BAB 19: Mendadak Manja

120 11 6
                                    

Arini

Senyuman mengambang di wajah cantik milik Iin saat melihat El dan Al duduk di ruang tamu. Kedua remaja itu langsung berlari menghampirinya. Tanpa basa-basi mereka memeluk erat sang Ibu.

Seperti biasa Arini memberi kecupan di kening keduanya bergantian.

"Tumben tungguin Mami pulang di sini?" tanya Arini bingung.

"Kangen sama Mami," jawab Al bergelayut manja di lengan Iin.

"Sama, kangen pelukan Mami," imbuh El tak kalah manja.

Arini duduk di sofa melepas penat setelah bekerja seharian di kantor.

Tahu Ibunya kelelahan, El dan Al langsung memberi pijatan di pundak hingga lengan Iin tanpa diberi komando. Wanita berusia pertengahan empat puluh itu kembali mengulas senyum lembut keibuan. Dia mengamati kedua buah hatinya lekat satu per satu.

"Papi kok nggak pulang sama Mami?" selidik Al setelah hening beberapa menit.

"Papi lagi ke luar kota dari tadi pagi. Ngecek proyek di Tangerang," sahut Iin menyandarkan punggung di sofa sembari menikmati pijatan yang diberikan El dan Al.

"Emang lagi ada proyek apa di Tangerang, Mi?" Kali ini El yang bertanya.

"Perumahan lagi."

"Harus Papi banget ya yang cek ke lokasi?" Al bersuara.

Arini menyipitkan mata dan melihat mereka bergantian. "Tumben tanya-tanya kerjaan Papi? Biasanya nggak pernah."

El dan Al saling berpandangan, kemudian menggeleng serentak.

"Kepo aja, Mi. Pengin tahu kerjaan Mami dan Papi gimana?" cetus Al tak ingin membuat Arini curiga.

Wanita itu menghirup udara banyak dari hidung. "Mami pikir kalian masih kecil, jadi lupa sekarang udah gede. Sebentar lagi juga kalian berdua yang handle perusahaan bareng Abang Farzan."

Kedua remaja itu tersenyum kaku mendengar perkataan Iin.

"Papi sering ya keluar kota gitu, Mi?" El masih mengajukan pertanyaan lainnya.

Bola mata cokelat Arini terangkat ke atas. "Nggak juga sih. Biasanya sekali seminggu ngecek progress proyek udah sampai mana."

El dan Al manggut-manggut mendengar penuturan Iin.

"Mau tanya apa lagi?" kata Arini melihat putra dan putrinya bergantian.

"Mami pernah nggak ikut Papi ke lokasi proyek?" desis El.

"Sering, tapi kalau lagi nggak banyak kerjaan." Arini mengusap kepala El lembut.

Sesaat kemudian dia kembali mengamati El dan Al. "Kalian di sekolah lagi nggak ada masalah, 'kan?"

"Baik-baik aja kok, Mi. Ya 'kan, Dek?" El mengerling ke arah Al.

Gadis itu mengangguk membenarkan perkataan sang Kakak. Dia merebahkan kepala di bahu Arini. Hal yang sama juga dilakukan El.

Mereka berdua bisa merasakan kehangatan tubuh ibu yang sangat disayangi. Setiap kali berada di dekat Arini, El dan Al menemukan kenyamanan yang tidak pernah didapatkan di tempat lain.

"Mi, kita jadi pindah ya?" bisik El pelan agar tidak terdengar oleh Sandy dan Lisa.

Arini mengangguk pelan. "Papi pengin kita mandiri, Sayang."

"Nggak bisa dibatalin ya? Kasihan Nenek Kakek kalau ditinggal berdua di sini, Mi," komentar Alyssa sambil menegakkan tubuh.

Terdengar helaan napas berat dari sela hidung Iin. Dia menatap sendu kedua buah hatinya bergantian.

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora