BAB 36: I Will be Your Reminder

127 13 15
                                    

Brandon

Sepasang mata sayu berwarna hitam sedang memandang lekat paras yang masih tertidur pulas di sampingnya. Sejak tadi malam Bran tidak bisa tidur memikirkan kemungkinan penyakit yang diderita Iin. Selain struk pembayaran, pria itu tidak menemukan petunjuk apa-apa lagi.

Apa yang sebenarnya terjadi sama kamu, In? Kenapa aku nggak pernah tahu? desah Brandon dalam hati.

Hari ini Brandon berencana akan mengunjungi rumah sakit, setelah mengantarkan Arini ke kantor. Dia harus menanyakan detail pemeriksaan yang telah dilakukan kepada istrinya.

Brandon beringsut ke dekat Arini, lalu memeluk tubuh ramping itu. Perlahan terasa gerakan kecil dari dalam pelukan.

Arini mulai mengerjap pelan ketika merasakan kehangatan tubuh suaminya.

"Kamu nggak tidur?" gumamnya dengan suara khas bangun tidur.

Bran melonggarkan pelukan, lalu melihat istrinya. "Maaf aku jadi bangunin kamu," ucapnya memberi kecupan kecil di bibir.

"Kenapa belum tidur sih?"

Pria itu mengulas senyuman di bibir yang terisi penuh di bagian bawah dan sedikit tipis di bagian atas. "Lagi pengin lihat bidadari tidur."

Iin berdecak sambil menepuk pelan dada suaminya. "Mau sampai kapan gombalin aku? Udah jadi hak milik ini loh."

"Sampai maut memisahkan kita, In," balas Bran membelai lembut pinggir wajah Arini dengan ibu jari.

Keduanya saling berbagi pandangan beberapa saat dalam diam.

"Jam berapa sih sekarang?" kata Arini memecah keheningan malam. Dia mengalihkan pandangan ke arah jam dinding. "Sebentar lagi waktu subuh, aku mau siap-siap dulu."

Ketika ingin bangun, Bran menarik tangannya. Pria itu menggelengkan kepala. "Masih satu jam lagi, In."

"Sini dulu, aku mau peluk kamu," sambungnya kemudian.

Arini tertawa pelan melihat suaminya. Di usia pertengahan empat puluh, Bran seakan masih belum puas bermesraan dengannya.

"Kamu udah ngomong sama anak-anak?" tanya Brandon setelah kembali memeluk Iin.

"Udah."

"Trus mereka ngomong apa? Maaf kemarin aku nggak jadi ngobrol sama mereka."

"Mereka masih belum bisa cerita alasannya. Katanya nanti aja kalau udah siap." Arini mengeratkan pelukan. "Kita harus kasih waktu mereka dulu, Bran. Sampai El dan Al mau kasih tahu alasannya, kamu harus bersabar."

Brandon menarik napas panjang, kemudian mengangguk. Dia harus belajar lebih sabar, juga memberikan ruang kepada El dan Al untuk menyampaikan aspirasinya.

***

"Bapak Brandon Harun." Panggil perawat menyentakkan lamunan Bran di ruang tunggu poliklinik dokter saraf.

"Ya?"

"Silakan masuk."

Brandon langsung berdiri. Dia menarik napas panjang terlebih dahulu sebelum memasuki ruangan. Tiba di dalam, pria itu langsung mengambil kursi yang ada di seberang meja tempat dokter duduk.

"Bisa diinformasikan keluhannya, Pak?" ujar dokter perempuan berkerudung tersebut.

"Begini, Dok. Saya datang ke sini bukan sebagai pasien, tapi sebagai suami dari pasien yang Anda tangani," jelas Bran.

Dokter paruh baya itu membuka kacamata baca, kemudian fokus melihat Bran.

"Saya Brandon Harun, suami Arini Maheswari," ungkap Bran, "istri saya beberapa hari yang lalu datang ke sini untuk periksa."

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang