41

5.9K 560 80
                                    

Accepted??
=_=















"Kalau kau memang serius, maka aku akan melepas satu tanganku untuknya. Aku dan Taehyung tahu betul apa yang dialami Jimin selama kau tidak ada. Dia murung, tidak mau makan, pendiam, dan bersikap seolah dia baik-baik saja meskipun kami tahu dia menangis diam-diam setiap tengah malam datang. Menangisi lelaki yang meninggalkannya, menangisi lelaki yang tega mencampakkannya tanpa mau mendengarnya. Aku dan Taehyung berusaha sekuat tenaga untuk setidaknya membuat Jimin dekat dengan Namjoon dan Hoseok. Bukan agar dia selalu ingat padamu, tapi aku ingin dia sadar bahwa ada kami yang selalu berada dibelakang ketika dia lelah dan terjatuh."





Serentetan kalimat panjang yang disampaikan Jin semalam setelah Yoongi mengantar tidur Jimin adalah hal yang dia renungkan sepanjang sisa malam yang berlalu.

Jadi dia sekejam itu?
Jadi separah itu efek yang timbul karena ulahnya?
Jadi sebesar itu Jimin mencintainya?
Jadi sedalam itu luka yang dia gores pada hati lelaki manisnya?

Min Yoongi menghela napas. Masih terbaring ditempat tidur dan langsung teringat hal itu lagi. Dia bahkan baru saja membuka mata, entah pukul berapa tadi dia terlelap. Disebelahnya sudah kosong, lalu matanya melirik pada jam dinding yang menunjukkan pukul delapan saat seseorang mengetuk pintu.

"Masuk!" suara serak bernada malas itu menggema, mempersilahkan tamu.

Pintu terbuka, Jimin menghampiri dengan senyum manis di bibir, berbalut sebuah kaus abu-abu berlengan panjang serta celana pendek selutut. Yoongi tebak Jimin baru saja mandi, tampak dari rambutnya yang masih setengah basah.

Lelaki pasi itu mengulurkan tangan yang disambut baik oleh Jimin, menariknya agar duduk ditepian yang kosong. "Selamat pagi, Baby."

"Pagi, Hyung." Jimin menjawab sambil mengelus pipi Yoongi yang direspon dengan senyum tipis yang cukup membuat Jimin berdebar. "Mandi dan sarapan. Omong-omong, hari ini aku libur."

"Kode agar aku mengajakmu berkencan?"

Jimin terkikik, "tidak kok. Aku hanya ingin menghabiskan waktu dirumah saja untuk istirahat."

"Jadi kau mau mengurungku disini seharian penuh, begitu?"

"Tidak juga." Jimin menggeleng polos. "Memangnya kau tidak bekerja?"

"Hei, panggil aku Hyung! Sopan sekali kau memanggilku seperti itu." Yoongi berpura protes ketika Jimin tidak menggunakan embel-embel Hyung saat bicara dengannya.

"Tidak mau. Kalau seperti itu aku akan tampak seperti adik yang manja untukmu." Dan tentu saja Jimin selalu memiliki alasan tersendiri untuk semua tingkahnya. Untung saja Yoongi tidak keberatan.

"Memang kau siapa?" nah, senyum penuh ejekan itu sukses menggantung di bibir tipis Min Yoongi. Harinya terasa lebih indah dari sebelum-sebelumnya.

Jimin mendengus, melepaskan genggaman Yoongi tapi lelaki itu tidak mengizinkan, justru semakin erat menggenggam. "lepas, aku bukan siapa-siapa. Aku hanya mahasiswa baru jurusan seni tari."

Mau tidak mau Yoongi tertawa, menarik tangan mungil Jimin yang dia genggam untuk dikecupi punggung tangannya. "Kau 'kan belum memberiku jawaban yang pasti."

"Begitu ya? Kalau begitu kita berteman saja."

"Teman seumur hidup."

"Ya tentu saja, seperti aku dan Taehyung, Jin Hyung, juga Jungkook. Kami akan berteman sampai mati." dalam hati Jimin menggerutu, dia tidak sebodoh itu membuat Yoongi puas menggodanya. Jangan harap.

Daily LoveWhere stories live. Discover now