BAB 10: Membangun Kepercayaan

102 11 3
                                    

Arini dan Brandon

Arini duduk di ruang tamu menunggu Brandon pulang. Dia sudah rapi mengenakan dress panjang dengan lengan hingga siku. Rambut hitam panjang dibiarkan tergerai hingga pinggang. Iin selalu berpenampilan seperti itu ketika berada di dalam rumah, berbeda jauh ketika bepergian. Wanita itu ingin selalu tampak cantik di depan suaminya.

"Cie ... yang lagi nungguin Papi datang," goda Al ketika berada di anak tangga paling bawah.

Iin tersipu malu mendengar perkataan putrinya.

"Kayak lagi nungguin pacar deh, Mi." Al melangkah mendekati ibunya, lantas duduk di samping kanan Arini.

Mata cokelat lebar Iin menyipit. "Kamu jangan-jangan sama kayak El ya? Lagi ada yang disukai?"

"Ih, enggak lah ya. Ngeri kalau ketahuan Papi. Bisa ngamuk entar," sahut Al bergidik.

Iin tergelak pelan.

"Mami nggak pernah bosan ya ketemu sama Papi terus? Sejak SMA selalu barengan loh," tanya Al tanpa bisa menutupi rasa penasaran.

"Hmmm ... Gimana ya?" Arini pura-pura berpikir sambil menepuk dagu dengan ujung jari telunjuk. "Sayangnya nggak tuh. Malah kalau nggak ketemu jadi kangen."

"Beneran nggak pernah merasa bosan?" Al rupanya masih belum percaya.

Arini menggelengkan kepala. "Papi kamu itu bisa bikin hari-hari Mami terasa menyenangkan. Dia tahu apa yang dilakukan kalau Mami lagi nggak mood."

"Oya?" Al memutar tubuh menghadap Arini.

"Dulu pernah Mami lagi bad mood banget. Tiba-tiba aja ajak ke pantai," cerita Arini antusias mengenang masa lalu bersama dengan Bran.

"Papi dulu ngeselin kayak sekarang nggak sih, Mi?" selidik Al penasaran.

Kening Arini berkerut, karena tidak pernah menduga Al menganggap ayahnya menyebalkan.

"Nyebelin sih pas awal-awal ketemu. Tengil juga. Sampai kasih Mami julukan—" Kalimat Arini berhenti ketika pikirannya mendadak kosong.

"Julukan apa, Mi?"

Kali ini giliran Al yang bingung melihat perubahan ekspresi Arini.

"Mami?" panggil Al membuat ibunya terkesiap.

"Eh? Sampai di mana tadi kita ngobrol?" tanya Iin ketika kembali fokus dengan percakapan mereka.

"Mami bilang kalau Papi kasih julukan apa gitu."

"Oh iya. Kasih julukan Kutilangdara. Dulu 'kan Mami kurus banget," ujar Arini menahan tawa.

"Terlepas dari sifatnya yang suka bikin kesal, tapi Papi kamu laki-laki yang bertanggung jawab, Al. Dia juga baik banget dan nggak pernah sakiti Mami," sambung Arini tersenyum mengenang kebersamaannya dengan Bran.

"Dia selalu berusaha membuat Mami bahagia. Sekarang Papi juga ingin menjaga kalian dari pengaruh buruk pergaulan remaja yang semakin memprihatinkan." Arini berhenti sejenak sambil membelai lembut pinggir kepala putrinya. "Jadi, jangan berpikiran Papi nyebelin ya, Sayang."

Al tersenyum samar, lantas menganggukkan kepala.

Baru saja Al ingin mengajukan pertanyaan lagi, terdengar suara mobil memasuki pekarangan keluarga Harun.

"Itu Papi datang. Mami ke luar dulu ya, Princess," kata Iin sebelum beranjak ke teras rumah.

Senyum mengambang di bibir mungil Arini ketika menyambut suami tercinta datang. Brandon langsung memeluknya, lalu memberi kecupan dalam di kening istrinya.

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Where stories live. Discover now