50

4.3K 453 32
                                    

JIMINIE



























"Jim, serius?" Taehyung bertanya sekali lagi, terhitung sudah ke tujuh kali sejak Jimin mengatakan ingin pergi ke Jepang. Rindu Seojun Hyung, katanya. "Aku bisa mengantarmu-"

"Tae," Jimin menoleh dari tumpukan baju yang sedang dia susun di dalam koper kecil miliknya. "Jangan membuang uang hanya untuk hal remeh. Bukan sekali ini aku terbang menemui Seojun Hyung 'kan?"

"Tapi ini yang kedua! Kalau kau tersasar seperti dulu bagaimana?"

Jimin terkekeh halus. "Aku tidak sebodoh dan sepemalu saat SMA. Kita mahasiswa, Tae. Aku bisa membuka map atau bertanya pada petugas dan meminta bantuan polisi jika sesuatu terjadi."

"Tapi bahasa Jepangmu buruk!" Taehyung masih bernego. Tidak ikhlas melepas anak ayamnya sendirian ke negeri orang. Itu mengerikan, serius. Dengan wajah semanis Jimin yang sudah merubah warna rambutnya menjadi kecokelatan, agaknya dia akan menjadi makanan empuk bagi orang-orang brengsek di luar sana.

Dalam hati Jimin bersyukur, Tuhan memberikan Taehyung sebagai sahabatnya. Jika tidak ada Taehyung, dia pasti sangat kesepian.

Dua tangan itu melebar, merengkuh tubuh Taehyung yang sedikit lebih tinggi darinya. Jimin tersenyum hangat, sebelum menepuk punggung Taehyung halus kemudian berkata, "terimakasih sudah mengkhawatirkan aku, tapi tetap saja aku perlu belajar mandiri 'kan? Aku tidak boleh bergantung pada siapa pun."

Esok paginya, dengan wajah cemberut yang membuat Jungkook gemas setengah mati, Taehyung beserta kekasih dan kakaknya mengantar Jimin ke bandara. Taehyung bahkan sama sekali tidak melepaskan diri dari Jimin. Masih amat sangat tidak rela ditinggalkan. Padahal Jimin sudah pamit hanya empat hari disana.

"Jin Hyung, jangan biarkan Jimin pergi! Dia pasti menurut kalau kau yang membujuk!"

Seokjin pun inginnya begitu, setidaknya jika mereka tidak ingin Jimin pergi sendiri, salah satu dari Kim bersaudara bisa ikut menemani. Namun, agaknya Jimin memang butuh waktu sendiri.

"Tae," Seokjin mengusak kepala adiknya, mencoba memberi pengertian. "Mungkin Jiminie butuh waktu sendiri."

Kemudian Taehyung melempar tatap pada sahabatnya. "Kau sudah pamit pada Yoongi Hyung 'kan?"

Jimin hanya tersenyum, "antar sampai disini saja ya? Aku tidak mau nanti Taehyung tiba-tiba merengek dan menggagalkan liburanku."

"Tidak! Aku akan mengantarmu sampai pintu masuk keberangkatan. Aku janji aku tidak akan-"

"Hyung, lebih baik kau segera bawa bayi besarmu pulang sebelum dia membuat gaduh."

Candaan Jimin diamini Seokjin. Lelaki paling tua diantara mereka memberi pelukan dan satu kecupan di pucuk kepala, lalu menarik adiknya yang terus meronta ingin ikut dengan Jimin.

Jimin balas melambai dengan senyum gemas dibibir. Ketika ketiganya tertelan ramainya ribuan manusia di bandara Jimin mulai bergerak. Mengambil langkah meninggalkan tempat.






DAILY LOVE






"Oh, Min Yoongi?" Namjoon menyapa dengan suara terkejut. Dia sedang ingin bermain di sirkuit bersama Hoseok.

"Sudah dua hari dia disini. Kalau tidak tidur ya menjajal motor di aspal. Dan, dia hanya akan bersuara ketika dia merasa lapar." penjelasan Hansol membuat kedua temannya menatap pada lelaki pucat yang tidak peduli atas keberadaan mereka. Memilih menempel pada sofa dan memejamkan mata.

Daily LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang