Chapter 13 : Foreigners

427 143 20
                                    

*****

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

*****

"Kenapa Ayah harus bertindak ceroboh seperti ini?" Livy menggenggam tangan William, air matanya pun tak berhenti menetes sejak tadi.

"Ayah tidak apa-apa, ini hanya sakit biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." William mengangguk, ini bukan kali pertamanya ia harus kembali berurusan dengan dokter. Menurutnya itu hal yang wajar di usianya saat ini.

"Ayah tidak boleh sakit, aku akan sangat sedih nantinya. Setidaknya biarkan aku merawat Ayah dengan baik selayaknya seorang anak."

William tersenyum, ia tidak menyangka kalau gadis dihadapannya ini adalah putrinya.

"Boleh Ayah bertanya sesuatu?"

"Tentu saja."

"Di mana keberadaan Ibumu saat ini?"

Livy yang awalnya tersenyum, tiba-tiba terdiam seribu bahasa. Pertanyaan itulah yang selama ini sangat ia hindari, tapi ia tidak menyangka kalau sekarang adalah hari di mana itu benar-benar terjadi. Livy menautkan jari-jarinya, menundukkan kepala untuk memikirkan bagaimana cara menjawabnya.

"Maaf, tapi aku tidak bisa memberitahu keberadaan Ibu saat ini. Bukannya aku ingin menutupi sesuatu, hanya ini pilihan terbaik."

William memeluk tubuh Livy yang gemetar, entah kenapa pertanyaan itu bisa muncul sekarang. Ia hanya penasaran setelah bertahun-tahun sejak kematian Michelle--istrinya, itulah terkahir kali pertemuannya dengan Lauren.

"Seharusnya Ayah yang minta maaf karena sudah menempatkanmu dan juga Ibumu ke dalam hal sulit seperti ini. Kau tidak seharusnya menanggung atas perbuatan Ayah dan Ibumu di masa lalu." William merasa dadanya sesak, perbuatannya yang sudah menghancurkan segalanya.

"Tidak," Livy menggeleng. "Ini semua sudah takdir, jangan menyalahkan diri Ayah sendiri atas apa yang sudah terjadi. Lagipula aku tidak pernah menyesal dengan kehidupanku yang dulu, justru dengan begitu aku jadi tahu kalau untuk hidup harus memerlukan perjuangan."

"Ayah sangat bangga padamu, sungguh."

Livy menghapus jejak air matanya dan membenarkan letak rambutnya.

"Sudah cukup. Sekarang bukan waktunya untuk bersedih, Ayah harus menghabiskan makanan ini baru setelah itu langsung minum obatnya. Hari ini khusus, aku sendiri yang akan menjadi dokter pribadi Ayah." Livy mengambil mangkuk berisi bubur dan mulai menyuapi William, sesekali mereka membuat candaan ringan untuk membangkitkan suasana.

*****

"Ibu dengar ayah Kim jatuh sakit, benarkah?" Julia membenarkan letak kacamatanya setelah hampir satu jam ia berkutat dengan laptop dan beberapa berkas.

Ambitious Girl (END)Onde histórias criam vida. Descubra agora