My Boss! 37

18.8K 1.2K 249
                                    

"Sayang... "

Aurora yang tengah fokus pada layar laptopnya langsung bertingkat kaget.

"Ck! Sayang?! " Decak Aurora dengan suara pelan namun penuh tekanan. Aurora menoleh kanan kiri memastikan bahwa tidak ada orang lain yang mendengar ucapan Faiz.

"Apa? Kurang keras? " Goda Faiz yang gemas dengan sikap Aurora.

Gadis itu menatap tajam Faiz, lalu menghembuskan nafasnya kasar ketika melihat seseorang datang.

"Selamat siang Pak Faiz, Bu Aurora. " Sapa lelaki jangkung yang tak kalah tampan dengan Faiz

"Selamat siang Pak Wisnu, " Balas Faiz menerima jabatan tangan Presdir dari Mega Construction  Group.

Aurora tersenyum lalu mempersilahkan tamunya untuk duduk, "Silahkan duduk. "

Siang ini Aurora menemani Faiz untuk tanda tangan kontrak kerja sama antara perusahaan Faiz dengan perusahaan milik Wisnu, mereka akan membangun gedung perbelanjaan di pusat kota yang nantinya di gadang-gadang akan menjadi pusat perbelanjaan terbesar se Indonesia.

"Seperti yang sudah kita bicarakan sebelumnya pak Faiz, kita langsung saja pada intinya."

"Tidak masalah, sepertinya anda juga sedang terburu-buru, " Sahut Faiz yang mulai membubuhkan tanda tangannya di atas kertas bermaterai diikuti oleh Wisnu.

"Saya minta maaf tidak bisa mengobrol lama karena saya harus berangkat ke Jogja dua jam lagi, " Ucap Wisnu

"Tidak apa-apa, saya mengerti kesibukan anda pak. Untuk pertemuan kita selanjutnya akan kami jadwalkan terlebih dahulu menyesuaikan juga dengan kesibukan pak Wisnu, sekretaris saya akan menghubungi anda nantinya." Jelas Faiz diikuti anggukan ringan dari Aurora

Tanpa basa-basi lagi Wisnu lalu berpamitan dan berjalan cepat meninggalkan mereka berdua. Aurora menghela nafasnya, ia menatap sekitar.

"Hmm...emang enak sih kalau meeting di tempat kayak gini, gak harus di dalam ruangan."

"Tempat ini emang ku design sedemikian rupa, cafe sekaligus tempat meeting singkat."

Aurora yang tadi mengamati sekitar, kini menoleh menatap Faiz, "jadi ini cafe milikmu atau milik Wendra?"

Picingan mata Aurora yang menuntut penjelasan seolah tak membiarkan Faiz untuk berbohong lagi, pasalnya beberapa waktu lalu sebelum mereka berangkat, Faiz mengatakan bahwa cafe ini milik Wendra, namun sekarang ia kelepasan dengan mengatakan bahwa konsep ini sesuai dengan rancangannya.

"Ehm.." Faiz berdehem pelan lalu melonggarkan dasinya ".. Aku lapar sayang, gimana kalau kita makan aja? Mau makan siang apa? "

"Jadi cafe mana yang bukan punya mas Faiz? Eh, nggak... Gedung besar mana yang bukan atas nama Al-Hasan di sertifikat tanahnya?" ucap Aurora dengan nada kesal

"Kenapa sih sayang? Bukannya seneng punya calon suami tajir, malah marah-marah terus, " Faiz menopang dagunya lalu menatap lekat Aurora "gak penting ada namaku atau enggak di sertifikat tanah, asal ada namaku di buku nikah kita."

"Emang aku mau nikah sama mas Faiz?"

Faiz mengangguk yakin "pasti, aku susah di tolak"

Aurora menggelengkan kepalanya, ia heran karena makin hari Faiz makin sering bertingkah aneh jika bersamanya. Ah ya, dan tentang masalah kepemilikan gedung dimana-mana atas nama Faiz, itu membuat Aurora semakin memikirkan ucapan Fatma, ibu Faiz. Orang lain juga pasti akan berfikiran sama dan menganggap Aurora gadis tidak tau diri. Status sosial masyarakat berpengaruh besar dalam menentukan kehidupan. Ada kalanya mereka bisa menerima apa yang mereka lihat, namun tak jarang mereka menolak kebenaran.

Sejak awal Aurora tidak pernah memandang Faiz dari harta, karena Faiz memang benar-benar bisa mendapatkan hatinya hanya begitu saja... Ya, jatuh cinta tanpa alasan. Lalu, bagaimana dengan Faiz? Apa yang Faiz lihat dari Aurora?

"Emm.. Boleh aku tanya sesuatu?"

Faiz menegakkan duduknya dan menatap curiga Aurora yang berubah menjadi lebih serius.

"Ada apa, Ara? Jangan bikin aku takut."

"Mas Faiz suka aku karena apa?"

Faiz diam lalu tersenyum tipis, tatapan mata itu tak bisa berbohong, tatapan hangat dan lembut yang selalu ia berikan kepada Aurora tak pernah sekalipun ia berikan kepada gadis lain.

"Karena kamu."

Aurora mengerutkan keningnya "hah? Maksudnya? "

"Ya karena kamu adalah kamu, gak ada alasan lain. Kalaupun ada orang lain di dunia ini yang sepertimu gak akan bisa bikin aku jatuh cinta karena itu bukan kamu."

God! Apa Faiz sekarang sudah beralih membaca novel romansa daripada membaca berita ekonomi dan bisnis? Kenapa lelaki itu mampu membuat penulis seperti Aurora kehabisan kosakata?

Aurora tak mendebat lagi, ia hanya bisa tersenyum lebar seolah mengatakan bahwa ini adalah jawaban yang ia inginkan.

Faiz terkekeh pelan lalu meraih tangan Aurora yang berada di atas meja, menggenggamnya lembut "jadi, kapan mau nikah sama aku?"

"Ih! " Aurora memukul punggung tangan Faiz lalu berdiri "perusak suasana! "

Faiz tak dapat menahan tawanya lalu segera menyusul langkah kecil Aurora yang sudah berjalan meninggalkannya.

"Ck! Cuma kamu yang bisa nolak aku berkali-kali." Gumamnya sedikit kesal.

Pemanasan dulu yaaa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Pemanasan dulu yaaa... 😆😆
Lama ga nulis, maaf kalau feel kurang dapat 🥲

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 15, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

My Boss!Where stories live. Discover now