My Boss! 31

21.8K 1.7K 111
                                    

"Yakin gak mau ketemu eyang?" Tanya Galih sekali lagi

"Nanti aja mas lain kali. Kan kesini sama rombongan kantor, gak enak kalu aku misah malah jalan-jalan sendiri." Aurora beralasan.

"Oke, kalau ada apa-apa jangan sungkan hubungi aku atau sepupu yang lain. Kamu punya keluarga,Ra..." Galih tersenyum lembut

"Siap!" Aurora membalas senyum sepupunya sebelum Galih pamit pergi karena harus ke rumah sakit hingga lelaki itu hanya mengantar Aurora sampai lobby hotel.

Senyum yang semula menghiasi wajah Aurora kini tergantikan dengan ekspresi datar sesaat setelah ia berbalik matanya menangkap sosok Faiz sedang bersama...

"Anna?" Gumam Aurora.

Aurora mengangkat kepalanya, berjalan santai seolah tak ada yang membuat dadanya sesak. Setelah kedatangan Pricillia, sekarang Anna juga menyusul Faiz. Entah siapa lagi setelah ini.

Sejenak Aurora menghela nafasnya "memangnya aku siapa? Harus biasa aja, harus!" Mantra yang terus Aurora ucapkan dalam hati hingga gadis itu berdiri di belakang Faiz yang juga sedang menunggu lift terbuka.

"Kapan kembali ke Jakarta?"

"Rencananya hari ini, tapi pas tau mas Faiz disini dan udah Tante izinkan jadi saya pulang bareng mas Faiz aja sekalian." Ujar Anna

Aurora yang hanya bisa berdiri diam di belakang mereka, mendengarkan percakapan singkat antara Faiz dan Anna, gadis pilihan keluarga Faiz yang selalu di sanjung oleh 'nyonya besar' di depan Aurora hingga berani menghujat status keluarga Aurora. Mengingat hal itu membuat Aurora meremas ujung bajunya dengan kuat.

Setelah pintu lift terbuka Faiz dan Anna segera masuk dan pada saat itulah mereka menyadari kehadiran Aurora.

"Ra..." Faiz menahan pintu lift yang hendak kembali tertutup saat melihat Aurora yang masih mematung tak segera masuk. Ekspresi keterkejutan Faiz tak bisa lelaki itu sembunyikan.

"Mbak Aurora?" Anna yang hendak mendekat mengurungkan niatnya saat Aurora memilih untuk sedikit mundur.

"Silahkan duluan saja."

Setelah mengatakan kalimat itu, Aurora berbalik tanpa menoleh lagi dan terpaksa Faiz membiarkan pintu lift tertutup dengan dirinya yang berdua bersama Anna.

Anna yang merasa tidak di sambut baik dengan Aurora hanya bisa diam. Dia sangat ingat bagaimana ibu Faiz merendahkan Aurora di depannya malam itu, apalagi Anna juga tahu bahwa Faiz dan Aurora saling memiliki rasa.

"Apa tidak sebaiknya mas Faiz menyusul mbak Aurora?" Ujar Anna memberanikan diri setelah mereka keluar dari lift dan berjalan menuju kamar yang sudah Faiz pesan untuknya.

Faiz menghentikan langkahnya "kenapa?" Tanya Faiz masih menatap lurus ke depan.

"Saya pikir..." Anna tak tau harus melanjutkan kalimatnya seperti apa.

Faiz hanya menghela napas lalu kembali melanjutkan langkahnya dan berhenti di depan sebuah pintu kamar.

"Istirahat aja dulu. Mungkin besok kami pulang ke Jakarta." Ucap Faiz sebelum pergi membiarkan Anna memasuki kamar sendiri.

***

"Lo kemana aja sih ngilang mulu gak pernah gabung. Lo baik-baik aja kan?" Tanya Ambar yang duduk di depan Aurora.

Mereka sedang menikmati secangkir kopi di cafe yang ada di dalam hotel. Liburan kali ini, Faiz memang membebaskan karyawannya untuk pergi masing-masing namun tetap membatasi jamnya. Mereka tidak harus pergi berombongan untuk berwisata, meski begitu siapapun yang hendak pergi harus lapor kepada ketua rombongan.

"Gue kurang enak badan aja kemarin. Terus pagi tadi..."

"Nah! Iya pagi tadi Lo pergi sama cowok kan? Dan itu bukan pak Faiz." Potong Ambar dengan mata memicing menuntut penjelasan.

Aurora memutar bola matanya malas, selalu saja Ambar tidak sabaran jika sudah ingin tahu sesuatu.

"Ya makanya ini gue mau cerita. Tadi pagi itu sepupu gue. Tadi ngajak sarapan keluar. Gak enak kan gue mau nolak." Bohong Aurora, tidak mungkin gadis itu menjelaskan yang sebenarnya.

Ambar menatap tak percaya. "Setahu gue nih, lo gak punya keluarga di Jogja kan?"

"Eh, siapa bilang. Lo aja sok tau." Cibir Aurora. "Ada kok keluarga gue di Jogja."

Seketika ekspresi Ambar berubah ceria yang membuat Aurora menatap malas.

"Gue tau nih apa yang lo pikirin."

"Apa?" Tanya Ambar sebelum menyesap kopinya

"Lo ngajak mampir kan? Nggak!" Aurora menggeleng dan menatap Ambar galak. Sementara Ambar hanya bisa mendesah kesal.

"Ayolah Ra... Sebagai sahabat yang baik lo harusnya kenalin gue ke keluarga Lo." Ambar memberikan tatapan memohon.

"Bukannya gak mau ngenalin ke keluarga gue, cuma keluarga gue itu..."

Aurora menggantung kalimatnya saat seorang pelayan tiba-tiba datang dan menyuguhkan segelas jus alpukat di depan Aurora.

"Loh, saya gak pesen ini." Ujar Aurora sedikit bingung, begitupun dengan Ambar.

"Maaf mbak, ini pesanan dari bapak Faizal Al-Hasan. Beliau mengatakan pesanan ini untuk mbak."

Seketika Aurora menelan ludahnya kasar sementara Ambar melongo tak percaya. Tak lama setelah pelayan itu pergi, Faiz berjalan mendekati meja Aurora dengan ekspresi datar, bukan ekspresi jail yang biasa ia tunjukkan di depan Aurora.

Ambar hanya bisa mengedipkan matanya bingung melihat Faiz yang langsung duduk di samping Aurora, menarik cangkir kopi yang baru Aurora minum sedikit lalu menghabiskannya begitu saja.

"Jangan minum kopi." Setelah mengatakan kalimat itu, Faiz kembali pergi tanpa menunggu sahutan dari Aurora dan tanpa peduli betapa konyolnya ekspresi Aurora serta Ambar yang bahkan tak mampu berkomentar apapun.

Aurora menatap cangkir kopinya yang sudah habis dan menatap segelas jus alpukat lalu kembali menatap punggung Faiz yang semakin menjauh.

"Oh.My.God!!" Ambar hampir saja berteriak histeris jika tak ingat dimna dirinya berada.

"Sumpah, Ra! Kenapa pak Faiz sweet banget sih sama lo? Secara gak langsung nih dia nunjukin perhatiannya dan gak mau lo sakit karena minum kopi, pak Faiz kan tau lo punya magh kronis. Astaga! Udah kayak drama Korea aja sih kisah kalian."

Aurora mengabaikan ocehan sahabatnya, ia masih mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Ia tak menyangka Faiz akan melakukan hal konyol seperti ini, bagaimana jika ada karyawan lain yang melihat? Ah, jika hanya Ambar saja itu bukan masalah, tapi tetap saja hal itu membuat Aurora geleng kepala.

"Woy, Ra!" Ambar mengagetkan Aurora yang masih diam saja sejak tadi.

"Apaan sih?! Udah lah gak usah di bahas, emang dia tuh agak aneh."

Ambar ingin sekali memukul kepala Aurora yang keras itu dengan helm proyek yang biasanya ia pakai.

"Lo bego apa gimana sih?! Udah jelas-jelas pak Faiz naksir sama lo. Lo malah nganggap dia aneh, gimana mau dapat jodoh kalau begini terus."

Aurora tak peduli, gadis itu mengabaikan ocehan Ambar. Ia masih kesal dengan sikap Faiz yang selalu berubah-ubah. Terkadang Aurora merasa Faiz menganggapnya spesial, tapi juga terkadang Faiz mengabaikannya hingga membuat Aurora sadar bahawa sebenarnya Aurora bukan siapa-siapa.

 Terkadang Aurora merasa Faiz menganggapnya spesial, tapi juga terkadang Faiz mengabaikannya hingga membuat Aurora sadar bahawa sebenarnya Aurora bukan siapa-siapa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Boss!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang