BAB 34: Menyingkap Rahasia

128 11 4
                                    

Brandon

Brandon duduk bersandar sambil memangku tangan. Pandangannya menatap nanar ke luar jendela. Pikiran berkelana memikirkan keganjilan yang terjadi tadi malam. Terasa sesuatu yang absurd ketika Arini berteriak.

"Iin kayak nggak kenal sama aku," gumamnya sambil menggosok dagu yang ditumbuhi rambut tipis.

Dia mencoba mengingat kembali keanehan yang terjadi dua bulan belakangan. Mulai dari Arini yang sering pergi tanpa izin hingga pertemuan mereka di Ancol beberapa hari yang lalu.

"Apa yang kamu sembunyikan dari aku, In?" desisnya lagi.

Desahan pelan keluar dari sela bibir ketika sadar banyak hal yang terjadi belakangan ini. Belum lagi perubahan sikap dari kedua anak-anaknya.

"Apa mungkin Iin stress mikirin anak-anak? Ditambah lagi kerjaan sedang banyak," duga Brandon.

Pria itu kemudian berdiri dan beranjak menuju pintu. Dia memutuskan berkunjung ke ruangan Iin di lantai sepuluh.

"Pak Habib," panggil Bran setelah berada di luar ruangan.

"Ya, Pak?" sahut pria paruh baya yang setia menemani karir Brandon sejak dulu.

"Saya mau ke ruangan Iin. Hari ini nggak ada meeting, 'kan?"

"Tidak ada, Pak. Dokumen yang harus diperiksa juga sudah selesai," jelas Pak Habib.

Brandon mengangguk singkat. "Kalau begitu saya turun dulu. Kemungkinan lama di bawah. Call aja kalau ada keperluan mendadak ya, Pak."

"Baik, Pak."

Brandon langsung melangkah menuju lift. Dia ingin melihat keadaan Iin menjelang siang ini. Sejak terbangun dini hari tadi, Bran tidak berhenti memikirkan sorot mata istrinya ketika bangun tidur tadi. Tampak begitu asing.

Pria itu segera memasuki kotak besi tersebut. Setelah menekan tombol sepuluh, dia kembali termenung.

Oke. Hari ini harus ngomong serius sama Iin. Aku harus tahu apa yang sebenarnya terjadi sama dia, batin Bran menjelang pintu lift terbuka.

Brandon segera bergerak menuju ruangan istrinya.

"Selamat pagi, Pak," sapa sekretaris Arini.

"Pagi. Ibu lagi di dalam?"

"Iya, Pak."

Pria itu berjalan satu langkah, kemudian mengetuk pintu kedua kali. Dalam hitungan detik Bran membuka katrol pintu. Dia melihat Iin sedikit ... terkejut dengan kedatangannya.

Arini memutar tubuh sedikit ke kiri sehingga pandangan yang tadi melihat gedung-gedung menjulang tinggi, kini beralih kepada Bran.

"Eh, Sayang. Tumben pagi-pagi udah ke sini," sapa Arini berusaha tersenyum lembut kepada Bran.

Dia berjalan ke dekat suaminya.

"Kangen sama kamu," goda Bran mengedipkan mata genit sebelah.

Kali ini senyum lebar terurai di wajah cantik Iin. "Masa sih? Kan baru ketemu tadi pagi."

"Ya kalau kangen mau gimana lagi? Masa ditahan-tahan kayak orang lagi LDR?" balas Bran menarik tangan istrinya ke depan.

Pria itu memandang paras Iin beberapa saat, setelah itu memberi kecupan di kening lalu turun ke bibir. Helaan napas berat terdengar dari sela hidungnya.

"Hari ini sibuk nggak?"

Arini menggelengkan kepala. "Kenapa? Mau ngajak kencan?"

"Sayangnya sih begitu. Ke Ancol yuk!"

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Where stories live. Discover now