86

842 84 187
                                    

Cue !

.

.

.

💜💜💜

Setelah pergantian tahun, di dalam bar, Jimin tak sadarkan diri. Tak seperti rencana utama mereka yang menginginkan Jimin pura-pura mabuk dan tak sadarkan diri namun ternyata berakhir benar-benar tak sadarkan diri.

Meski begitu, timnya tetap tenang karena rencana B sudah disusun. Mereka mengikuti kemana salah satu teman laki-laki Jimin memapah si peri Busan pergi.

Alih-alih membawa ke rumah,  teman dekat Jimin -itu di konfirmasi oleh adiknya- membawa Jimin ke sebuah hotel di dekat bar.

Langsung saja, salah satu dari mereka turun ke lapangan. Untuk menutupi supaya rencana tak bocor, si bungsu Park yang mengambil alih tugas.

Lantai 8 hotel menjadi tujuan. Adik Jimin mengekori cukup jauh. Hingga pada akhirnya terlihat sampai di depan pintu kamar, Jimin yang masih dibopong dengan penyamaran lengkapnya dihampiri si adik.

"Hyung !!" Panggilnya.

Adik Jimin mendekati. Mencoba mengikuti sandiwara, ia pura-pura memeriksa dengan menurunkan masker Jimin.

Mata sipitnya membola, "Matne ! Uri hyungnim"

Teman dekat Jimin ternyata tak mengenalnya, "Jogiyo !" Katanya sembari merangkul Jimin lebih erat, "Nuguseyo ?"

"Uri Hyung mabuk ?" Tanya si adik.

Curiga dengan gelagat adik Jimin, ia menarik Jimin yang tak berdaya agak jauh, "Nuguya ? Jangan lancang !"

Si adik mendecak kesal, mata memutar muak, ia berkata, "Tidakkah wajah kami berdua terlalu mirip untuk ditanyai aku siapa ?"

Masih dicurigai, adik Jimin mendecak, mengeluarkan ponselnya lalu menyalakan ponselnya. Wallpaper bergambar foto dilayar menjadi bukti. Tak begitu saja teman Jimin terlihat percaya, adik Jimin akhirnya melakukan panggilan ke nomor Jimin secara langsung.

Kala sebuah ponsel terdengar berdering, barulah si teman Jimin ini mempercayainya, "Ahh.. mianhaeyo. Jinjja Namdongsaeng ?"

"Ne. Uri hyung mabuk berat ?" Tanyanya.

"Ne. Makanya aku ajak kesini dulu, nanti pagi niatnya mau mengantarnya pulang setelah dia sadar"

Adik Jimin mencoba mengambil tubuh lemah si kakak, "Gwaenchanayo. Aku akan membawanya pulang"

Namun, si teman seperti tak mau menyerahkan si kakak begitu saja. Ia mencengkram lengan Jimin lebih erat.

Mengetahui gelagat itu sembari melirik lengan yang dicengkram, adik Jimin bertanya, "Waeyo ?"

"A-aniyo" jawabnya tergagap.

Tanpa pikir panjang, adik Jimin menarik lengan si kakak dan membopongnya. Setelah berpamitan melalui gestur, adik Jimin membawa kakaknya pergi. Sebelah tangan yang masih bebas menepuk keras pipi sang kakak dengan punggung tangan.


Plak !

"Hyung ! Sadarlah !"

YUNGIVERSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang