D-19; Progress Between Four Couples

1.6K 292 83
                                    

Rabu, 10 Februari 2020.


Theo berdecak sebal di pagi hari yang cerah, oleh sebab tak kunjung mendapatkan respons dari penumpang tetap mobilnya semenjak sabtu lalu. Setelah menatap ponselnya yang masih tak bergeming, Theo akhirnya keluar dari mobil dan menekan bel rumah besar itu. Untung saja petugas keamanan di tempat ini sudah mengenalnya saking seringnya ia mengantar-jemput Princess Keana Irene Azura—seharusnya gaji sopir keluarga mereka dialihkan ke rekening bank-nya, jadi Theo tak perlu melewati serangkaian pemeriksaan data diri terlebih dahulu.

Ia diantar sampai ke depan pintu lebar yang tak berapa kemudian terbuka dan menampakkan wajah ramah seorang wanita yang telah menginjak usia kepala tiga.

Wanita yang sering dipanggil sebagai Ma'am Sunny itu segera membungkukkan sedikit tubuhnya, lalu tersenyum lebar, "Selamat pagi, Tuan Muda Matheo Joseva Nadean, tunangan dari Nona Keana Irene Azura," sapanya sopan dan lengkap membuat Theo berdiri canggung di tempatnya.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tawar wanita itu.

Theo segera sadar akan tujuannya. "Irene sudah bersiap-siap, Ma'am? Kalau sudah, tolong segera panggilkan. Karena kelas akan dimulai sebentar lagi," jawabnya kaku, ikut berbicara secara formal.

Ma'am Sunny melotot mendengarnya. "Nona Irene kuliah hari ini?" serunya panik. "Astaga! Maafkan saya, Tuan. Ini salah saya. Tadi begitu dibangunkan, Nona Irene bergumam kalau dia tidak kuliah hari ini, jadi saya mengiyakan saja tanpa memeriksa kembali jadwal Nona Irene."

Theo mengerjap-ngerjap tak percaya. Tangannya yang sedari tadi berdiam di sisi, terangkat untuk menyisir rambutnya yang sudah tertata rapi. Yang benar saja, jadi sedari tadi ia menghabiskan waktu hanya demi menunggu seseorang yang tengah terlelap tanpa dosa di atas kasur empuknya. Menyadari hal itu, membuat mood Theo semakin hancur begitu saja. Sungguh, memang makhluk sejenis Irene lah yang benar-benar mengganggu ketentraman dan kedamaian hidupnya.

"Nggak apa-apa, Ma'am. Tapi bisa tolong segera bangunkan anak itu sekarang?" tanya Theo penuh penekanan, berusaha memendam amarahnya.

Ma'am Sunny mengulum senyum tak enak. Ia membungkukkan tubuhnya kembali beberapa derajat. "Maaf, Tuan. Tapi bisakah Tuan yang melakukannya? Saya harus menyiapkan keperluan Nona sesegera mungkin," tolaknya halus.

Theo spontan mengusap wajahnya kasar. Ia bisa saja meninggalkan tempat ini, pergi ke kampus, dan mengikuti kelas paginya dengan tenang tanpa memikirkan masa depan tunangan tak resminya itu yang memiliki jadwal kuis hari ini. Oleh karena itu, pada akhirnya ia meneguk saliva kuat-kuat, lalu mengangguk setuju dengan wajah pasrah.

"Terima kasih banyak, Tuan. Kamar Nona Irene ada di atas. Tidak perlu saya antar, Tuan sudah pernah ke sana, bukan?"

Pertanyaan ambigu itu dengan seenaknya berhasil memberikan semburat merah di pipi pucat Theo. Sungguh, Theo dapat dihitung dengan jari masuk ke sana, hanya ketika Irene tertidur di mobil saat sedang ia antar pulang dan setelah kejadian pem-bully-an Irene dulu. Tapi ucapan Ma'am Sunny bisa-bisa membuat orang salah prasangka saat mendengarnya.

Dengan langkah tenang dan kedua tangan berada di dalam saku, Theo meniti anak tangga satu per satu. Sebenarnya jika dibandingkan, rumah besar ini masih kalah jauh dari istana milik Marlo Joseva Nadean yang hak kepemilikannya sudah diturunkan kepadanya selaku pewaris tunggal. Namun Theo bisa menduga, bahwa bagian dalamnya sama saja dengan miliknya. Tak ada kehidupan. Mungkin, sentuhan dan tawa Irene lah yang memberikan sedikit kenyamanan dan kehangatan di rumah ini.

Theo sontak menghela napas pelan saat mendapati sebuntal selimut yang melingkupi tubuh mungil seorang gadis, tergeletak tak berdaya di atas kasur begitu ia membuka pintu kamar. Ia mengurut pelipisnya sejenak sebelum mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar bernuansa merah muda dan ungu itu. Semuanya tertata rapi dan bersih—tentu saja berkat para asisten rumah tangga, tampak nyaman untuk ditempati. Rak-rak buku, meja rias yang penuh alat kosmetik, bintang-bintang gemerlapan di bagian atap dan serangkaian lampu-lampu mungil di tembok mempercantik ruangan cukup besar tersebut.

SINGULARITYWhere stories live. Discover now