43

1.1K 140 122
                                    

Cue !

.

.

.


💜💜💜💜

Kamar yang seharusnya dihuni oleh dua orang ini terlihat kedatangan seorang tamu wanita. Dia adalah tetangga sebelah rumah Aera yang sangat akrab dengan keluarganya. Meski baik hati, Aera cukup tak suka dengan caranya berbicara yang seakan dia lebih tahu segalanya apalagi tetangganya itu sering ikut campur masalah kehidupannya. Salah satunya ialah hal ini.

"Aera-ya ?" Panggilnya saat Aera sedang sibuk dengan ponselnya.

Aera mengangkat kepalanya, menatap lawan bicara karena ia masih mengenal kata sopan santun yang tetap melekat pada dirinya, "Ne, ahjumma ?"

"Bukankah menjadi manajer artis sama saja seperti pesuruh ?"

Aera cukup terkejut dengan penuturan tetangganya itu. Mendadak darahnya meluap di dalam sana. Apalagi kali ini, batinnya berteriak kesal. Paham betul dengan karakter sang tetangga, Aera masih tetap memaksakan senyumnya walau berat, "Ahh.. bukan seperti itu juga"

Sang kakak yang tengah duduk bersantai sembari menonton acara variety show di televisi mendecih sebal. Mungkin tak disadari ibunya dan tetangganya, namun Aera otomatis menoleh ke arah sang kakak yang memiliki pemikiran yang sama dengannya. Kakak beradik ini memang tak suka saat masalah pribadinya diungkap apalagi sampai menilai hanya sebelah mata.

Disekolahkan dilingkungan dengan generasi yang berprinsip modern walau kedua orangtuanya masih lumayan menganut pemikiran tradisional, Aera dan kakak perempuannya menganut pemikiran, 'Urusan pribadi adalah hak pribadi dan bukan urusan orang lain'. Saat dicampuri urusan pribadi begitu, kedua kakak beradik ini mulai merasa dipermainkan.

"Tapi, masih disuruh-suruh olehnya juga, kan ?" Lanjut sang tetangga.

Rahang Aera mengeras. Ia menjawab, "Ne"

Sang tetangga kembali berujar. Sang kakak beranjak dari duduknya kemudian menuju toilet. Tahu betul Aera, tingkah sang kakak merupakan gelagat kalau dia jengah dengan kelakuan sang tetangga.

"Aigoo.. Untuk apa bekerja seperti itu ? Kau kan lulusan Universitas terkenal, mengapa tidak mencari pekerjaan di kantoran saja ?"

Aera menarik nafas dalam. Tidak tahu saja sang tetangga kalau dia hanya bertukar tempat kerja sementara. Meski dia menunggu ibunya, panggilan dan pesan dari timnya silih berganti masuk.

"Dia bekerja di kantor" bela sang ibu akhirnya.

Sang tetangga yang duduk disamping sang ibu kembali berkata, "Eiy, eonnie ! Walaupun di kantor, yang sebenarnya bekerja kan artisnya, dia cuma bekerja dengan artisnya bukan kantornya" atensinya kembali kepada Aera, "Aera-ya, ahjumma hanya ingin memberi saran, lebih baik kau bekerja di perusahaan Dong Bang saja. Meskipun perusahaan kecil, posisinya terdengar bagus"

Ingin sekali Aera menimpali. Namun saat itu, ponselnya berdering dan menampilkan nama salah seseorang yang berpengaruh di BigHit, "Jamsimanyo" kata Aera.

Si manis sengaja tak keluar kamar karena ia tahu yang akan dibahas si peneleponnya ini. Aera pun segera mengangkat panggilan tersebut.

"Ne, team daejang-nim ?"

Aera berdiri di depan kaca yang terbuka tirainya, membelakangi ibu dan tetangganya. Ia diam, menyimak apa yang diucapkan sang penelepon. Saat akan menjawab, ia lirik arah belakangnya sebentar, "Ah, ye. Saya tadi dapat telepon dari salah satu staf khusus Kepresidenan, katanya pertemuan Bangtan dengan Presiden di Cheongwadae sudah diatur tanggalnya. Kita hanya akan mengkoordinasi dengan BigHit dan schedule Bangtan saja. Masalah schedule yang telah ditetapkan, tim protokoler akan berkoordinasi lagi dengan BigHit, event dan perusahaan yang terlibat di hari tersebut nantinya. Kami akan melakukan meeting lagi bersama mereka di Cheongwadae sekitar tiga hari sebelum acara berlangsung"

YUNGIVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang