D-1; His Sweet and Tender Voice Notes

2.3K 259 221
                                    

Maaf... masih ada satu chapter lagi nyelip sebelum The Day...


📅


Minggu, 28 Februari 2020.


Setelah berkali-kali tersesat dan bertanya arah pada banyak orang, Irene akhirnya tiba di rumah sakit. Kini ia tengah tersenyum manis, mengintip ke dalam ruangan Bibi Krystal. Di sana, Bibi dan Paman sedang bercengkrama hangat, sementara jemari Paman tetap sibuk bersenggama dengan keyboard laptop.

"Senang melihat Bibi baik-baik aja," ujarnya pelan. "Maaf, Irene sempat membuat kondisi Bibi memburuk. Semoga Bibi terus sehat dan bahagia, begitu pula dengan Paman."

Irene meletakkan telapak tangannya pada kaca, bergerak seakan membelai sepasang suami-istri itu. "Terima kasih udah menjaga Irene sampai saat ini. Irene sayang kalian."

Alih-alih masuk ke dalam, Irene justru berbalik dan berjalan menjauhi ruangan itu. Sesampainya di pelataran rumah sakit, ia segera menghentikan taksi yang kebetulan melintas.

"Kono basho made onegai shimasu (Tolong, antar ke tempat ini)," Ia menunjukkan secarik kertas berisikan sebuah alamat kepada sang supir. Tak sampai setengah jam, tibalah ia di tempat tujuan.

"Arigatou gozaimasu (Terima kasih)," ucap Irene membungkukkan badan, lalu turun dari taksi.

Di hadapannya berdiri bangunan mewah dan megah, tampak sunyi dan suram lantaran sudah lama tak ditempati. Selagi matanya terpaku pada rumah itu, serpihan-serpihan kenangan kian menyembul dalam memorinya.

"Irene-chan?" panggil seseorang dengan ragu.

Irene otomatis menoleh, tetap terkejut sekalipun ia sudah menduga kehadiran pria tua bernama Changmin itu.

"Oji-san (Paman)!" seru Irene riang.

"Shibaraku deshita, Irene-chan (Lama tidak bertemu, Irene)! Ogenki desu ka (Apa kabar)?" Penjaga rumah itu kontan mendekat padanya.

"Hai, genki desu (Iya, saya sehat). Gobusata shite orimasu, Oji-san (Lama tidak bertemu, Paman)!" jawab Irene.

"Astaga! Ternyata benar-benar kamu. Ada apa? Kenapa tiba-tiba datang ke mari?" tanya pria itu dalam bahasa Jepang, sembari mendekap tubuh Irene untuk beberapa saat.

Irene balas menepuk punggung pria itu, kemudian melepas dekapan mereka, "Gak apa-apa, Oji-san. Aku hanya rindu rumah ini," jawabnya pula dalam bahasa yang sama.

Pria itu tersenyum hangat. "Senang melihatmu kembali, Irene-chan. Kamu sendiri?" Ia melirik ke belakang, seolah mencari seseorang.

Irene mengangguk, "Iya, Oji-san."

"Oh, Oji-san kira kamu bareng Tuan Kai," terkanya.

"Paman Kai pernah ke sini?" tanya Irene heran. Alisnya mengerut.

Pria itu mengangguk semangat. "Apabila sedang di Jepang, seperti untuk kepentingan bisnis misalnya, Tuan Kai lebih memilih untuk tinggal di sini daripada di hotel," jawabnya.

Irene tertegun. "Oh, ya? Aku baru tahu."

"Irene-chan mau menginap di sini? Jika iya, Oji-san akan panggilkan asisten dan chef untuk kamu. Oji-san baru saja memulangkan mereka berhubung tugasnya sudah selesai," tawarnya, bersiap-siap mengeluarkan ponsel.

Namun, Irene buru-buru melambaikan tangan ingin menolak. "Gak perlu, Oji-san. Aku hanya sebentar. Tolong jangan beritahu siapapun jika aku ke sini," pintanya.

SINGULARITYWhere stories live. Discover now