From D-520; Their Bittersweet Past

1.4K 204 138
                                    


💓💛💙💚💜


📅


D-520


Jumat, 21 September 2018.


Theo selalu senang menghabiskan waktu bersama buku. Oleh karena itu, kini ia tengah menelusuri rak-rak buku kedokteran di perpustakaan untuk yang kesekian kali. Matanya menyisir setiap buku yang ada, hendak mencari yang ingin dibaca olehnya. Karena ia sudah paham dengan materi pre-klinik, maka sekarang ia ingin membaca materi klinik.

Sorot tajamnya berubah antusias kala menemukan buku berjudul The Biology of Cancer yang dicari-carinya. Ia sudah mengulurkan tangan untuk mengambil buku itu dari tempatnya, namun seseorang di sisi rak lainnya juga melakukan yang sama. Otomatis, mereka melepaskannya secara bersamaan pula.

"Maaf..."

Theo tak bisa melihat wajah itu karena terhalang oleh buku-buku. Namun melalui suara lembut yang begitu sopan masuk ke dalam indera pendengarannya, ia tahu bahwa pemilik jemari itu adalah seorang hawa.

Theo menghela napas. Mengapa ia tak bisa hidup dengan tenang selama di kampus ini? Seringkali ada mahasiswi yang mengintilnya kemana-mana. Contohnya, seperti sekarang. Dari suaranya, Theo tahu gadis itu bukan Yerin, atau Mina, bukan pula Juwita apalagi Sowon. Lalu, siapa kali ini?

Lantas Theo meraih kembali buku itu dari rak, hanya untuk mendapati seorang gadis asing sedang balik menatapnya terkejut. Mata bulat gadis itu berpancar indah, meskipun menyimpan sirat ketakutan.

"Ah, maaf," ujar gadis itu, padahal Theo tak berkata apa-apa.

Theo memang memiliki sorot mata yang membuat siapapun yang beradu tatap dengannya ingin meminta maaf, meskipun tak melakukan kesalahan apapun.

Theo mengerjapkan mata, langsung tersadar dari lamunan. "Lo mau pinjam?" tanyanya, dengan suara berat miliknya.

Gadis itu spontan mengangguk pelan. "Iya, tapi lo duluan aja. Gue bisa kapan-kapan kok," Ia lantas menundukkan kepala kecil, kemudian berlalu begitu saja tanpa pamit.

Melihat itu, Theo spontan berbisik cukup keras. "Hei! Mau ke mana?"

Gadis itu otomatis berbalik sembari menunjuk dirinya, "Gue?"

Theo memutar kedua bola matanya. "Emangnya siapa lagi?"

"Ah, iya juga," Gadis itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Kalau gitu, ada apa?"

"Kenapa lo mau baca ini?" tanya Theo tiba-tiba, ingin tahu.

"Hm?" Raut gadis itu berubah jengkel. "Kenapa? Emangnya hanya anak kedokteran yang boleh baca?" sewotnya, membuat Theo terkejut.

"Gue bahkan nggak tahu kalau lo bukan anak kedokteran," sahut Theo, ikut keki.

Gadis itu spontan mengatupkan bibir. "Ah, maaf," tukasnya cepat. "Gue kira lo sama dengan anak kedokteran lainnya."

Theo tak mengacuhkan ucapan itu, "Kenapa mau baca ini?"

Gadis itu mengaitkan jemarinya gentar, "Gue tertarik mempelajari cancer," jawabnya. "Lo juga?"

"Hm," gumamnya mengiyakan.

Theo tak pernah terbuka dengan orang baru, namun kali ini berbeda. Ia baru saja menemukan orang yang memiliki ketertarikan yang sama. Apalagi, akhir-akhir ini ia merasa kesepian. Ia memang senang menyendiri, tetapi bukan berarti dia nyaman berteman dengan sepi.

SINGULARITYWhere stories live. Discover now