengah sadar.

"Dia mabuk berat hingga mengira aku seorang wanita, aku tidak tahu harus menghubungi siapa selain dirimu. Bisakah kau mengantarkan Leon pulang ke rumahnya?" tanyanya, Edward memijit pelipisnya yang sedikit pusing.

"Baiklah." Livy segera mengambil alih untuk memapah Leon, dengan segera menghentikan taksi dan meninggalkan area club.

Baru setengah perjalanan tiba-tiba taksi yang mereka tumpangi berhenti.

"Maaf, Nona. Bensin mobilku habis, sepertinya aku tidak bisa mengantar kalian sampai ke tempat tujuan." ucap sang supir taksi, ia cukup merasa bersalah atas kejadian ini.

"Apakah tidak ada cara lain agar aku bisa sampai ke sana?" Livy gelisah, ia berulang kali menatap layar ponselnya. Jelas sekali, jarak rumah Leon dari tempat mereka saat ini masih jauh.

Ambitious Girl (END)Where stories live. Discover now