Chapter 48 : Emergency Room

483 68 5
                                    

*****

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

*****

Semua menunggu dengan cemas ketika melihat lampu merah yang tandanya keadaan Kim tidak baik-baik saja, William sendiri hampir kembali drop kalau saja Emma tidak membantu menenangkan. William langsung menuju ke rumah sakit setelah mengetahui insiden yang dialami putrinya.

"Pihak kepolisian sudah mengevakuasi TKP, saya harap Tuan bisa tetap tenang agar kesehatan Anda tidak memburuk." Emma memberitahu, tangannya sendiri masih gemetaran ketika menyaksikan tubuh Kim yang penuh darah memenuhi pakaian gadis itu.

Di depan rumah sakit langsung dihadang oleh banyak keamanan untuk menjaga agar wartawan tidak menerobos masuk sehingga mengganggu kegiatan para dokter ataupun pasien lain, Kim sendiri ditangani oleh banyak dokter ternama.

William mengalihkan tatapannya pada seseorang yang belum sempat ia lihat sejak tadi, ia segera melangkahkan kakinya dan...

Bugh!

"Paman." Edward langsung menghadang ketika William berusaha melayangkan pukulan lagi pada Leon yang sudah jatuh tersungkur.

"Setelah menghancurkan hati putriku, apa kau juga berniat merenggut hidupnya?!" seru William, matanya memanas ketika melihat Leon yang selama ini sangat ia banggakan justru menghancurkan kepercayaannya.

Leon tidak menjawab, ia merasa pantas mendapatkan pukulan itu. Ia hanya mencemaskan Kim sekarang, ia akan menyalahkan dirinya sendiri jika sesuatu sampai terjadi pada Kim.

"Seharusnya kau tidak melakukan ini pada Kim ... Dia sudah cukup terluka selama ini," lirih William dengan suara lemah, ia langsung mendudukkan diri ketika Edward membantunya.

"Kim pasti baik-baik saja, kita harus terus berdoa untuknya." ucap Edward menenangkan.

Tak lama kemudian, pintu ruangan UGD terbuka dan seorang dokter kepercayaan Watson Group keluar.

"Bagaimana keadaan putriku, Grace?" tanya William cemas, ia segera berdiri untuk mensejajarkan tubuhnya dengan dokter itu.

"Keadaannya cukup kritis, Kim kehilangan banyak darah. Sedangkan stok darah di rumah sakit sedang kosong, kami butuh pendonor secepat mungkin."

"Ambil darahku, sebanyak apapun asalkan Kim bisa selamat." William menyodorkan diri, ia bahkan tanpa ragu ketika mengucapkannya.

Grace terlihat ragu sebelum menjawab, "kau sedang dalam proses pemulihan, akan beresiko jika kau mendonorkan darah dengan keadaanmu sekarang."

"Jangan pedulikan aku, nyawa putriku jauh lebih penting sekarang!" Mendengar bentakan itu, mau tidak mau Grace terpaksa mengiyakan walaupun ia sendiri ragu dengan keputusan William.

Ambitious Girl (END)Where stories live. Discover now