BAB 15: Honeymoon

145 10 5
                                    

Arini dan Brandon

Piaynemo, Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat

Arini memandang hamparan laut yang menyuguhkan warna perpaduan biru turquoise dan hijau toska. Laut itu dihiasi dengan gundukan-gundukan pulau karst kecil. Netra cokelatnya tak henti menatap kagum keindahan alam ciptaan Tuhan ini.

Lelah yang terasa setelah menaiki 320 anak tangga menuju puncak Piaynemo kini terbayar sudah. Pemandangan indah terpampang jelas di hadapannya.

"Kamu suka, Sayang?" bisik Bran di telinga istrinya.

Arini menegakkan tubuh yang tadi bersandar di dada Bran, lantas mendongakkan kepala. Dia mengangguk sambil mengulas senyum manis yang tampak begitu cantik.

"Suka banget, Bran. Makasih ya udah bawa aku ke sini," sahutnya masih dengan senyum mengambang.

"Aku berharap kamu bisa lebih enjoy lagi setelah liburan ke sini," ujar Brandon sembari memutar tubuh Arini menghadap kepadanya.

Pria itu menatap lekat manik cokelat lebar milik Arini beberapa saat. "Jangan kecapean lagi ya. Aku nggak mau sesuatu terjadi sama kamu, In."

"Tenang, Sayang. Aku baik-baik aja," tanggap Arini sambil memegang kerudung yang tertiup oleh angin.

"Andai El dan Al mau ikut ke sini, pasti lebih seru," cetus Iin kemudian.

"Nanti kita bawa mereka ke sini, Sayang. Masih bisa setelah kembali dari Swiss, 'kan?"

Arini menganggukkan kepala.

Keduanya kembali terdiam beberapa saat, menikmati indahnya pemandangan Piaynemo yang mampu merelaksasi pikiran. Raja Ampat memang pantas untuk didatangi meski terletak jauh dari Jakarta. Rasa lelah dalam perjalanan menjadi tidak berarti ketika melihat hamparan laut dipadu dengan bukit kecil hijau yang memanjakan mata.

Sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, Arini dan Brandon akan berada di Piaynemo selama satu malam setelahnya melanjutkan perjalanan menuju Puncak Harfat (Harun Fatimah) yang terletak di desa Misool Timur. Suami istri itu ingin melihat secara langsung gua yang bertuliskan lafal Allah yang dianggap keramat oleh umat muslim di Raja Ampat.

Brandon menatap istrinya yang tampak menikmati pemandangan indah di depan mata. Senyuman kembali tersungging di paras tampannya, meski telah memasuki pertengahan usia empat puluh tahun. Dia sangat menyukai bagaimana Arini tersenyum. Itu artinya dia telah mewujudkan impian agar membuat wanita tersebut bahagia.

"Mau kembali ke homestay sekarang, In?" tanya Bran setelah hampir dua jam berada di puncak Piaynemo.

Arini memalingkan paras menghadap Bran masih memegang kerudung yang sesekali tertiup angin. Dia menganggukkan kepala pelan.

"Yuk! Besok kita juga harus ke Puncak Harfat," sahut Iin setuju.

Mereka berdua melangkah menuju tangga kayu yang berjejer panjang ke bawah. Tangga inilah yang digunakan sebagai akses jalan bagi para wisatawan yang ingin melihat keindahan puncak Piaynemo.

***

Setelah melakukan perjalanan wisata di Puncak Harfat dan gua keramat Misool, Arini dan Brandon kembali lagi ke homestay. Mereka melepas penat dengan duduk di depan bungalow yang disewa sembari melihat pemandangan laut lepas. Arini merebahkan kepala di dada suaminya.

"Bran," bisik Arini mendongakkan kepala.

"Kenapa, Sayang?"

"Kamu masih ingat nggak dulu waktu kita SMA, pertama kali kamu boncengin aku sama motor?" ujar Iin mengubah posisi menjadi miring.

JUST MARRIED (Trilogi Just, seri-3 / Final)Where stories live. Discover now