6

9.7K 936 37
                                    

Chafe
•﹏•









Rasanya waktu bergulir begitu cepat. Setelah makan siang yang berlanjut dengan obrolan panjang mengenai hidup Min Yoongi, pria pucat itu belum rela melepaskan kekasih manisnya. Dia menyeret si mungil ke super market terdekat untuk berbelanja. Dalih agar Jimin tetap berada disekitarnya. Tidak tahu, Yoongi hanya merasa rindu meski kekasih hatinya berada disekitarnya.

Yoongi mendorong troli yang sudah diisi dengan beberapa minuman dan makanan ringan, sebenarnya Jimin melarang, tapi Yoongi bersikukuh. Katanya untuk stok saat nonton pertandingan. Netranya mematai punggung sempit berbalut kaus panjang putih yang menenggelamkan. Sekedar informasi, Jimin dalam balutan baju oversize begitu menggoda matanya. Bagian paling dia sukai adalah sepanjang leher sampai dengan tulang belikat. Seksi sekali, sungguh!

"Sial!" Yoongi mendesis kesal dengan pemikirannya sendiri, maka dengan cepat dia melepas kemeja flanelnya untuk dia pakaian pada Jimin, membuat si mungil terkejut karena tindakannya yang tiba-tiba.

"Hyung, apa yang kau lakukan?!" Jimin mencoba mencegah dengan menggenggam erat tangan Yoongi yang akan memasang kancing kemeja paling atas.

"Jangan protes dan pakai saja. Lain kali jangan memakai baju dengan kerah rendah jika keluar rumah. Ini asetku, mengerti?"

Satu alis Jimin terangkat tinggi. "Hyung, apa kau salah minum obat? Kau benar-benar mengejutkanku hari ini."

"Hanya menurut dan kau akan aman."

Jimin mengerti kalau Yoongi posesif, tapi dia tidak mengerti tentang ancaman yang baru saja dilontarkan padanya. Maklumi, Park Jimin memang terbiasa berpikir positif disetiap keadaan. Jadi, dia memilih mengabaikan Yoongi dan menurut lalu melanjutkan acara belanja mereka.

"Jiminie,"

"Hm?"

Kembali Yoongi menatap entitas bocah SMA itu, bibirnya cemberut dengan alis menukik. Memilih buah segar adalah alasannya. Yoongi berpikir, itu hanya membuang waktu. Lagipula buahnya sama saja. Apa yang kekasihnya lihat?

"Hanya memilih buah apel apa harus sampai seperti itu?"

"Apa?" Jimin sukses menoleh, diiringi mata sedikit membola dan bibir bercela. Yoongi jadi ingin menyusupkan lidahnya kesana 'kan!

Oke, lupakan. Min berotak mesum Yoongi memang keterlaluan. Dia seolah lupa jika kekasihnya masihlah bocah SMA yang maha polos tentang hal intim semacam itu. Untuk informasi, bahkan ciuman saja bisa dihitung dengan jari. Kalau kecupan Yoongi gemar mencuri, tapi kalau ciuman yang melibatkan dua daging yang berfungsi sebagai indra perasa, Yoongi baru melakukannya dua kali. Saat peringatan dua bulan hari jadi mereka dan saat Yoongi begitu cemburu pada adik kelas Jimin yang membuat Yoongi emosi dan berakhir membuat Jimin menangis ketakutan setelah dicium sedemikian kasar. Itu sekilas cerita derita Yoongi menahan hasrat. Jujur saja, kalau bisa dia ingin mendapatkan ciuman panas sekali setiap hari, setidaknya.

"Hyung!"

"Hah? Kenapa?" Yoongi merutuk dalam hati, dia melamun.

Disana Jimin menghela napas. "Kau melamun, ada sesuatu yang mengganggumu?"

"Tidak. Hanya kepikiran pekerjaan saja." bohong lebih baik dari pada Jimin merajuk mengetahui dia sudah berpikir sejauh itu.

"Kau ingin menu makan malam apa? Aku berencana memasak untukmu."

Tuhan, maafkan Yoongi karena berpikir mesum terhadap Jimin. Bibirnya berkedut dan sukses tersenyum tipis. Mengelus kepala Jimin dan mendaratkan kecupan hangat di kening kesayangannya. "Terserah kau. Kuharap tidak mengecewakan karena ini kali ketiga kau memasak untukku. Makan malam ditempatmu kemarin sudah cukup lumayan."

Daily LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora