12

7K 741 22
                                    

Bittersweet
•﹏•












Suasana cafe itu ramai oleh celotehan Taehyung dan Jungkook yang berdebat tentang warna apa yang akan dia aplikasikan pada rambutnya saat kuliah nanti. Hoseok menimpali seadanya jika ditanya, tapi tidak jarang ikut gemas dengan kelakuan dua bocah SMA itu.

"Kurasa merah akan cocok untukku."

"Berani memakai warna itu akan kugunduli kepalamu!"

"Biru tidak boleh, hijau kau tolak, merah malah mengancam! Maumu apa sih, Jeon Jungkook! Dasar menyebalkan! Pulang saja sana!" Taehyung memberengut. Melipat tangan di dada sambil membuang muka.

Jungkook jengah. Dia memegang bahu Taehyung agar kembali menghadap padanya. "Kau tidak boleh tampak mencolok atau kau akan menjadi sasaran senior, kau mau kena hukum setiap hari?"

"Tentu saja tidak! Manusia mana yang mau dihukum tanpa kesalahan!"

"Maka itu, jangan memakai warna yang terlalu mencolok. Hanya tunggu enam bulan, baru kau boleh mengganti warna rambut sesukamu. Lagi pula, aku suka warna rambut cokelatmu yang sekarang." Jungkook si perayu ulung.

Taehyung melunak, menatap Jungkook. "Benar?"

"Tentu saja. Kapan aku berbohong padamu?"

"Baiklah. Aku akan mengganti warna rambutku saat libur semester saja."

Disana Jungkook mendesah lega. Mengusak kepala Taehyung gemas dan membiarkan si manis itu menyender di bahunya. Kembali mengajaknya berceloteh tentang banyak hal.

Didepannya Hoseok dan Namjoon yang menonton drama ala bocah SMA itu hanya menggelengkan kepala. Dasar bocah, batin mereka.

Seojun datang dengan senyum lebar. Menyapa Seokjin yang sedang menyiapkan kudapan dimeja yang sudah diatur untuk 8 orang. Namjoon dikejauhan hanya menukikkan alis, dia tidak suka miliknya di sentuh-sentuh meski hanya sebuah tepukan pelan di bahu. Namjoon jadi tahu perasaan Yoongi terhadap Jimin.

"Nah, tamu utama sudah datang. Ayo semua berkumpul." Seokjin berseru memanggil, dia masih berdiri disamping Seojun.

"Dimana Jimin?"

Seokjin tersenyum, "dia sedang di atas, sebentar aku panggilkan."

Seokjin ke lantai dua, karena setelah Yoongi pergi Jimin mengurung diri di ruangan Seokjin. Tidak lama dia turun membawa Jimin, untung saja bocah SMA itu paham jika kakakknya tidak suka melihat dia menangis. Jadi Jimin mengompres matanya agar tidak sembab. Itu bisa jadi bumerang.

"Sudah pulang, Hyung? Bagaimana pekerjaannya, lancar 'kan?"

Seojun mengecup pucuk kepala Jimin, "Lancar sekali dan besok aku harus kembali ke Jepang. Pesawat paling pagi. Kau tidak perlu mengantar. Nah, sekarang kenalkan aku pada teman-temanmu."

Jimin tidak kecewa, sebab dia tahu kakaknya memang sibuk meski begitu Seojun selalu saja menyempatkan waktu untuk menghubunginya. "Yang disebelah Hoseok Hyung itu Namjoon Hyung, kekasih Jin Hyung, mereka teman satu kampus juga."

"Aku Seojun, kakak Jimin. Salam kenal, Namjoon."

"Salam kenal juga, Hyung." Namjoon menganggukkan kepala sekilas tanpa lupa balas tersenyum. Dalam hati, bukankah kakak Jimin posesif? Tapi kenapa tampak begitu ramah?

"Lalu yang seperti kelinci itu Jeon Jungkook, Hyung pernah bertemu dengannya tapi belum berkenalan. Dia satu sekolah denganku."

Seojun mengangguk-anggukkan kepala. Menatap Seokjin, Hoseok, Namjoon, Jungkook, dan, Taehyung, seolah sedang memindai masing-masing orang. Dia kenal dekat dengan Seokjin dan Taehyung, karena mereka kenal sudah lama. Jungkook juga sering dia dengar namanya dari Jimin, dia juga tahu kalau Jungkook kekasih Taehyung. Hoseok rasanya bukan tipe pria jahat yang gemar menyakiti. Lalu, Namjoon? Ah, dia kekasih Seokjin, tidak mungkin juga dia akan menyakiti Jimin.

Daily LoveOnde as histórias ganham vida. Descobre agora