5

10.4K 997 33
                                    

Sharing
•﹏•










Pekan ini dihabiskan Jimin dengan sejuta kejutan. Banyak hal yang baru dia ketahui tentang kekasih pucatnya ini. Benar, setelah dia minta maaf untuk satu kebohongan, Yoongi membuka seluruhnya. Tentang kehidupan yang selama setahun ini belum diketahui Jimin.

Setelah dari kampus, Yoongi membawa Jimin pulang ke apartemennya. Ini kali pertama, sebab selama ini mereka hanya akan bertemu di taman, di cafe, atau Yoongi yang akan menemuinya di apartemen Jimin.

Saat Jimin memasuki lobi gedung, harusnya dia sudah bisa membayangkan akan semewah apa tempat tinggal sang kekasih. Atau, setidaknya dia harus sadar dengan transportasi yang dibawa Yoongi. Pria pucat itu memiliki satu motor sport dan mobil yang cukup mewah untuk ukuran mahasiswa semester 4.

Jimin tidak akan berkomentar, ini jauh dari bayangannya. Apartemen Yoongi minimalis, didominasi warna putih serta abu-abu sepanjang mata memandang, sedang untuk kamar Jimin belum tahu karena dia belum kesana. Sofa mewah kuning gading yang tampak nyaman, karpet bulu hitam yang hangat ketika kaki Jimin tanpa sengaja menapak disana, jendela besar dengan dobel tirai putih tipis, serta dapur mini.

Sesampainya disana, Yoongi segera mempersilahkan Jimin duduk setelah dia mengambil sebotol jus jeruk, satu cola, serta satu toples cookies. Dengan santai merebahkan kepala dipangkuan Jimin. Membiarkan tangan pendek kesayangannya mengelus halus rambutnya.

Dari sana dia memulai semuanya. Membuka diri pada Jimin-nya. Setelah berpikir bahwa dia sudah keterlaluan. Dia tidak suka dibohongi, tapi dia justru bersembunyi. Jika Jimin bungkam selama enam bulan, maka Yoongi harusnya malu pada dirinya sendiri yang bersembunyi selama satu tahun mengenal Jimin.

"Aku ingin bicara," Yoongi memulai. "Aku akan membuka diri karena kurasa aku sudah keterlaluan padamu. Aku tidak suka dibohongi, tapi aku menyembunyikan ini darimu."

Kening Jimin mengerut, bahkan gerakan tangannya terhenti. "Apa maksudmu, Hyung?" Jimin tidak mau berpikiran buruk, tapi ucapan Yoongi terdengar ambigu ditelinganya.

Yoongi mendongak sebelum kembali menyamankan diri dengan wajah menghadap perut serta tangan yang melingkar sempurna dipinggul sempit kekasihnya. "Kalau aku jujur kau tidak akan marah 'kan?"

Suara Yoongi teredam, tapi Jimin masih bisa menangkapnya. "Hyung," dia mendorong kepala Yoongi halus agar mereka bertatapan. "Ada apa?"

"Ini tentangku. Kau mau mendengarkan?"

Meski ragu, Jimin tetap menganggukan kepala. Jujur saja, dia berdebar.

"Aku suka balapan, aku terkadang merokok, dan aku sudah bekerja. Orang tuaku sudah bercerai saat usiaku 15 tahun. Aku ikut bersama ibuku sampai aku lulus SMA dan memutuskan untuk tinggal sendiri. Ah, tapi sekarang mereka sudah memiliki pasangan masing-masing jadi aku tidak perlu khawatir. Mereka sudah baik-baik saja."

"Tunggu, bukankah Hyung tinggal bersama Hoseok Hyung?"

Yoongi melirik Jimin sekilas, bukannya merespon tentang perceraian orang tuanya, Jimin justru bertanya soal Hoseok. Apa-apaan itu?!

"Kau lebih tertarik tentang Hoseok dari pada kisah keluargaku?"

"Bukan begitu, Hyung. Apartemen ini terasa sepi saja. Dan, soal orang tuamu, kurasa aku tidak berhak bertanya. Itu privasimu."

"Kau berhak tahu, kau kekasihku."

Jimin merona tanpa sadar. Bibirnya berkedut menahan senyum. "Hanya kekasih, Hyung. Kurasa aku tidak akan bertanya sekarang. Omong-omong, kemana Hoseok Hyung?"

Daily LoveWhere stories live. Discover now