27

5.6K 640 38
                                    

Comeback??
•﹏•








Yoongi sadar jika Jimin berubah muram sejak obrolan mereka berakhir, bahkan lelaki manis itu sama sekali tidak buka suara sedikit pun. Dia sendiri malas menegur, karena percuma saja, dia yakin Jimin tetap akan bungkam.

"Ayo turun," Yoongi membukakan pintu untuk Jimin, si manis yang melamun sampai tidak tahu jika mereka sudah sampai ditempat tujuan.

Jimin menoleh cepat saat pipinya ditusuk jari, berkedip-kedip kosong dan menurut begitu saja saat Yoongi menyambar tangan kecilnya untuk digenggam. Kepala Jimin menoleh kesana kemari, persis seperti bocah yang hilang dikeramaian kota. Jimin tidak tahu dimana mereka berada, dia hanya tahu kalau tempat ini adalah sebuah basement.

Yoongi sadar jika Jimin gusar, tampak dari kepalanya yang tidak bisa diam, menoleh kesana kemari seperti orang linglung. Bahkan keringatnya sudah merembes dari telapak tangan yang dia genggam. Ketika masuk lift, Yoongi mengulurkan tangan untuk menyeka keringat Jimin yang membuat lehernya berkilauan, yang lagi-lagi membuat Jimin terkejut dan langsung bersikap waspada.

"Kau mengalami episode?" Yoongi bertanya tanpa basa-basi, yang ditanggapi tatapan sendu Jimin.

Lelaki mungil itu membuang muka, dadanya mendadak ngilu dan sesak. Jari kecilnya tanpa sadar meremat tangan Yoongi yang menggenggamnya. Dia tidak menjawab, sebab saat ini hanya ada kekalutan di seluruh saraf tubuhnya.

"Jiminie?"

"Ya?" sahutan terkejut itu dibarengi gerakan kepala Jimin yang menoleh menatap Yoongi cepat, tapi sedetik kemudian Jimin kembali menunduk begitu dalam.

Yoongi menghela napas, menarik Jimin mendekat lalu memeluknya tanpa permisi. Mengabaikan tubuh Jimin yang sekali lagi menanggapinya dengan keterkejutan yang dirasa berlebihan.

"Apa sekarang kau takut?" Yoongi bertanya sambil mengelus punggung sempit itu halus, dagunya pun sudah bertumpu dibahu Jimin dengan nyaman.

Jimin gugup, dadanya berdebar tidak karuan. Dia bingung harus bertindak apa. Haruskah dia membalas pelukan Yoongi? Atau haruskah dia menghajar Yoongi sampai -setidaknya- salah satu tulangnya patah?

Sayangnya satu pun tidak dipilih Jimin. Dia hanya bisa berdiri kaku karena kelewat grogi. Kedua tangannya merespon dengan mengepal erat dikedua sisi tubuh. Jujur saja, Jimin memang takut, tapi ada rasa lain yang menyusup diantaranya. Sebuah rindu yang tidak bisa dia elak, sebuah bahagia serta ketenangan yang sudah lama dia damba, sebentuk rasa nyaman yang terlampau sayang untuk disiakan.

"Jiminie?" Yoongi kembali bersuara ketika dirasa Jimin tidak merespon, saat dia melirik yang tampak hanya Jimin yang tengah mengatur napas dengan kedua kelopak yang terpejam. Yoongi paham jika lelaki manis ini sedang berusaha menenangkan diri.

Ting!

Pintu lift terbuka dilantai 7. Yoongi segera membawa Jimin keluar. Lelaki itu masih menunduk, belum berani angkat kepala bahkan untuk menatapnya.

"Selamat sore, Min PD-nim!" seseorang menyapa dengan ceria. "Wah, siapa ini?" Minwoo, senior Yoongi yang memang terkenal jahil menatap penuh minat pada lelaki manis yang dibawa Yoongi.

"Jaga matamu, Hyung!"

Jimin melirik takut-takut kepada Minwoo, tanpa sadar dia bergeser kebelakang punggung Yoongi sambil memegang erat lengan mantan kekasihnya itu.

"Dia Minwoo, seniorku disini." Yoongi menjelaskan saat menatap Jimin yang ketakutan. Sifatnya masih sama, takut dan malu jika bertemu dengan orang baru yang terlalu menunjukkan ketertarikan padanya. "Hyung, berhenti menatapnya begitu atau aku laporkan kelakuanmu pada istrimu."

Daily LoveWhere stories live. Discover now