BAB 40: Sebuah Kebenaran

166 13 12
                                    

Brandon

Brandon tidak bisa menyembunyikan raut terkejut di wajah tampannya. Kehadiran El dan Al di rumah singgah benar-benar di luar prediksi. Berbagai pertanyaan kini memenuhi isi kepalanya.

"Bisa tolong pegang sebentar, San?" pinta Bran menyerahkan bayi yang ada di dalam gendongan.

Tanpa bertanya lagi Ihsan mengambil anak tersebut, lalu bergeser ke kiri memberi akses Brandon untuk melangkah ke pintu.

"Masuk, El, Al," suruh Brandon menggerakkan kepala ke kanan.

"Mereka anak-anak saya, San," ungkap Bran melihat Ihsan yang masih kebingungan.

Kedua remaja itu saling berpandangan sebelum memasuki rumah. Pandangan El dan Al beredar ke dalam ruangan yang besar. Tampak belasan anak bermain di ruang yang lepas tanpa pembatas. Apa yang terlihat dari luar ternyata tidak mewakili isi rumah tersebut.

Dugaan mereka salah. Penghuni rumah ini bukan hanya wanita muda dan dua anak kecil yang pernah dilihat sebelumnya, tapi ada banyak anak lainnya termasuk pria yang ditemui tadi.

Semakin melangkah ke dalam dugaan perselingkuhan Brandon semakin lenyap. Netra El melihat tulisan besar yang terpampang di tengah ruangan 'Rumah Singgah dan Panti Asuhan Maheswari'. Nama yang diambil dari nama belakang Arini.

"Papi ini siapa?" Tiba-tiba anak yang pernah dilihat El di foto bertanya dengan raut bingung.

"Ini Abang Elfarehza dan Kakak Alyssa yang pernah Papi ceritakan," sahut Brandon menunjuk El dan Al bergantian.

Brandon memanggil anak-anak lainnya, agar berkenalan dengan El dan Al. Dalam hitungan detik sepuluh anak sudah berkumpul di depan kedua remaja tersebut, lalu memberikan salam.

Hanya senyum samar yang mampu dihadiahkan El dan Al kepada mereka.

"Kita ngobrol di dalam dulu," suruh Bran mengerling ke ruangan yang berukuran cukup besar.

Dengan langkah kikuk, adik kakak itu mengekor di belakang sang Ayah yang sudah terlebih dahulu memasuki ruangan. Pandangan mereka kembali menjelajah, mengamati sisi dinding dan seisi ruangan. Keduanya tahu ini adalah ruangan pemilik yayasan yaitu Brandon dan Arini.

"Kalian kenapa bisa sampai di sini?" tanya Brandon setelah duduk di sofa.

El dan Al terdiam beberapa saat. Kedua kepala mereka tertunduk dalam. Rasa malu kini mendominasi hati mereka, karena dugaan yang dialamatkan salah besar.

"El? Al?" panggil Bran melihat anak-anaknya bergantian.

Al menyikut lengan kakaknya, meminta agar El menjawab pertanyaan tersebut.

"Papi ... nggak selingkuh?" Hanya pertanyaan itu yang mampu keluar dari bibir El.

Mata sayu Bran melebar seketika seiringan dengan bibir yang sedikit terbuka. Pupil hitam itu bergetar mendengar pertanyaan putranya. Dia berusaha menganalisa keadaan termasuk perubahan sikap El dan Al akhir-akhir ini.

"Jadi sikap dingin kalian sama Papi, karena berpikir Papi selingkuh?" tebak Brandon di sela perasaan yang mulai berkecamuk.

Kedua kepala remaja itu perlahan bergerak ke atas dan bawah.

"Astaghfirullah. Kenapa kalian bisa berkesimpulan begitu?" Bran kembali melihat anak-anaknya bergantian.

El menegakkan lagi pandangan sebentar. Dia bisa melihat raut kecewa di wajah Bran. Sorot mata pria paruh baya tersebut tampak begitu sendu.

"Aku minta maaf, Pi," ucap El tercekat. Rasa sesal mulai bersemi di dasar hati.

"Temanku lihat Papi keluar dari rumah ini satu bulan yang lalu. Dia bilang sering lihat Papi ke sini. Waktu itu, dia kasih foto ini sama aku," ujar El mulai bercerita.

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Where stories live. Discover now