D-7; The Bitter Truth

1.1K 197 253
                                    

"If it was you, how would it be? If these crazy days became yours?"

(If It is You - Jung Seung Hwan)


📅


Senin, 22 Februari 2020.


"Onee-chan! (Kakak!)"

Sana langsung tersadar dari lamunan, kala adik lelakinya menepuk tangan di hadapan wajahnya.

"Daritadi melamun aja, mana mukanya kusut banget kayak belum tidur," ujar Haruto, mencoba bersikap santai meskipun sebenarnya khawatir.

Sana menghela napas. "Emang belum tidur," Ia lalu menjatuhkan kepalanya di atas meja makan.

"Loh, beneran belum tidur? Kenapa? Onee-chan ada masalah lagi?" Haruto berpindah tempat ke samping kakak satu-satunya itu. "Kalau gitu tidur aja."

Sana yang sedang memejamkan mata sontak mengibaskan tangan. "Ada kelas sebentar lagi."

"Ya udah bolos aja," sahut Haruto. "Onee-chan setiap hari selalu penuh kerjaan. Nggak apa-apa meliburkan diri sehari. Pasti capek banget, kan? Aku aja yang cuma sekolah, makan, tidur, udah capek, kadang suka kepikiran mau kawin lari, tapi nanti makin capek, soalnya lari. Gimana jadi Onee-chan?"

Sana semakin memejamkan mata, lalu suara rengutan keluar dari bibirnya.

Haruto sontak membangunkan kakaknya. "Onee-chan kenapa? Beneran ada masalah?!"

Sana balik menatap adiknya dengan sorot lelah bercampur cemas. "Walaupun bolos, Onee-chan tetap nggak akan bisa tidur," tuturnya lemas.

"Onee-chan ada masalah apa, sih? Sini cerita, aku bolos sekolah deh hari ini, demi mendengar cerita Onee-chan," Haruto mengerling polos.

Sana otomatis mendorong adiknya. "Itu maunya kamu," Ia mendelik. "Udah kamu berangkat sekolah, nanti terlambat."

"Benar nih, nggak mau cerita?"

Sana mengangguk, mendorong adiknya itu keluar rumah. "Berangkat-berangkat, jangan sampai bolos. Lihat Okaa-san udah kerja dari pagi buat kamu, tuh," Ia menunjuk sosok wanita tua yang sedang sibuk dengan mesin jahitnya dengan dagu.

Haruto mengulum bibir. "Iya-iya, Haruto bakal belajar yang benar. Kalau gitu, Itte kimasu," pamitnya pada Sana, memberikan hormat dengan kedua jari, sebelum menghampiri ibunya dan berangkat ke sekolah menggunakan sepeda.

Sana hendak masuk kembali, namun suara lembut ibunya menghentikan pergerakannya.

"Kamu kenapa, Sana?" tanya ibunya yang sepertinya mendengar sayup-sayup obrolan antara ia dan Haruto. "Nggak bisa tidur?"

Sana menipiskan bibirnya. "Iya, Okaa-san, tapi nggak apa-apa. Aku bisa minum kafein."

Ibu mendongak dengan raut khawatir. "Karena itu, San?"

Sana melengos dan menyatukan bibir, segan menatap balik ibunya. Ia hanya mengangguk pelan. "Iya, Okaa-san. Karena itu."

Ibunya menarik napas dalam, diperhatikannya wajah kusut anaknya. "Okaa-san mengerti kamu, Sana. Nggak apa-apa, memang suatu saat hal ini pasti terjadi. Kamu hanya perlu jujur dan siap menerima resikonya. Okaa-san tahu, Sana pasti kuat," ujarnya lembut, sedikit menenangkan hati Sana yang kacau.

SINGULARITYWhere stories live. Discover now