BAB 11: Keinginan

99 11 2
                                    


El dan Al

El mondar-mandir di depan kamar kedua orang tuanya sebelum sarapan. Dia ingin bertanya, apakah Arini sudah berbicara dengan Brandon tentang motor atau belum. Sejak tadi malam, rasa penasaran terus melanda.

Tak lama kemudian, Arini muncul ketika pintu kamar terbuka. Wanita itu telah rapi mengenakan gaun rumah yang biasa membalut tubuhnya sehari-hari.

"Wah, Abang udah rapi nih," sapa Arini tersenyum lembut.

Anak itu menarik tangan ibunya menjauh dari kamar.

"Mami udah ngomong sama Papi?" tanya El tak sabaran.

Arini menggeleng pelan. "Mami belum ngomong masalah motor, Sayang. Tadi malam hanya ngobrol tentang kamu dan Al aja. Pelan-pelan dulu ya?"

Tampak raut kecewa di wajah El mendengar jawaban Arini.

"Kamu nggak boleh gitu, Prince. Mami masih berusaha ngomong sama Papi, tapi pelan-pelan." Iin mengusap lengan El. "Sabar ya."

"El udah sabar, Mi. Mintanya dari enam bulan lalu, 'kan?"

"Berarti kamu harus ekstra sabar lagi. Berlatih lebih sabar ya, Sayang," tutur Arini sembari mengusap lembut wajah putranya.

Desahan pelan keluar dari sela bibir El. Dia kemudian menganggukkan kepala pelan. Anak itu tidak berani menyanggah Arini, karena sangat menyayanginya.

"Sekarang kamu ke ruang makan dulu. Sebentar lagi Mami dan Papi nyusul. Jangan lupa panggil Al ya," suruh Iin sebelum kembali lagi ke kamar.

El kembali naik ke lantai dua dengan langkah gontai. Ternyata keinginan untuk memiliki motor secepatnya tidak bisa diwujudkan dalam waktu yang dekat.

"Abang kenapa lesu gitu?" Tiba-tiba Al sudah berdiri di depannya lengkap dengan pakaian sekolah dan tas ransel yang menggantung di bahu kanan.

Kedua bahu El terangkat sebentar ke atas.

Alyssa memilih diam lantas menarik lengan kakaknya menuju tangga. Dia membiarkan El seperti itu hingga nanti menceritakan apa yang terjadi. Biasanya Al menjadi tong sampah, tempat mengeluarkan isi kepala pemuda itu.

Keduanya berjalan menuju ruang makan. Tak lama kemudian Arini, Brandon, Lisa dan Sandy memasuki ruangan. Semua mengambil tempat duduk masing-masing.

"Papi, Mami," sapa El dan Al serentak kepada kedua orang tua mereka. Tak lupa juga menyapa kepada kakek dan nenek.

"Mami, aku mau dong dimasakin semur ayam," pinta Alyssa yang mewarisi selera makan Brandon.

"Aku juga mau ayam pedas manis dong, Mi," imbuh El yang memiliki selera perpaduan kedua orang tuanya.

"Oke, nanti sore Mami bikinin ya," sahut Arini mengacungkan kedua jempol ke atas. Dia memalingkan paras kepada Bran dan berkata, "kamu nggak mau request, Sayang?"

Brandon menggelengkan kepala. "Nanti aja, sekarang bikin yang anak-anak mau dulu. Aku masih bisa besok-besok."

Senyuman terbit di wajah Arini karena Bran selalu memahami situasinya.

El dan Al tersenyum usil melihat suami istri itu bergantian. Meski terkadang kesal dengan sikap over protective Bran, tapi masih terobati ketika melihat bagaimana ia memperlakukan Arini dengan sangat baik.

Suasana ruang makan hening saat mereka semua menghabiskan makanan. Setelahnya El dan AL berpamitan kepada semua yang ada di rumah.

"Gimana, Bang? Udah coba bujuk Mami belum biar ngomong sama Papi?" tanya Al ketika mereka berada di dalam mobil.

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Where stories live. Discover now