54

2.5K 225 26
                                    




















































"Jadi mau dimulai dari mana?"

Seojun tersenyum tipis menanggapi tuntutan pertanyaan adiknya. "Bertanya satu persatu, Jiminie. Hyung akan berusaha menjawab semuanya."

"Hyung tidak akan berusaha menjawab, tapi Hyung harus menjawab dan menjelaskannya padaku."

Seojun mengangguk santai, menatap adiknya kalem. "Kau bertanya dan Hyung akan menjawab."

Jimin menatap lurus Seojun, mempersiapkan hatinya untuk mendengar penjelasan yang mungkin akan membuatnya kecewa atau sebaliknya. "Dari mana Hyung tahu kalau aku ke Busan?"

"Hyejin menghubungiku dihari yang sama saat kau datang. Dia tidak mengatakan apapun, hanya memberiku kabar jika adik kesayanganku berkunjung karena terlalu merindukan ibunya." disini Seojun merasa bersalah, sebab membiarkan Jimin menengok ibu mereka sendirian. "Maafkan aku karena terlalu sibuk sampai tidak bisa membawamu menemui ibu."

Jimin berdeham pelan, menatap sendu kakaknya yang mentapnya dengan rasa bersalah. "Aku sudah besar, Hyung. Lagipula aku bisa mengatasi rasa traumaku sedikit demi sedikit. Aku tidak mau menjadi bebanmu terus."

"Hei, apa yang kau katakan? Kau akan terus menjadi tanggung jawabku. Kita hanya memiliki satu sama lain di dunia ini. Kalau bukan aku, siapa yang mau kau repotkan? Yoongi??"

"Tolong jangan sebut nama itu dulu. Aku tidak tahu bagaimana menghadapinya." Jimin berujar dengan senyum getir di bibir penuhnya.

"Tapi kita akan membahasnya juga, jadi tidak mungkin aku tidak menyebut namanya 'kan?" Seojun tertawa kecil melihat reaksi adiknya yang kesal. Mau tidak mau mereka memang harus segera menyelesaikan salah paham ini agar tidak semakin berlarut-larut. "Oke, pertanyaan selanjutnya."

"Kenapa Hyung dengan mudahnya menyetujui hubunganku dengannya? Ini tidak ada hubungannya dengan pekerjaan 'kan?"

"Karena.." Seojun sedikit bimbang, haruskan dia mengatakan yang sebenarnya? Rasanya ini bukan haknya untuk bicara.

"Karena apa? Hyung, jangan coba menyembunyikan apapun lagi padaku atau aku benar-benar akan marah."

"Bukan begitu, Jiminie. Kurasa lebih baik kau mendengarnya sendiri dari mulut Yo-"

"Jangan sebut namanya!"

"Oke, maaf. Intinya lebih baik kau tanyakan langsung padanya dan ini tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan. Kau tidak perlu khawatir. Aku tahu setelah aku lama bekerja disana, jadi sekali lagi kutegaskan kau tidak perlu cemas jika aku diancam olehnya atau bentuk prasangka lain yang ada di kepalamu."

"Kalau tidak ada hubungannya dengan pekerjaan, lalu apa alasanmu menerimanya?"

"Dia menemuiku dan kami bicara baik-baik. Setelah mendengar penjelasannya, kupikir dia adalah orang yang tepat untukmu. Dan tentang keluarga Kim, rasanya kita sudah berhutang budi terlalu banyak. Dia menceritakan semua yang terjadi diantara kalian, itu juga salah satu alasanku mempertimbangkan permintaannya untuk menjagamu disini."

"Apa Hyung lebih rela aku dijaga oleh orang yang berpotensi menyakitiku dari pada keluarga Kim yang sudah jelas akan menjagaku?"

"Jangan berpikir kalau aku berada dipihaknya. Aku tetap kakakmu dan akan selamanya menjagamu dari orang-orang yang berpotensi melukaimu. Tapi, Yoongi berbeda. Aku bisa melihat kesungguhan dimatanya dan sampai detik ini dia masih menjaga kepercayaanku."

Disini Jimin tertawa pahit, menjaga kepercayaan, katanya?? "Omong kosong!"

Seojun mengernyit bingung mendengar ucapan adiknya. "Jiminie, apa maksudmu omong kosong?"

Daily LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang