BAB 39: Menghadapi Kenyataan

113 11 8
                                    

Al dan El

El dan Al duduk di atap sekolah saat jam istirahat. Keduanya sama-sama termenung hingga lima menit setelah duduk di bangku, larut dengan pikiran masing-masing.

"Bang," panggil Al memecah keheningan.

"Ya, Dek?"

"Aku mau ngaku sama Abang," desis Al memberanikan diri.

El mengalihkan pandangan kepada adiknya. Raut wajah Al tampak begitu serius sekarang.

"Waktu pulang bareng sama Kak Fatih ... sebenarnya aku habis pergi ke diskotik sama geng Jelita," aku Alyssa jujur.

Mata cokelat El melebar seiringan dengan mulut yang menganga. "What? Klub malam?"

Al menundukkan kepala, lantas mengangguk pelan.

"Astaghfirullah!! Kamu gila, Dek!" sergahnya garang.

Wajah Alyssa berganti sendu. Dia tahu El bisa marah mendengar pengakuannya.

"Abang udah bilang sama kamu, jauhi geng Jelita. Mereka itu cewek-cewek nggak bener, Al! Gimana kalau terjadi sesuatu sama kamu?" cecar Elfarehza dengan napas memburu. Matanya langsung merah ketika menahan amarah atas perlakuan adiknya.

"Aku tahu, Bang. Makanya aku takut banget. Untung Kak Fatih datang di waktu yang tepat, kalau nggak—" Al terisak ketika ingat kejadian pada malam itu. Dia merasa ingin muntah membayangkan aroma alkohol yang terendus di hidungnya.

"Fatih datang ke sana?" tanya El bingung.

Kepala Al kembali bergerak ke atas dan bawah. "Kak Fatih kebetulan denger waktu geng Jelita minta aku datang ke night club daerah Kemang. Nggak nyangka dia ikutin aku waktu itu."

"Ya Allah, Dek. Allah masih sayang sama kamu, jadi dikirim orang buat nolong." El memandangi netra adiknya bergantian. "Kamu minum alkohol?"

"Dipaksa minum bir sih," lirih Al pelan.

"Tetap aja itu alcohol, Dek. Ya Allah. Abang ngerasa gagal sebagai seorang kakak. Harusnya Abang jagain kamu, tapi malah sibuk sendiri," sesal El mengusap wajah.

"Alhamdulillah aku nggak pa-pa kok, Bang. Aku hutang budi banget sama Kak Fatih," ujar Al di sela tangis yang belum reda.

"Tentu, Al. Pasti butuh pertimbangan besar buat orang kayak Fatih buat ke sana. Abang kenal banget sama dia," tutur El lugas.

"Aku udah bikin dia datang ke tempat itu, Bang," desah Al menutup wajah kembali menangis.

El mengembuskan napas keras, lalu menarik adiknya ke dalam pelukan. "Udah lewat juga, Dek. Syukur aja kamu nggak kenapa-napa. Jadikan ini pelajaran dan jangan bergaul lagi dengan mereka. Paham?"

"Iya," sahut Al dengan suara serak.

Pelukan perlahan melonggar. El kembali mematut wajah adiknya. Dia geram sekali dengan perbuatan geng Jelita yang hampir menjerumuskan Al ke dalam pergaulan bebas.

"Mami dan Papi udah tahu?"

"Kalau udah tahu aku pasti habis dimarahi, Bang."

El manggut-manggut. "Jangan sampai mereka tahu. Cukup Abang aja yang tahu."

Alyssa menggeleng tegas. "Aku akan kasih tahu Mami dan Papi, Bang. Tapi nggak sekarang. Tunggu siap mental dulu."

"Yakin?"

"Iya. Kasihan Mami juga kalau aku nggak ngaku. Kemarin aja udah—"

"Udah gimana, Dek?" tanya El penasaran.

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant