BAB 17: Gelas Retak

134 8 1
                                    

Arini dan Brandon

Sesosok tubuh tampak menggeliat di balik selimut. Dia meregangkan tangan ke atas sambil sesekali menguap. Perjalanan panjang dari ujung timur Indonesia menuju Jakarta membuat tubuh terasa pegal.

"Good morning, My Angel," sapa Bran ketika merasakan gerakan tempat tidur.

Dia beringsut mendekat istrinya, lantas memberi pelukan erat.

"Kamu udah bangun?" gumam Iin dengan suara serak khas bangun tidur.

"Baru aja bangun. Kalau masih capek tidur lagi aja."

Arini mengalihkan pandangan ke sisi kanan dinding kamar. "Udah jam 04.00, Sayang. Sebentar lagi subuh."

"30 menit lagi, In. Kamu masih bisa tidur."

Iin memutar balik tubuh, lalu memeluk suaminya erat. Dia menenggelamkan kepala di dada bidang Bran yang terbungkus baju kaus putih polos. Penggalan kejadian memalukan ketika berada di daerah Misool kembali berputar di pikiran.

Hingga detik ini, Arini belum menceritakannya kepada Brandon. Dia memilih untuk merahasiakan hal ini, karena tidak ingin membuat pria itu khawatir.

"Udah nggak ngantuk lagi kok," sahut Arini semakin mengeratkan pelukan.

"Kita masuk kerja besok aja ya. Kamu pasti masih capek," saran Bran pelan.

Arini menggelengkan kepala dengan mata berkedip pelan. Sementara Brandon membelai rambut panjang istrinya yang tergerai ketika tidur.

Dia sangat menyukai rambut panjang Iin sejak dulu. Bran sempat mengajukan protes ketika istrinya memotong pendek rambut di bawah bahu ketika mereka berpisah. Tapi Arini selalu bisa membuat suaminya mengerti dengan kondisi saat itu, apalagi sedang hamil El.

"Jangan lupa transfer uang bulanan Ayu, In," cetus Bran setelah hening beberapa saat.

"Untung kamu ingetin, kalau nggak bisa lupa." Arini mendongakkan kepala. "Aku nggak mau dia recokin Papa dan Mama lagi. Apalagi kalau sampai mau rebut kamu dari aku."

Brandon tergelak mendengar perkataan istrinya. "Apa ada alasan tergoda sama dia? Aku cintanya sama kamu loh."

"Papa dulu hanya cinta sama Mama, Bran," desis Arini kembali memandangi kedua netra sayu Brandon.

Terdengar desahan pelan keluar dari sela bibir Brandon. "Beda cerita, In. Apa yang terjadi bukan kemauan Papa sepenuhnya."

Kening Arini tampak berkerut. Tampak kebingungan di sorot matanya. Hingga saat ini, ia belum tahu bagaimana bisa ayah mertuanya bisa menikah lagi bahkan mengkhianati cinta kepada Lisa.

"Maksud kamu?" tanya Iin.

Brandon mengubah posisi menjadi telentang dengan pandangan menatap plafon. "Aku baru tahu waktu kamu pergi saat hamil El. Mama cerita semuanya."

Arini beringsut naik ke atas, sehingga kepala sejajar dengan Brandon. "Sumpah. Dari dulu aku penasaran, Bran. Aku tahu persis Papa sayang dan cinta banget sama Mama, sama kayak kamu ke aku. Gimana bisa Papa nikah dengan Ayu? Ceritakan."

Bran menarik napas panjang mencoba menenangkan diri.

"Kejadiannya waktu perusahaan tempat Ayu bekerja mengadakan pesta kecil-kecilan untuk merayakan kesuksesan program acara televisi. Kamu masih ingat 'kan Papa pernah jadi narasumber di acara itu?"

Kepala Iin mengangguk pelan. "Aku ingat banget. Mama senang nonton acara itu dulu. Ayu pernah kerja di sana?"

"Dia bekerja di bagian produksi. Singkat cerita Ayu tahu persis kekayaan Papa, sehingga dia merencanakan semuanya untuk menjebak Papa."

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Where stories live. Discover now