24

6K 661 17
                                    

I.WANT.YOU
•﹏•













Jimin masih saja diam, dia belum mau bersuara. Antara malu, kesal, dan senang. Tampak bodoh sekaligus konyol memang. Cinta memang seperti itu 'kan?

Yoongi memijit pangkal hidungnya. Lelaki manis disampingnya masih saja bungkam, menundukkan kepala, dan itu semua membuatnya serba salah. "Kau belum makan siang, jadi ayo turun dan pesan apa pun yang kau mau."

Jimin menggeleng pelan. "Aku mau kembali ke kampus saja bertemu dengan Baekhyun Hyung."

"Jiminie, ingat janjimu untuk menjadi anak baik. Jadi ayo kita turun karena kau harus mengisi perutmu." Yoongi keluar dari mobil, dengan cekatan membukakan pintu untuk kekasih hatinya. "Hanya ada dua pilihan, keluar dengan kakimu atau aku yang akan menyeretmu."

Jiminie mendadak ingat dengan semua petuah Baekhyun dan Taehyung. Dia harus menjadi seseorang yang kuat dan bisa melawan Min Yoongi. Jangan lemah meski kau mencintainya, begitu pikir Jimin.

Matanya melirik tajam pada Yoongi, dia bertekad akan berubah. Dia bukan lagi anak SMA yang lemah dan mudah dipermainkan. Dia sudah satu tingkat lebih tinggi dari sebelumnya. Ini hanya Min Yoongi, si manusia pucat yang kekurangan gizi.

Ya, terserah apa kata Jimin saja. Orang yang sedang kesal bebas mengumpat dalam hati.

Jimin mendorong tubuh Yoongi kasar agar membuka jalan. Melangkah dengan cekatan memasuki restoran. Menghela napas sekedar untuk menenangkan diri, memejamkan mata sejenak sebelum menyapa pelayan dengan senyum yang begitu ramah dan manis.

"Aku pesan Macaroni Schotel dan Milkshake Vanilla."

"Americano dingin saja." Yoongi menyahut sambil menarik kursi untuk diduduki.

Pelayan tadi tersenyum, mengulang pesanan kemudian pamit untuk menyiapkannya.

Sepeninggal pelayan tadi, Yoongi kembali memperhatikan Jimin. Lelaki manis itu memainkan ponselnya, sepertinya sedang berbalas pesan dengan seseorang. Lalu tanpa pamit beranjak tanpa membawa serta ponselnya. Yoongi mengawasi punggung Jimin yang berjalan menuju toilet. Lalu, matanya tertarik untuk menilik ponsel Jimin. Dia ingin tahu apakah Jimin masih menyimpan fotonya atau tidak. Namun, saat dia membuka folder pertama dia setengah menyesal meski lebih didominasi dengan rasa cemburu.

"Apa-apaan ini?!" rutuknya melihat foto yang dianggap Yoongi mesra antara Jimin dan juga Hoseok. Apa dia kecolongan?

Yoongi membanting ponsel itu agar kembali ke tempatnya, bertepatan dengan si pemilik yang datang dan duduk manis di sana. Memainkan ponselnya lagi sebelum disimpan di dalam tas.

Jimin kembali tersenyum saat pelayan datang membawa pesanan. Menggumamkan terimakasih sebelum menatap Yoongi yang memasang wajah super datar. Masa bodoh, Jimin tidak mau pusing. Dia lapar dan tidak ingin jatuh pingsan karena kelelahan saat latihan menari nanti.

Ditempatnya, Yoongi mengamati Jimin yang tengah menikmati makan siangnya, lelaki manis itu bahkan tidak berbasa-basi untuk menawarinya. Uh, mengingat foto tadi membuat Yoongi ingin memecahkan kaca disebelahnya saja.

Tidak ada percakapan selama Jimin makan, Yoongi memang sengaja menunggu. Saat lelaki itu menarik tisu untuk menyeka bibirnya yang sedikit berminyak, dia kemudian buka suara, "sedekat apa kau dengan Hoseok?"

Jimin spontan menatap Yoongi, ekspresi wajah lelaki itu masih sama ratanya dengan papan potong milik Seokjin dirumah. "Kami cukup dekat."

Jawaban santai itu membuat kepalan tangan Yoongi mengerat diatas pangkuan. "Jauhi dia."

Daily LoveWhere stories live. Discover now