51

4.5K 389 34
                                    

Sebelumnya....
Asli ini drama banget, jadi skip Aja deh yang nggak suka.
He . He . He










At least









































Besok adalah hari ke lima, Jimin sebenarnya ingin kembali ke Seoul hanya saja rasanya masih berat untuk meninggalkan Busan sekaligus bertemu dengan Yoongi. Bahkan Jimin tidak yakin kalau Yoongi sudi untuk menemuinya lagi.

Tidak ada pesan dari Yoongi, lelaki pucat itu sama sekali tidak mencarinya, tidak menghubunginya. Mencoba berpikir positive, mungkin saja Yoongi memang terlalu sibuk sampai tidak menyadari bahwa dirinya pergi dari Seoul.

Jimin duduk di tepi ranjang kecilnya, menatap layar ponsel yang menampilkan pesan dari Taehyung. Sahabatnya tampak cemas, sedikit merasa bersalah sebab dia sudah berbohong pada Seokjin dan Taehyung. Ah, jangan lupakan Seojun juga. Secara tidak langsung dia sudah membohonginya kan? Dia tidak pernah terbang ke Jepang, Jimin melarikan diri ke Busan, dan kalau Seojun tahu sudah bisa dipastikan Kakaknya akan menyeretnya pergi dari sana.

"Maafkan aku.." gumamnya sedih untuk semua orang yang dia repotkan.

"Jiminie?" ketukan pelan dipintu kamar membuyarkan pikiran kacau Jimin. Dia beranjak untuk membuka pintu setelah menjawab sekenanya.

"Ya, Noona?"

"Aku akan berangkat ke klinik. Ada makanan dikulkas, jika kau lapar tinggal panaskan saja. Ingat, jangan buka pintu sembarangan. Mengerti?"

Matanya melirik jam dinding, "ini masih jam 7, bukankah shift malam dimulai dua jam lagi?"

"Aku ada pekerjaan lain, kau ingat kucing yang kutemukan kemarin? Malam ini aku dan temanku akan mengoperasinya. Oh, iya, limabelas menit lagi Nyonya Im akan datang mengambil laundry. Kalau ada apa-apa segera hubungi aku. Okey?"

"Aku mengerti. Hati-hati. Ah, ya, Noona!" wanita itu menoleh, dengan raut bertanya. "Terimakasih untuk semuanya.." ujar Jimin tulus diiringi senyum lembut.

"Apa-apaan kau itu? Sudah jangan bicara aneh-aneh, aku harus memiliki mood yang bagus agar operasinya lancar." satu tangannya terangkat, mencubit main-main pipi Jimin yang sedikit tirus dan menyempatkan untuk mengusak kepalanya sayang. "Aku berangkat dulu. Sampai besok!"

Jimin melambaikan tangan, tertawa kecil sebagai rasa syukur sebab masih memiliki Kang Hyejin dihidupnya -wanita usia 30-an yang menjadi sahabat ibunya dulu. Mereka bertemu ketika Hyejin sedang magang di rumah sakit dan merawat ibunya hingga ajal menjemput.

Rasanya baru kemarin, tapi ternyata sudah lebih dari sewindu dia hidup mandiri bersama Seojun. Perjuangan Kakaknya yang tidak main-main mampu membuatnya hidup jauh lebih baik. Inilah alasan mengapa Jimin begitu menghargai, menghormati, serta menyayangi Seojun.

Jimin menoleh dari gelas yang masih dia genggam ketika bel berbunyi. Melirik jam dan ternyata sudah sepuluh menit dia melamun di dapur. Jam tepat menunjukkan pukul 7:15, Nyonya Im memang selalu tepat waktu. Setelah menenggak habis sisa air putihnya dan meletakkan gelas ke wastafel, Jimin segera bergegas membuka pintu. Memasang wajah seceria mungkin untuk menyambut tamunya.

"Iya, sebentar, Nyo-" Jimin tercekat, tangannya meremat kenop pintu kuat-kuat ketika matanya menangkap sosok di depannya. Pita suaranya seolah putus dan mendadak seluruh tuhuhnya kaku.

Mata mereka bertemu, saling lempar tatap dengan sorot yang bertolak belakang. Jimin membalas sorot tajam itu dengan pandangan bergetar. Kalau boleh jujur, dia bahkan sudah akan menangis saat ini tapi takut memperkeruh suasana.

Daily LoveWhere stories live. Discover now