14

6.8K 701 21
                                    

Changes
•﹏•














Sejak malam itu semua berubah. Min Yoongi pergi tanpa sepatah kata meninggalkan Park Jimin begitu saja. Semua berubah karena satu fakta yang menyakiti keduanya.

.
.
.
.
.

Jimin menghela napas perlahan ketika kakinya menapak di depan gerbang sebuah universitas. Meski berat, tapi inilah pilihan yang dia ambil. Dengan satu alasan kuat yang masih terpendam dalam hati, Jimin memutuskan untuk menceburkan diri sekalian.

Entah sudah berapa bulan, Jimin sampai lupa. Sejak kepergian Min Yoongi malam itu, dia tidak pernah lagi terlibat komunikasi. Hubungan mereka berakhir, benar-benar berakhir. Ah, soal ayahnya, dia dipenjara karena perbuatannya tertangkap CCTV infrared.

Jujur saja, Jimin tidak bisa melupakan Min Yoongi begitu saja. Pria berandal yang sayangnya sangat dia cintai itu adalah sosok pertama yang datang dalam hidupnya. Dia pernah mencoba untuk menghubungi Yoongi, tapi nomor ponselnya tidak pernah aktif. Jimin juga sering meminta bantuan Seokjin, tapi usahanya tidak pernah berhasil. Min Yoongi mengabaikannya.

Jimin masih berdiri ditempat dia berpijak dulu. Menunggu Yoongi kembali meski sulit. Maka ketika Min Yoongi tidak mau didekati dengan cara halus, dia yang akan berlari mengejarnya. Itulah alasan mengapa dia berada di universitas ini, menjemput kekasih hati yang melarikan diri karena kesalahannya.

"Maaf lama menunggu, ayo." seorang pria tinggi dengan wajah khas oriental datang menghampiri, tersenyum begitu manis pada Jimin.

"Ayo, Taehyung dan Jungkook sudah menunggu di dalam." keahlian Jimin selain membuat orang gemas padanya adalah pintar menyembunyikan lukanya sendiri. Di depan orang lain dia akan selalu tersenyum dan bersikap ceria, tapi diam-diam setiap malam dia akan menangis. Meluapkan rasa rindunya pada sosok Min Yoongi.

Seperginya Yoongi malam itu, Jimin menangis semalaman sampai matanya perih, sakit, dan bengkak. Seokjin dan Taehyung tidak bisa berbuat apa pun karena meski mereka memohon pada Yoongi, si pucat itu teguh tidak mau menemui Jimin. Seminggu awal Jimin tidak mau makan. Sebulan awal dia menjadi pendiam, bicara seadanya, dan selalu mengurung diri dikamar. Sampai pada suatu saat dia mendengar percakapan Seokjin dan Taehyung, kakak beradik itu mengkhawatirkannya dan Jimin merasa tidak enak. Dia menumpang, tapi dia bersikap seenaknya. Jadi dia memutuskan untuk tidak membuat mereka merasa cemas. Bersikap baik-baik saja, tersenyum, tertawa. Jimin berusaha bertingkah seperti dirinya yang dulu, saat dirinya seceria ketika masih bersama Min Yoongi.

"Kenapa lama sekali?" Taehyung menyapa dengan satu pertanyaan itu. Bibirnya memberengut kesal.

Jimin pun tidak mau kalah. Membuat pria jangkung yang datang bersamanya gemas. "Salahkan Lyn yang meninggalkan tas di mobilnya!"

"Hehe.. sorry!" Lay Guanlyn meringis polos. "Aku sangat senang karena hari ini hari pertama kita duduk dibangku kuliah setelah masa orientasi. Jangan cemberut begitu, Tae. Lagi pula kita 'kan tidak satu kelas!"

"Kenapa jadi kau yang kesal?!"

"Tae, sudah. Sebentar lagi kelasku dimulai, aku pergi dulu. Nanti kalau sudah selesai kabari aku." Ini Jungkook, sang kekasih hati Kim Taehyung yang semakin hari semakin menawan. Taehyung sampai tidak mengerti bagaimana dia harus bersyukur memiliki pria seperti Jungkook disisinya. Tampan, keren, perhatian, dan begitu menyayanginya.

"Oke, nanti makan siang bersama 'kan?" Taehyung bertanya dengan binar polosnya.

Disana Jungkook tersenyum sambil mengusak rambut Taehyung yang bertahan dengan warna cokelat. "Tentu. Selamat belajar. Ayo, Lyn!"

Daily LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora